22. Bermalam bersama

20 1 0
                                    

Assalamu'alaikum, selamat malam para pembaca setia cerita SHAQUILLE

Aku kembali update cerita ini, meskipun agak lama ya

Tapi, aku harap bab 22 ini bisa menemani dan menghibur malam rabu kalian ya hehe ><

Kalau gitu, langsung aja lanjut bacanya ya. Satu lagi aku ingatkan, jangan lupa untuk vote dan komennya setelah membaca.

Terserah kalian mau komen apa, bebas.

Selamat membaca^^

***

"Iya. Itu sebabnya gue meminta lo menemani gue malam ini, disini."

Lanita bungkam. Jangan tanyakan lagi, bagaimana kondisi jantungnya yang sudah menggila sekarang. Lanita jadi bingung sendiri. Tadi saat bersama dengan Ansel saja, dia tidak sampai berdebar seperti sekarang. Tapi saat bersama dengan Deva rasanya berbeda sekali. 

Lanita tersadar akan sesuatu, lantas dia pun hendak kembali ke ruang tamu, karena gugup terus di tatap oleh Deva. Namun, tanpa dia duga, Deva justru menariknya hingga dia masuk ke dalam pelukan lelaki itu. Seketika tubuh Lanita menegang seiring dengan degupannya yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi.  

"Ta?" 

"Hm?" Lanita hanya bisa berdeham saat Deva memanggilnya begitu lirih, karena sejujurnya dia sudah tidak bisa berkutik atau pun berkata-kata lagi. Tindakan Deva terlalu mendadak. 

"Gue rindu."

Lanita semakin menegang kala mendengar kalimat Deva. Dia tidak salah dengar bukan? Rindu? Cepat-cepat Lanita menggelengkan kepalanya menghalau pemikiran seperti itu. Bukankah tidak baik, terlalu percaya diri? Jadi, dia mulai mengira kalau Deva merindukan sosok Qiara. 

"Wajar lo rindu Qiara."

Dalam pelukan Lanita, Deva memejamkan matanya kuat-kuat, menahan segala sesuatu yang selama ini membuatnya sesak. Bahkan dia sampai memeluk erat Lanita hingga gadis itu sedikit berontak, karena hampir kehabisan nafas.

"Dev, engap." Lanita menepuk-nepuk pelan punggung Deva hingga lelaki itu melepaskan pelukannya, lantas sedikit memberi jarak darinya. Selalu seperti itu.

Beberapa waktu lalu pun Lanita pernah mendapatkan hal yang sama. Namun, setelahnya dia ditinggalkan begitu saja, seolah-olah Deva mencampakkannya. Mungkinkah hari ini juga akan sama? 

"Sorry kalau gue terlalu lancang," sesal Deva yang enggan menatap Lanita. "Gue selalu melihat dia dalam diri lo," sambungnya yang kini sudah menatap Lanita lagi. Akan tetapi, kali ini lebih teduh dari biasanya. 

Jadi, itu alasannya. Lanita pun manggut-manggut paham. 

"Semirip itu ya?" 

Deva mengangguk lemah tanpa mengalihkan pandangannya dari Lanita. Entahlah, Lanita sadar atau tidak dengan arti tatapan Deva. Namun, Deva tidak pernah berekspektasi tinggi akan hal itu. Dengan adanya gadis itu disini, sudah membuat hatinya sedikit senang. 

"Coba perhatikan baik-baik." Lanita menyelipkan rambutnya ke belakang telinga sembari memajukan wajahnya ke hadapan Deva membuat lelaki itu mengernyit heran. "Apa hampir semua bagian wajahnya gue sama kaya dia, sampai-sampai lo bilang, kalau gue sama dia mirip," lanjut Lanita. 

Deva menahan senyumnya melihat tingkah Lanita. Kemudian menganggukkan kepalanya lagi.

Lanita pun kembali memundurkan wajahnya, menatap kesal Deva, "Kalau gue mirip dia, kenapa lo selalu bersikap seenaknya sama gue? Seharusnya, 'kan lo memperlakukan gue dengan baik!" 

SHAQUILLE { On Going }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang