CHAPTER 3

16.5K 1.3K 21
                                    

Keesokkan paginya, setelah perdebatan yang panjang antara orang tua barunya, Rayyan di izinkan untuk pergi sekolah dengan syarat harus berangkat bersama dengan sang kembaran, awalnya Rayyan menolak karena rasa bersalah di hatinya dan malu untuk menampakkan wajahnya di hadapan sang kembaran setelah apa yang terjadi.

Saat ini mereka tengah sarapan bersama di ruang makan. Sebelumnya, Rayyan adalah tipikal anak yang selalu banyak bicara, namun setelah ia berada di dunia ini, membuatnya terasa malas untuk mengeluarkan suara.

"Rayyan kenapa hanya di aduk sarapannya?, nggak enak ya?" Tanya Dian.

Lamunan Rayyan seketika buyar, ia sedari tadi hanya memikirkan nasibnya di sekolah, karena dalam ingatan tubuh ini, di sekolah teman-temannya hanya lah sekelompok anak yang selalu memanfaatkan dirinya, atau mungkin mereka tidak pantas di sebut dengan teman, karena selalu meminta uang pada Rayyan, apalagi mereka gunakan untuk membeli keperluan pribadi mereka.

Baiklah, pertama-tama, mulai hari ini ia memutuskan akan menghindari semua orang yang mengganggu ketenangannya, terutama teman Rayyan pemilik tubuh ini.

"Enggak kok bun, makanannya enak." Jawab Rayyan dengan senyum tipis.

Sedangkan Zayyan merasa muak dengan drama di depannya, ia menghentikan sarapannya, lalu beranjak dari sana.

"Zay, ajak adikmu berangkat bersama!" Titah sang ayah.

"Aku terburu-buru yah!" Alasan Zayyan, ia merasa malas kalau harus berangkat dengan sang kembaran.

"Tunggu sebentar saja, soalnya ayah tidak bisa mengantar Rayyan! Dan sekalian ajak adikmu pulang bersama, soalnya nanti ayah dan bunda tidak bisa menjemput" Jawab sang ayah.

"Tapi aku...."

"Sudah berangkat sana, tadi katanya terburu-buru." Sela sang ayah saat Zayyan kembali beralasan.

Rayyan termenung, haruskah ia berangkat dan pulang bersama sang kembaran? Tapi jika ia melanjutkan sarapannya pasti Zayyan akan meninggalkannya.

Tapi jika tidak hari ini, kapan lagi ia bisa memperbaiki hubungan ini, setelah beberapa saat berpikir, akhirnya Rayyan memutuskan untuk mengikuti sang kembaran.

"Aku selesai!" Ucap Rayyan lalu mengambil tasnya.

"Ray, kamu belum banyak loh sarapannya!" Ucap sang bunda.

"Ray udah kenyang bunda, ray berangkat dulu!" Pamitnya lalu melangkah menyusul sang kembaran yang berada di garasi.

Zayyan menunggu Rayyan di garasi, hatinya menggerutu, namun tak ayal ia juga menuruti perintah sang ayah.

"Lama banget sih lo!" Kesalnya pada Rayyan, lalu memberikan sebuah helm pada sang kembaran.

"Maaf!" Jawab Rayyan, lalu mengenakan Helm di kepalanya.

"Buruan, lelet banget sih jadi orang!" Sarkas Zayyan.

"Iya sabar, ini juga mau naik!" Jawab Rayyan yang mulai kesal, rasanya ia ingin menimpuk kepala Zayyan menggunakan helm yang ia kenakan, setelahnya mereka berangkat ke sekolah.

.
.
.
.

Karena jarak sekolah yang lumayan jauh, membuat Zayyan harus mengendarai motornya sedikit cepat, sedangkan Rayyan yang di bonceng memegangi perut sang kembaran erat lantaran takut jatuh, apa lagi badannya yang lebih kurus dari sang kembaran membuatnya seperti akan jatuh.

Zayyan yang merasa sang kembaran memeluknya dengan erat mengurangi kecepatan laju motornya, Zayyan menyembunyikan senyum mengejek di helm full face yang ia kenakan, ternyata seru juga menakuti kembarannya ini, pikirnya.

the twins sick figure (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang