28. Ternyata dia

16 0 0
                                    

Assalamualaikum selamat malam semuanya.

Cerita Shaquille kembali update.

Sebelumnya, gimana kabar kalian? Semoga selalu dalam keadaan sehat ya ^^

Kalau gitu langsung aja baca bab 28 ini :)

Selamat membaca ^^

***

Ekspresi sendu Deva terlihat jelas setelah dia mengetahui kalau gadisnya mengalami hal buruk selama 5 tahun terakhir ini. Bukannya tetap berada di sisi gadis itu, Deva justru malah melarikan diri, bak seorang pengecut yang tidak bertanggung jawab atas tindakannya. 

Menyesal? Tentu saja Deva menyesal. Apalagi akibat dari sikap tidak bertanggung jawabnya, Lanita harus kehilangan ingatannya. Dan semua ini dia penyebabnya. Rupanya, itu alasan Lanita melihatnya, bukan sebagai seorang kekasih lagi, tetapi seperti orang asing saat pertemuan pertama mereka. 

Selain itu, Deva merasa marah akan tindakan Aya yang membiarkan Lanita mengonsumsi obat anticemas selama 5 tahun terakhir. Tetapi, di sisi lain, dia sedikit membenarkan tujuan Aya melakukan semua itu. Tak lebih untuk melindungi Lanita. Selain itu, dia juga tidak pernah menyangka, kalau masih ada orang yang memiliki tujuan serupa dengannya. 

Deva memejamkan matanya sejenak. Rasa bimbang mulai menghantuinya sekarang. Dia tidak ingin melakukan kesalahan lagi. Namun, keadaan memaksanya untuk melakukan kesalahan itu lagi.

Beberapa saat setelahnya, Deva kembali membuka matanya. Secara perlahan, dia meraih botol obat milik Lanita yang sejak tadi diletakan di atas meja. Yah, keputusan Deva sudah bulat sekarang. Selain menjauhkan Lanita dari Arsa, Deva juga perlu membuat Lanita tidak kembali mengingat masa lalu. 

Katakan Deva egois. Namun, dia terlalu takut, kalau Lanita akan kembali meninggalkannya setelah ingatan gadis itu kembali. Lebih parahnya lagi, Lanita akan sangat membencinya. Demi apapun, Deva akan benar-benar gila, jika gadis yang dia cintai membencinya. Cukup selama 5 tahun saja. Dia berharap kali ini mereka tidak akan kembali berpisah. 

"Maaf."

***

"Obat lo."

Lanita yang tengah menunduk memainkan ponselnya pun mengangkat kepalanya. 

"Ah iya, tapi kok bisa ada sama lo?" 

"Waktu lo pingsan, nggak sengaja lo jatuhin."

"Oh gitu. Terima kasih," kata Lanita diakhiri senyum tipis membuat Deva harus menahan dirinya agar tidak memeluk gadis itu, karena gemas.

Hening untuk beberapa saat hingga Deva kembali bersuara.

"Pulang sendiri?"

Lanita kembali mendongak lantas menjawab," Gue bareng Elena."

"Gue tadi lihat dia ada di ruang kepala sekolah."

"Ngapain dia disana?"

Deva mengedikkan bahunya, karena memang dia hanya melihat sepintas saja. Itu pun hanya kebetulan, saat dia tengah hendak ke parkiran. Sementara Lanita kembali sibuk dengan ponselnya, seperti tengah mengirim pesan pada seseorang. Namun, tak lama dia berdecak kesal setelah membaca pesan dari Elena.

"Kurang asem, udah gue tungguin juga!" gerutu Lanita setengah kesal.

"Kenapa?"

"Dia ada urusan sama kepsek," jawab Lanita dengan nada sedikit ketus, kesal pada Elena.

"Mau bareng?"

Lanita langsung menatap kaget Deva yang tiba-tiba mengajaknya pulang bareng. Ini sungguhan, 'kan? Bukan prank atau kejahilan Deva semata.

SHAQUILLE { On Going }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang