28. ( Maaf )

4 2 0
                                    

Sore hari sepulangnya dari sekolah, Liara memutuskan untuk berkunjung ke penjara, menemui Devina di sana, sebelum nantinya persidangan untuk Devina akan diberlangsungkan. Liara hanya diberi waktu tidak kurang dari sepuluh menit.

Mereka saling bertemu di ruang kunjungan penjara, dengan posisi yang berhadap-hadapan hanya terpisahkan oleh kaca alumunium saja, keduanya berbicara melalui telepon kabel yang sudah terhubung.

“Mau ngapain lo ke sini?” Devina sensitif sekali terhadap Liara, seakan-akan di sini penjahatnya adalah Liara. Nggak tahu diri memang Devano yang satu ini.

Liara masih bersikap santai, menjaga citra dirinya. “Bisa nggak, lo bicaranya santai
aja? Gue lagi nggak mau marahan sama lo, Dev!”

“Yaudah makanya gece lo mau ngomong apaan!” Devina emosian sekali, padahal belum jadwalnya dia datang bulan hari ini.

“Lo tolong stop ya, nyuruh anak buah lo, atau komplotannya lo itu buat ganggu keluarga gue! Lo tau gue risih banget! Kemarin harusnya gue happy-happy liburan sama keluarga gue, tapi kita malah dapat teror lagi dari lo.”

Hedeuh, hedeuh Liara. Lo seneng ya, pas
tau liburan lo sama keluarga lo itu jadi kacau, haha. Tapi lo bloon banget! Jelas-jelas gue lagi tahan di sini, mana bisa gue ngelakuin itu?!”

“Jangan sok polos, Dev! Lo bisa aja ngelakuin segala macam cara kan, buat celakain gue sama keluarga gue! Sebenci itu lo sama kita?!”

“IYYA! GUE EMANG BENCI BANGET SAMA KELUARGA SIKOPAT KAYAK KALIAN! PUAS LO?!” mendadak saja Devina meninggikan nada suaranya, kuping Liara sampai berdengung gara-gara congornya.

STOP DEV! LO TAU LO HAMPIR AJA CELAKAIN AMANDA, ELZA, AYAH, MAMAH, BAHKAN LIORA JUGA! SEMUA TINDAKAN LO, UDAH DI LUAR BATAS WAJAR! JADI GUE NGGAK AKAN TINGGAL DIAM AJA, YA!”

“ANGGAP AJA INI PERINGATAN TERAKHIR, DARI GUE! SEKALI LAGI GUE LIHAT LO MACEM-MACEM SAMA ORANG TERDEKAT GUE, GUE SENDIRI YANG BAKAL HUKUM LO, DAN GUE NGGAK BUTUH POLISI!” keduanya mulai saling adu cocotnya mereka saat itu juga.

“OH YAUDAH, SILAHKAN AJA! LO BEBAS MAU NGANCEM GUE KAYAK GIMANAPUN! TAPI LO HARUS TAU, KALAU MULAI SEKARANG DAN SETERUSNYA, HIDUP LO SEKELUARGA AKAN HANCUR SATU PERSATU! PEMBALASAN DARI GUE UDAH DIMULAI! DAN LO, LO CUMA CEWEK LEMBEK, YANG NGGAK AKAN BISA HALANGIN, ATAU SINGKIRIN GUE! NGERTI LO, JALANG?!”

“LO YANG PENGKHIANAT YA ANJIR! NGGAK USAH SOK NGANCEM GUE LO, LO YANG JALANG YA! BANGSAT LO—” dada Liara sesak sekali, sakit hatinya begitu kuat dihina setelah dihina begitu oleh teman yang dia sayang.

“Maaf Mbak, waktu untuk berkunjung sudah habis. Mari ikut kami, keluar.” salah satu petugas di sana melerai Liara dan Devina yang terlibat perdebatan sengit. Mengingat sudah habisnya jam besuknya Liara, Liara diajak para petugas keluar dari ruangan kunjung.

Tapi emosinya Liara masih terus memburu, belum tenang dirimya, apalagi ketika Liara menyorot wajahnya Devina, yang tersenyum kiri padanya, tampangnya yang songong itu, mengundang Liara untuk ribut.

- - -

Musik yang mengalun dari radio di dalam mobilnya, sama sekali tidak membantu Liara meredam amarahnya. Bukannya padam, api kemarahannya Liara tambah menyala saja, membakar dirinya Liara sendiri.

Walaupun dalam keadaan marah, Liara tetap bisa mengemudikan mobilnya dengan kecepatan normal, dia tidak gila dan lepas kendali. Karena saat ini Liara berada di area perumahan, takutnya kalau dia ngebut, akan membahayakan keselamatan dirinya, atau warga.

“CK. MOBIL SETAN! PAKE MOGOK SEGALA! GUKGUK!” Liara marah-marah sendiri, sambil memukul setir mobilnya. Amarahnya Liara yang telah menggebu-gebu tambah meronta saja gara-gara mobilnya yang mendadak mogok di tepi jalan.

Li To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang