25. ( It's Not Over )

10 2 0
                                    

Liara lagi, lagi, perlu menjalani operasi kembali untuk mengeluarkan peluru yang tertancap di bahunya. Dibandingkan dengan Liora, memang Liara lah yang paling terluka parah, sudah tidak terbayang lagi, betapa sakitnya sekujur tubuh Liara saat ini.

Namun berkat pertolongannya Tuhan, Liara masih baik-baik saja, operasinya juga tadi berjalan dengan sangat lancar. Kini Liara cuma perlu istrirahat di rumah sakit saja, sampai dirinya pulih kembali. Selebihnya tenang aja, tidak ada kondisi serius yang perlu dikhawatirkan baik pada Liora.

"Liara, how you feel, now?" tanya Liora. Semenjak dia dipindahkan ke ruang rawat inap, Liora terus saja menemani Liara, tidak sekalipun Liora pergi dari ruangan ini. Dan sekarang Liora senang sekali, melihat Liara yang telah siuman.

"Liora?" Liara menengok ke samping brankarnya, ada Liora yang sedang terduduk di kursi, dengan matanya Liora yang sudah berkaca-kaca. "I'm good."

"Maaf, maaf, maaf, maaf. Liara. Tolong maafin gue, gue minta banget ya sama lo." hatinya Liora dipenuhi oleh rasa penyelasan. Tak sepantasnya Liora menuduh Liara yang macam-macam pada hari itu.

Liora memeluk Liara dengan eratnya, kepalanya terbaringkan di perur Liara. Tangan Liara berkutik, mengelus-ngelus rambut Liara. "Liora, nggak usah minta maaf, gue pernah nggak marah sama lo."

"Lo sayang banget ya sama gue,
Liara?" Liora melepaskan pelukannya, mendangak ke wajahnya Liara, tampak Liara menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Kenapa, Liara? Kenapa lo nggak benci aja, sama gue? Padahal gue selalu nyusahin lo, gue juga jaha sama lo, pokoknya semua masalah hidup lo itu ada karene gue." Liora menyimpulkan. Akhirnya sadar diri juga ya. Eh.

"Siapa yang bilang gitu?"

"Gue yang bilang. Barusan." Liora sempat-sempatnya tersenyum kecil ke arahnya Liara. "Tapi Ra, pokoknya mulai sekarang, detik ini juga, adik lo ini janji sama lo, kalau dia nggak akan buat lo kesusahan lagi, dan juga nggak akan pernah marah lagi sama lo, apalagi sampe nuduh lo yang nggak-nggak. I'm promise."

"Iyya, okeh. i believe you." final Liara. "Yang berlalu, biarin aja berlalu. Sekarang gue cuma fokus buat ke depannya aja. I hope, kita jangan pernah berantem lagi ya, Liora."

Liora mengiyakan, lagi dan lagi, dirinya meminta pada Liara, sambil memeluk kembarannya itu. "Sekali lagi, maafin Liora ya. Maaf, maaf, maaf."

"Iyya Liora. Ssma-sama, okeh?"

Pelukannya di lepas oleh Liora, awalnya masih terpapar wajah bahagianya di Liora namun detik berikutnya, mendadak Liora memasang ekspresi seriusnya. "Liara, ada yang mau gue ceritain- "

"Liara! Kamu udah bangun?" seseorang menyela omongann Liora, padahal sepertinya Liara ingin membicarakan hal serius. Orang ini adalah Candra, yang masuk ke ruangan Liara bersama dengan Lily.

"Ayah....iyya, Liara udah bangun, Yah."
Liara senang sekali, ditanyai seperti itu oleh Candra. Rasanya seperti Candra sudah tidak marah lagi padanya. Sudah sejak lama Liara menantikan saat-saat seperti ini.

Tidak pernah Liara sangka, Candra datang mendekati dirinya, kemudian memeluk Liara sepenuh hati. Liara rasanya ingin tantrum, dia gembira sekali dipeluk oleh Candra. "Liara, maafin Ayah ya, Ayah udah egois banget sama Kamu."

"Ayah minta maaf karena Ayah nggak pernah mau dengerin kamu, nggak percaya sama kamu, Ayah juga udah salah sangka sama kamu. Ayah jahat, ya Liara?"

Liara menggelengkan kepalanya dalam pelukan Candra. "Nggak Yah, ayah nggak pernah jahat, Ayah itu baikk banget. Liara juga minta maaf ya, Yah, pasti Liara juga ada banyak salah sama Ayah."

Li To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang