29. Frey Atharrayhan

13 0 0
                                    

Assalamu'alaikum semuanya, gimana kabar kalian? 

Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat wal'afiat ya aamiin.

Kalian sudah siap baca bab 29 ini? 

Kalau sudah siap langsung aja baca dan jangan lupa vote dan komennya ya :> 

Selamat membaca^^

***

Aya bergegas masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Deva yang masih setia berdiri di depan sana. Hanya satu harapannya, Deva mengerti dan segera menjauh dari putrinya. Dengan begitulah Aya bisa sedikit merasa tenang. Alasannya masih sama, dia tidak ingin membahayakan nyawa Lanita lagi. 

Mungkin Lanita bukan putri kandungnya. Namun satu hal yang pasti, Aya menyayanginya sebagaimana dia menyayangi putrinya sendiri. Apalagi kehadiran Lanita dalam hidupnya benar-benar membuatnya kembali bersemangat untuk tetap hidup.

Beberapa tahun lalu, Aya pernah merasakan betapa sakitnya kehilangan seorang anak yang bahkan belum dia lihat di dunia ini. Rasa penyesalan selalu Aya rasakan, karena tidak bisa menjaga anak di dalam kandungannya dengan baik. Ditambah dengan keluarganya yang tak henti-hentinya menyalahkan dirinya atas semua itu.

Tapi sepertinya, Aya masih memiliki kesempatan dengan hadirnya sosok Lanita dalam hidupnya. Gadis yang kehidupannya penuh dengan misteri serta marabahaya. Dan gadis yang sudah dia rawat selama 5 tahun terakhir. Dialah gadis yang rupanya mampu membuat Aya sungguhan merasakan bagaimana menjadi seorang ibu.

"Ibu?"

Lamunan Aya terbuyarkan kala mendengar suara Lanita. Lantas dia pun menatap sekelilingnya. Ah! Terlalu sibuk melamun, Aya sampai tidak sadar, kalau dirinya sudah berada di ruang tamu. 

Aya berdeham pelan.

"Kamu belum tidur?" tanya Aya sembari menatap putrinya yang sudah berganti pakaian mengenakan piyama tidur.

"Ibu nggak marahin Deva kaya Juan, 'kan?" Lanita balik bertanya. Tentunya pertanyaan dari Lanita membuat Aya harus menghentikan langkahnya sejenak.

Bukan tanpa alasan Lanita bertanya demikian. Pasalnya, waktu pertama kali Juan datang ke rumahnya, sikap Aya sangat tidak bersahabat. Ibunya itu menginterogasi Juan begitu lama hingga membuat Juan enggan untuk datang ke rumahnya lagi.

Juan juga mengatakan kalau Ibunya itu sangat menyeramkan dengan aura intimidasinya. Seolah-olah Aya tengah menginterogasi calon menantunya. Padahal saat itu posisi Juan dan Lanita hanya sebatas teman biasa.

"Nggak," jawab Aya singkat kemudian melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

Sementara Lanita yang mendengar jawaban ibunya pun menghembuskan nafas lega.  Syukurlah, kalau hanya bicara biasa. 

***

"Mau Lita bantu? tanya Lanita pada Aya yang tengah menyiapkan makan malam. Jangan lupakan senyuman lebar dan wajah ceria yang selalu menghiasi wajahnya.

Aya hanya menggeleng singkat sembari melirik Lanita sekilas. Setelahnya dia kembali fokus menata beberapa masakannya ke atas meja.

"Tidak usah."

Tentunya respon Aya yang dingin membuat Lanita langsung mengatupkan bibirnya dan memilih untuk duduk nyaman sembari menunggu Aya selesai menata semua masakannya ke atas meja.

Perlu diketahui. Meskipun Aya itu cuek dan dingin, tetapi wanita itu selalu memperlakukan Lanita dengan baik. Mungkin Aya sibuk bekerja, namun kewajibannya sebagai seorang ibu tidak pernah dia lupakan. Terkadang Aya juga sering bertanya mengenai kesehariannya di sekolah di sela-sela kesibukannya.

SHAQUILLE { On Going }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang