37. ( Meet )

10 2 0
                                    

Karena niatnya Liora, yang hanya bercanda, dia pun akhirnta membukakan pintu rumahnya untuk Liora. Kini, mereka berdua sedang berada di dalam kamar mereka. Liara membaringkan dirinya di kasur, sementara Liora, dia tengah memakaikan masker mata di pelupuk matanya Liara.

❝Kok rasanya adem banget ya Ra,❞ ujar
Liara. Sekilas Liora langsung melirik ke arahnya, mulutnya Liora bersuara.❝Iyya lah, kan emang masker mata tuh, bikin bagian bawah mata kita adem, terus juga ngehilangin mata panda kita.❞

Kenapa malah jadi promosi? Liara meralat perkataan dia yang sebelumnya. ❝Enggak maksud gue, adem banget rasanya hati gue, Ra. Lega banget gitu, kek udah nggak ada beban lagi, sehabis gue ngobrol sama Elza tadi di pasar malam.❞

Liora yang tadi tengah menepuk pelupuk matanya Liara, spontan menghentikan pergerakkan, ia menatap Liara dengan penuh keseriusan. ❝Liara, kenapa sih lo harus lakuin itu? Kenapa lo nggak pernah sekalipun mikirin kebahagiaan lo, Ra?❞

❝Gue nggak perlu Elza, buat bikin diri
gue sendiri bahagia.❞ Liara sedikit memungkiri perasaannya sendiri. ❝Gue cuma perlu lo, Mamah, sama Ayah. That's enough.

Liora tidak bergeming, sekarang waktunya bagi Liara, yang memberikan pengertiannya. Liara bangun, dan terduduk di atas kasurnya, ia berkata pada Liora, dengan penuh kasihnya. ❝Liora, udah cukup ya, semuanya? Gue anggap keputusan ini udah final, dan mulai dari sekarang, Elza cuma milik lo seorang, jadi jangan libatin gue lagi.❞

Liora masih tidak mau membuka mulutnya, akhirnya Liara pun memberikan pelukannya pada Liora. ❝Liora, c'mon. Nggak usah lo pikirin terlalu dalam. Percaya deh sama gue, Elza itu emang bukan jodohnya gue, dan siapa tau aja nanti gue bisa dapat jodoh yang lebih ganteng dari Elza. Ya kan?❞

Sekarang barulah Liora mau menyahut.
❝Okeh. Tapi nanti lo harus dapat jodoh yang speknya kayak Oppa-Oppa korea, okeh?❞

❝Iyya, nanti gue bakalan cari yang modelannya kayak Na Jaemin, okeh?❞ Liara meladeninya.

❝Boleh aja kok, selama nggak beda agama.❞ Liora memberikan sindiran keras, yang sangat menampar sekali di lubuk hatinya Liara.

❝Liora mah!❞ sebal Liara, seketika ia melepaskan pelukannya pada Liora, sehingga matanya bisa kembali memandangi raut wajahnya Liora. ❝Biarin aja beda agama, daripada beda dimensi ya kan?❞

❝Lo nyindir balik gue nih?❞ sontak mata
Liora langsung memelototi saudara kembarnya.

❝Iyya gue nyindir lo. Cowok fiksi lo itu,  semuanya nggak nyata, hahaa.❞ Liara menertawai Liora sepuas hatinya. Liora gapapa kok, sumpah gapapa banget!

Oh gitu. Awas lo ya, Liara!❞  balas Liora. Mereka masih dalam konteks 'bercanda'. Liora memegang sebuah bantal kecil yang berada di atas kasur mereka, dia memukul Liara menggunakan bantal tersebut.

❝Anjir! Masker matanya jadi copot nih,
Liora!❞ tidak terima perlakuannya Liora tadi, Liara lalu membalasnya dengan balik melemparkan bantal ke wajahnya Liora.

❝Ayo sini, perang kita! Yang kalah harus beliin seblak prasmanan seember. Okeh?❞ Liora menawarkan kesepakatan yang sesat. Gila aje makan seblak seember.

❝Okeh deal!❞ dimufakati oleh Liara

Mereka berdua saling memukuli satu sama
lain, menggunakan guling milik mereka masing-masing, saking hebohnya aksi mereka, sampai-sampai kapuk di bantal guling tersebut bertabura ke mana-mana, mengotori sprai kasur.

Dan yang menjadi pemenangnya adalah Liora, sehingga mengharuskan Liara untuk membelanjakannya seblak prasmanan, tapi tentu saja tidak seember, hanya seporsi saja.

Li To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang