18. Flashback -1

17 1 0
                                    

Assalamualaikum selamat sore semuanya ^^

Bagaimana kabar kalian? Semoga dalam keadaan sehat ya aamiin.

Kalau gitu kalian langsung aja baca bab ini yaaaa^^

Selamat membaca ^^

***

11 Tahun lalu ....

Tidur Deva terusik ketika mendengar suara keributan kedua orang tuanya. Saat itu Deva masih berumur 5 tahun. Deva kecil berusaha turun dari tempat tidurnya, berniat untuk keluar dari kamarnya dan melihat apa yang terjadi pada kedua orang tuanya. Hari itu, adalah pertama kalinya Deva mendengar keributan antara orang tuanya, karena sebelumnya kedua orang tuanya selalu terlihat harmonis. 

Deva terlonjak kaget ketika ada sebuah guci besar yang dilempar hingga pecah berantakan dan hampir melukai kakinya. Deva yang merasa kaget pun hanya bisa gemetar ketakutan. Apalagi saat mendengar teriakan sang ayah yang begitu menakutkan di telinga Deva. 

"Tuan muda sedang apa disini?" pengasuhnya yang bernama Leana itu menariknya agar menjauh dari keributan yang terjadi antara Tuan dan Nyonya rumah tempatnya bekerja.

"Apa yang terjadi pada ayah dan ibu Bibi Lea?" tanya Deva penasaran. 

"Mereka hanya sedang berbicara saja. Sudah, Tuan muda jangan kesana lagi kalau tuan dan nyonya sedang berbicara ya?" perintah Leana yang sama sekali tak ditanggapi oleh Deva. Walaupun masih kecil Deva sadar, jika itu bukanlah perbincangan biasa, tetapi perdebatan. 

Leana pun membawa Deva kembali ke kamarnya. Leana membantu Deva untuk mandi. Sebab Deva akan pergi ke sekolah. Tidak sampai menghabiskan waktu lama, akhirnya Leana selesai mengurus Tuan mudanya. Dia pun mengantar Deva hingga ruang makan. Disana ada Arsa yang sudah stand bye di meja makan bersama dengan Arsenio, tetapi tidak ada Dyan disana.

Leana menunduk hormat ketika Arsa melihatnya datang bersama dengan Deva. Menurut Leana, tatapan Arsa sangat menyeramkan hingga membuat siapapun yang ditatap merasa gemetar. 

"Cepat sarapan atau kamu akan terlambat!" Arsa menatap Deva dengan perintahnya yang tak terelakan. Namun, bukannya menurut, Deva mendorong pelan piring sarapannya membuat Arsa yang hari ini moodnya buruk menggeram marah. 

"Makan sarapan kamu dengan benar Deva!" Arsa memberikan tatapan tajam pada Deva. 

"Saya akan membantu Tuan muda sarapan." Leana akhirnya berbicara. Pengasuh dari Deva itu hendak membuatkan roti baru untuk Deva, namun dengan cepat Deva merebutnya dan melemparnya ke sembarang arah.

Tentunya perilaku Deva semakin membuat Arsa marah dibuatnya. Ayahnya itu sampai melempar sendok dan garpu yang dipakainya tadi ke atas meja hingga beberapa pembantu dan pengawal Arsa yang berjaga di sekitaran ruang makan terlonjak kaget. 

"Aku ingin sarapan bersama Ibu!" teriak Deva dengan wajahnya yang memerah, karena marah. 

"DEVA SHAQUILLE!" murka Arsa. 

"Deva benci ayah!" Deva langsung berlari ke kamarnya setelah sang ayah membentaknya tadi. 

Di dalam kamarnya, Deva menangis. Apakah salah, jika dirinya ingin sarapan bersama ibunya? Kenapa pula respon ayahnya seperti itu? Dan respon itu tidak seperti biasanya. Deva terus menangis dan membiarkan Leana mengetuk pintu kamarnya dari luar, karena Deva memang sengaja menguncinya dari dalam. 

***

Hari berikutnya, Deva kembali mendengar perdebatan orang tuanya. Deva yang saat itu tengah belajar pun harus menghentikan aktivitas belajarnya. Suara pecahan beling terdengar begitu nyaring hingga membuat dia tidak bisa fokus belajar. Deva pun beranjak dari meja belajarnya hendak keluar kamar.

SHAQUILLE { On Going }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang