25. Lukisan itu

17 1 0
                                    

Assalamualaikum selamat malam semuanya^^

Cerita Shaquille kembali update dan bab ini lumayan panjang hehe ><

Kalau gitu, mari baca bab 25 ini.

Semoga suka >>>>

Selamat membaca ^^

***

Deva tidak pernah menyangka kalau traumanya akan kambuh di depan Lanita. Padahal pertanyaan itu tidak pernah Deva rencanakan sebelumnya. Pertanyaan tersebut terlontar begitu saja dari bibirnya.

Namun, tidak dia sangka, rupanya efek dari pertanyaannya itu sungguh membuatnya tidak bisa mengendalikan traumanya di hadapan Lanita.

Deva tidak berbohong, kalau dirinya selalu merasa sesak setiap kali bermimpi buruk atau teringat kejadian itu. Seolah-olah dadanya di timpa sesuatu yang begitu berat hingga membuatnya tiba-tiba merasa sesak sampai kesulitan bernafas. 

Sudah berulang kali pula dokter yang menanganinya menyarankan Deva untuk melakukan pengobatan dengan datang ke psikolog. Namun, Deva selalu menolaknya. Alasan Deva menolak, karena dia hanya menganggap itu trauma biasa.

Seperti perkataannya tadi, Deva enggan dijemput oleh Arsenio. Alhasil, dia keluar dari rumah sakit sebelum Arsenio datang. Dan kini dia tengah berdiri di depan rumah Lanita, tengah mengawasi gadis itu dari kejauhan. 

Dari tempatnya berdiri sekarang, Deva bisa melihat jelas, tiga perempuan yang sepertinya tengah berbincang-bincang. Akan tetapi, tatapannya hanya tertuju pada seorang wanita dewasa yang berpakaian khas kantoran.

Sorot matanya begitu serius menatap setiap gerak-gerik wanita itu. Mulai dari cara bicara hingga cara menyentuh wanita itu pada Lanita, semuanya tidak lepas dari pandangan Deva.

Setelah memastikan, jika wanita itu tidak berbahaya bagi Lanita, Deva pun bergegas bersembunyi di balik tembok saat mobil milik Aya keluar dari halaman. Tak lupa, dia langsung menarik topinya hingga menutupi sebagian wajahnya. Setelahnya, dia pun pergi dari sana.

***

Mungkin benar yang dikatakan oleh Lanita, kalau Aya, adalah wanita baik. Namun, Deva tidak bisa langsung percaya dengan apa yang dia lihat hari ini. Bisa saja, ada perilaku buruk dari Aya yang tidak diketahui oleh orang-orang termasuk dirinya.

Entahlah, setelah kejadian itu, Deva selalu merasa gusar, seolah-olah hidupnya tidak dibiarkan tenang. Apalagi dengan begitu banyak rahasia yang dia sembunyikan serta sosok Arsa yang terus mengawasi setiap gerak-geriknya.

Perlahan langkahnya menghampiri sebuah lukisan besar yang tertutup kain putih. Lukisan yang beberapa hari lalu hampir Lanita buka.

Sebenarnya, sudah begitu lama lukisan itu disana, namun baru sekarang Deva membukanya lagi. Salah satu tangannya terulur untuk melepaskan kain putih itu hingga nampaklah wajah seorang gadis cantik disana dalam ukuran cukup besar.

Sudut bibir Deva terangkat membentuk sebuah senyuman sendu.

"Dulu nama lo Qiara," kata Deva sembari menatap sendu lukisan tersebut.

"Lo serius lupa sama gue?"

Deva masih saja bercakap dengan lukisan wajah gadis yang seolah tersenyum lebar ke arahnya. Ia ingat, kapan lukisan itu dibuat. Tepatnya saat gadis itu berulang tahun yang ke 14. Deva sendiri memberikannya sebagai hadiah. 

Sampai saat ini, Deva masih bertanya-tanya, mengapa disaat pertemuan pertamanya dengan gadis itu, mereka seolah-olah tidak pernah saling mengenal satu sama lain. Deva juga sempat berpikir, kalau gadis itu berpura-pura tidak mengenalinya, karena kejadian di masa lalu.

SHAQUILLE { On Going }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang