33. ( Pesta Topeng )

7 2 0
                                    

❝Lo baca, Zaa!❞ Elza memampangkan layar ponselnya kepada Elza, yang menampilan isi chat berupa ancaman, yang dikirim oleh si pengkhianat Devina.

Sekarang Liara menaruh kue serta hadiah dari Elza di bawah mereka sana, tidak sengaja Liara mengeluarkan cairan bening dari matanya. ❝Elza, gue kenal banget sama Devina, dia itu nggak pernah main-main sama omongannya. Dan kalau dia udah nargetin, itu berarti-❞

❝Biarin aja dia nargetin gue, Ra. Gue juga mau tau, apa sih yang bisa dia lakuin ke gue. Dia mau celakain gue kayak gimana? Haha.❞ Elza menanggapi dengan santai, dia mengira ini semua hanyalah permainan belaka.

❝Elza lo kok bisa sih, ketawa? Lo tau nggak! Kemarin Devina udah coba nyerang Amanda, untung aja gue masih sempet nolongin dia. Terus sekarang dia mau ngincer lo, Zaa...❞

❝Gimana kalau misalnya-❞

❝Gue nggak bakalan kenapa-kenapa. That's
my promise to you.❞ potong Elza. Dia meyakinkan Liara, jika dirinya itu tidak akan celaka di tangannya Devina, terserah Devina mau melakukan apapun.

❝Gue pulang bareng lo, ya? Please, Elza.❞

Tidak Liara kira, Elza menolak untuk pulang bersamanya. ❝Nggak bisa Ra, pulang sekolah gue mau langsung ke rumah sakit, ibu gue lagi dirawat di ICU soalnya, jadi lo takutnya nggak bisa masuk.❞

❝Elza...❞

❝Gue bisa jaga diri gue Ra, kalaupun harus
mati juga, gue gapapa, berarti emang udah takdirnya gue.❞

Nggak! Selama gue masih bernafas, nggak bakalan gue biarin Devina bisa celakain orang terdekat gue. Lo lihat aja Devina, yang bakal celaka itu lo, bukan Elza!❞ Liara bicara dalam hatinya, dia telah mengambil sebuah tindakan.

- - -

Setelah apa yang terjadi di rooftop sekolah tadi, sebenarnya Elza pun jadi merasa waspada sekali pulang sekolah hari ini. Rasanya dia tidak bisa membawa motornya itu dengan tenang. Jujur saja, tidak perduli mengenai gendernya, Elza juga manusiawi, wajar dia merasa deg-deg'an, saat tahu ada yang akan menghabisinya.

Namun sebisa mungkin Elza menepis segala ketakutannya, tapi tetap saja waspada itu sangat penting, di mana pun kita berada, sebab setiap saatnya, bahaya akan senantiasa mengintai. ❝Anak sekecil itu nggak ada yang mau bantuin dia nyebrang?❞ ujar Elza.

Matanya jadi salah fokus, di pinggir jalanan raya, ada anak kecil yang tengah celangak-celinguk berniat menyebrang jalanan raya. Tapi herannya, tidak ada satupun orang yang mau membantu adik tersebut. Mungkin saja karena kondisii jalanan raya yang sepi, karena memang bukan jalan raya di sini, bukan jalanan raya yang besar.

Elza bertekad menolong anak kecil tersebut menyebrang jalan raya, ia mematikan mesin motornya tepat di sisi kiri jalanan, bergegas ia mendekati adik tersebut, yang tidak terlalu jauh dari posisinya tadi. ❝Adek, adek mau nyebrang? Sini biar kakak bantu, ya.❞

❝Terimakasih banyak ya, Kak.❞ adik itu
seolah bersyukur ada yang mau membantunya menyebrang jalan. Elza lantas menggandeng tangannya si adik, menuntun dia sampai di ke ujung sebrang jalanan.

Namun saat berada di tengah-tengah jalanan, adik itu mendadak melepaskan gandengan tangannya Elza, dia menjaga jaraknya beberapa senti di belakang Elza. Elza refleks berhenti di tempatnya berdiri, dia binggung kenapa anak yang dia bantu tadi malah menjauh.

❝Lho? Kenapa berhenti, Dek?❞ Elza mematung di tempat, karena dia lenggah, dia sampai tidak menyadari ada sebuah mobil kontainer dengan kelajuan tinggi mau menabrak Elza dari arah berlawanan.

❝ELZAA AWAS!❞ takdir masih berpihak pada Elza, nasib baik ada Liara, yang menarik tangannya Elza secara cepat, alhasil Elza berhasil lolos dari bahaya maut yang hampir menerjang dirinya.

Li To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang