Dalam perjalanan menuju ruang kelasnya, tak ayal Rayyan berhenti sesekali untuk mengatur nafasnya yang terasa sesak.
Wajahnya yang pucat terlihat semakin pucat karena menahan rasa sakit di ulu hatinya, apa lagi detak jantungnya yang terasa lebih cepat, matanya berkunang-kunang, namun ia masih tetap berusaha sampai ke kelas, padahal ia bisa saja pergi ke UKS untuk istirahat, tapi karena rasa penasaran pada kelas tempatnya menimba ilmu membuatnya mengabaikan sakit yang ia rasakan.
Zayyan yang memang telah berada di dalam kelas melihat kembarannya itu masuk dengan jalan yang sedikit tertatih, ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, apa lagi wajah pucat adik kembarnya yang seperti menahan sakit.
"Shut... kenapa tuh adik kembar lo?" Tanya Raka pelan, teman Zayyan.
Zayyan hanya mengedikkan bahu, nyatanya ia memang tak tahu menahu perihal yang terjadi pada sang kembaran.
"Udah lah nggak usah di bahas lagi!" Sanggah Kai, karena ia tahu seperti apa watak temannya ini.
Zayyan masih memperhatikan wajah sang kembaran di bangku seberang, sampai seorang guru mengalihkan fokusnya.
Zayyan dan Rayyan memang berada dalam satu kelas, kelas x SMA, memiliki jurusan yang sama, yaitu IPA, dan itu karena permintaan kedua orang tua mereka agar Zayyan bisa selalu mengawasi dan menjaga Rayyan, padahal jika di tanya seberapa sering melihat kembaran itu bersama, mungkin seluruh teman kelas akan menjawab hampir tidak pernah melihatnya.
Selama jam pelajaran berlangsung, Zayyan sering kali curi-curi padang pada sang kembaran, ia khawatir melihat keadaan adik kembarnya yang terlihat seperti semakin parah, ingin bertanya, namun ia gengsi, karena setiap ia berbicara selalu salah ucap dan berakhir adu argument dengan sang kembaran.
.
.
.
.Bel istirahat telah berbunyi, karena rasa penasarannya, ia memutuskan menghampiri Rayyan untuk bertanya.
"Lo kenapa?" Tanya Zayyan langsung.
"Aku nggak kenapa-kenapa." Jawab Rayyan berbohong, padahal berbohong pun percuma, karena Rayyan yang terlihat kesusahan bernafas juga dengan wajah pucat.
"Oh ya udah." Jawab Zayyan singkat lalu menyusul teman-temannya menuju kantin.
Kini Rayyan seorang diri di dalam kelas, ia beranjak dari sana untuk pergi ke kantin untuk membeli air, rasanya bibirnya begitu kering, walau pun dalam perjalanan rasa sakit masih ia rasakan tapi tak apa, selama dirinya masih kuat.
Setelah mendapatkan air yang ia beli, matanya mengerjap, memperhatikan apakah masih ada bangku yang kosong, memang ada satu bangku yang kosong, namun itu satu meja dengan Zayyan dan kedua temannya.
Rayyan bingung, apakah ia harus kesana atau tidak,tapi karena rasa sakit yang tiba-tiba saja datang kembali membuat ia memberanikan diri menghampiri sang kembaran.
"Kak, aku boleh duduk di sini nggak?" Tanya Rayyan ragu,karena melihat tatapan kedua teman kakaknya yang mengintimindasi.
Hanya deheman dari Zayyan yang terdengar, berarti dirinya di perbolehkan untuk duduk dong? Nggak salahkan dia.
Rayyan mendudukkan dirinya di samping kursi sang kakak, sedangkan Zayyan asik menyantap makan siangnya tanpa memperdulikan sang adik yang duduk di sampingnya.
"Tumben lo nggak bareng sama mereka?" Tanya Kai sarkas.
Rayyan terdiam mendengar pertanyaan dari teman kakaknya itu, tidak ada alasan bagi ia untuk menjawab, jadi ia memutuskan untuk meminum air mineral yang telah ia beli.
Saat hampir meminumnya, botol air yang Rayyan genggam terjatuh, menumpahkan air yang masih berada dalam botol, tiba-tiba saja sakit di ulu hatinya bertambah.
KAMU SEDANG MEMBACA
the twins sick figure (END)
RandomKarya 3 "APA?" pekik seorang pemuda bernama RAYYAN SAPUTRA. "Bagaimana bisa?, wah nggak ngotak nih..." sanggahnya tak percaya, padahal ia hanya memaki novel yang di lemparkan sang adik padanya, dan berujung dirinya memasuki novel ini. Yang dia ketah...