24. ( Home To Me)

12 2 0
                                    


"A-air tolong, g-ue haus..."

Liara menoleh ke kirinya, betapa tergoresnya hati Liara, melihat adiknya sendiri dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Mukanya, serta bibirnya sangat pucat, dari nada bicaranya Liora pun, terdengarnya sayu sekali.

Semenjak Devina meminta para anak buahnya untul mengambil darah mereka berdua, perintahnya Devina langsung dilakukan. Dan baru lima belas menit darah mereka diambil, tapi terasanya sudah lemah sekali badannya mereka.

"Dev! Tolong kasih Liora minum sedikit
aja, Dev! Kasihanin Liara Dev, dia bisa pingsan!" yang bisa Liara lakukan sekarang hanyalah memohon kepada Devina, supaya mau memberikan Liora minum, walau hanya seteguk saja.

"Lo pikir gue perduli? Enggak!" tanggap Devina begitu entengnya. Seperti kebanyakan bos pada umumnya, Devin tengah terduduk di sofa yang tidak terlalu jauh dari posisi Liara, dia duduk sambil menggoyangkan kakinya di atas.

"IBLIS LO YA, DEVINA!" umpat Liora, terbawa emosi sampai tidak sengaja keceplosan mengatai Devina. Tindakannya ini, menimbulkan dampak negatif bagi dirinya sendiri.

Bugh!

Untuk membalas celaannya Liora, Devina tidak perlu repot-repot mengotori tangannya, atau membuang energinya, sebab sudah ada anak buahnya yang mewakili dirinya. Devina smirk lagi, ia memerintahkan. "cambuk dia sebanyak dua puluh kali, terus kalian pukulin juga!"

"Baik Bos!" perintahnya pun langsung dilaksanakan anak-anak buahnya.

Liara tambah panik, matanya sampai melebar. "Nggak! Please Dev, jangan lakuin itu! Nanti Liora bisa tambah parah! Tolong!"

Hari ini, adalah hari paling berkelam bagi Liora dan Liara. Antara hidup atau mati, misalnya mereka bebas dari sini pun, pasti mereka berdua mempunyai trauma yang berat. Apalagi Liara, dia menutup matanya, karena tidak kuasa melihat adiknya sendiri dicambuki dan dipukuli tepat di depannya.

Liora terus mengerang kesakitan, habis sudah seluruh badannya dipenuhi nanti lebam-lebam. Liara tidak bisa membiarkan saja hal ini terus berlanjut, atau nanti akibatnya bisa sangat fatal, dia bisa kehilangan Liora selamanya.

"BERHENTI GUE MOHON! BIAR GUE AJA YANG NERUSIN HUKUMANNYA LIORA! CAMBUK DAN PUKULIN GUE AJA! TAPI STOP SIKSA LIORA!" Liara terus memberontak, sambil berusaha melepaskan ikatannya.

Spontan anak buahnya Devina menghentikan aksinya sejekap, mereka berbarengan melirik ke Devina, Devina memberikan mereka kode melalui gerakan matanya itu. Alhasil, Liara juga jadi mendapatkan hukuman yang sama dengan yang diterima oleh Liora.

"NGGAK JANGAN KE LIARA! AMPUNIN LIARA!"

Devina yang muak sekali dengan teriakannya mereka, menyelak. "SHUT THE FUCK UP! KALAU KALIAN BERDUA NGGAK BISA DIEM, GUE SUMPEL MULUT KALIAN, PAHAM!"

Tegurannya Devina tadi, membungkam mulutnya Liara dan juga Liora. Liora merintihkan air matanya, melihat Liara yang disiksa lebih sadis ketibang dirinya tadi. Mereka semua terus mencambuk, memukuli, menendang Liara juga.

Liara sangat kesakitan, namun sebagai seorang kakak yang tangguh, dia masih berusaha kuat, dan bahkan salutnya, Liara memberikan senyuman palsunya untuk Liara. Dengan sangat pelan, Liara berkata. "Tahan ya Liora, lo pasti bisa selamat dari sini. Gue sendiri yang jamin, walau nyawa gue yang harus dituker."

"Kita harus selamat Ra, bukan cuma gue doang, janji ya sama gue, Liara?" matanya Liora sudah bengkak sekali, tetapi Liara masih tersenyum manis serta menganggukkan kepalanya.

- - -

Sebuah mobil terparkir, di tengah-tengah hutan yang lebat ini. Mobil tersebut milik Elza, yang sudah sampai di titik lokasi yang tadi sudah dikirimi oleh temannya.

Li To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang