CHAPTER 6

14.2K 1.1K 33
                                    

Semenjak kejadian di toilet satu minggu yang lalu, Jefri dan kedua temannya selalu memalak Rayyan dengan terang-terangan, apa lagi tidak ada seorang pun yang berani membantunya, jangan kan orang lain, saudaranya saja hanya menonton dari jauh, seakan hal yang Jefri dan kedua temannya seperti tontonan gratis saja.

Andaikan Rayyan tidak punya misi, mungkin ia akan melawan semua perlakuan yang ia terima dari ketiganya.

Tiap hari ia selalu memikirkan bagaimana cara memperbaiki hubungannya dengan kedua saudaranya.

Namun menurut Rayyan, sikap Zayyan sedikit berubah semenjak sang kembaran menyuruh Rayyan agar pulang sendiri, Rayyan berulang kali mencoba mendekati Zayyan, namun selalu mendapat penolakkan dari sang empu, apa lagi sekarang bukan hanya kata-kata kasar yang ia terima, bahkan beberapa kali Zayyan dengan sengaja mendorongnya saat Rayyan mencoba mendekatinya.

Rayyan jadi bingung sendiri, sebenarnya apa sih yang membuat sikap Zayyan berubah-ubah dengannya, padahal ia juga tidak pernah berbohong seperti yang Rayyan dulu sering lakukan.

"Kakak kenapa sih? Selalu saja menjauh dariku." Tanya Rayyan karena sudah tidak tahan.

"Lo itu penyakitan, lebih baik lo jauh-jauh deh sana!" Ucap Zayyan sarkas, namun bukan Rayyan namanya jika tidak keras kepala.

"Aku salah apa sama kakak?" Tanya Rayyan sedikit menaikkan nada bicaranya, namun Zayyan tak menghiraukannya, ia memilih meninggalkan Rayyan di sana.

"He, lo nggak sadar ya?, dasar manusia munafik!" Hina kai yang sedari tadi menyimak perdebatan antara Rayyan dan Zayyan, lalu mengikuti langkah Zayyan pergi dari sana.

Rayyan terpaku, bukan dirinya penyebab Zayyan selalu di marahi oleh kedua orang tuanya, bahkan selama di dunia ini ia jarang berada di satu tempat dengan orang tuanya, kecuali di meja makan.

"Bukan aku penyebabnya..." gumamnya lirih, matanya terlihat seperti akan menangis, padahal dirinya sudah bersabar, namun tetap saja saat tuduhan itu di layangkan kepada dirinya, membuat hatinya terasa sakit, Rayyan dulu yang melakukannya, ia yang kena getahnya.

"Sialan emang!" Umpatnya pelan seraya menyeka air matanya yang menetes, bukan mereka yang Rayyan umpati, tapi ia mengumpati kelakuan Rayyan yang raganya sedang ia tempati.

.
.
.
.

Seperti biasa, tiap jam istirahat berlangsung, Rayyan selalu mengikuti langkah Zayyan, bahkan sekarang ia mengekori Zayyan yang tengah antri membeli makanan di kantin, tujuannya hanya satu, yaitu membuat Zayyan kembali luluh seperti dulu.

"Ray lo nggak bosen apa ngintilin Zay mulu?" Tanya Raka yang mulai gedeg melihat Rayyan selalu mengikuti kemana pun temannya pergi.

"Enggak, dia kan kakak aku!" Jawab Rayyan cepat, tangannya menggandeng lengan sang kembaran agar berada dekat dengan dirinya.

Zayyan yang merasa terganggu melepaskan gandengan Rayyan, lalu mengucapkan kata-kata yang membuat Rayyan sakit hati.

"Lo bisa nggak sih nggak usah ganggu gue, nggak sudi gue harus punya saudara kembar kayak lo, apa lagi lo yang penyakitan, ck pasti bunda dan ayah sebenarnya juga males ngurusin lo yang penyakitan, menyusahkan!" Hina Zayyan lalu meninggalkan kantin di ikuti oleh kedua temannya.

Rayyan terdiam, apa kah mungkin? Jika benar, mereka pasti tidak akan sudi menggeluarkan uang untuk biaya berobat Rayyan yang terbilang mahal, Rayyan menggelengkan kepala, berusaha tidak memikirkan ucapan yang telah di keluarkan dari mulut Zayyan, dari pada memikirkannya, lebih baik Rayyan melanjutkan acara makannya.

Namun kegiatannya terhenti saat Jefri dengan segaja menjatuhkan kuah soto panas tepat di belakang punggungnya.

"Ish...." ringisnya karena rasa panas tiba-tiba ia rasakan di area punggung.

the twins sick figure (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang