CHAPTER 25

8.2K 653 6
                                    


Setelah tiba di Mansion, Aryan meminta keluarganya untuk berkumpul di ruang tengah, tentunya dengan alasan masa depan bagi Rayyan, anak mereka.

Aryan, dengan bantuan sang sekertaris telah memiliki beberapa nama sekolah, sesaat setelah ia menerima keputusan kepala sekolah, yang tentunya sekolah itu telah memiliki nilai akresitasi yang tinggi.

Padahal Aryan ingin agar Rayyan melakukan home schooling saja. Namun, sudah jelas anaknya itu pasti akan menolaknya, mengingat sifatnya yang begitu keras kepala.

"Ray, ayah telah memilih beberapa sekolah terbaik di kota ini, cobalah kau periksa, mungkin saja ada sekolah yang ingin kau tuju!" Ucap Aryan, seraya memberikan beberapa lembar berisi penilaian masing-masing sekolah.

Rayyan menerima lembaran itu tanpa berkomentar, ia membaca dengan cermat semua tanpa terlewat, tidak ada sekolah yang ingin ia tempati, semua nampak sama saja jika orang-orang di dalamnya berbuat hal yang serupa, namun mungkin saja nanti akan berbeda, jadi ia dengan asal menunjuk nama sekolah barunya.

"Yang ini yah." Ucap Rayyan tanpa ragu.

Aryan segera memeriksa lembaran yang sang anak pilih, "kamu yakin?" Tanya Aryan setelah memeriksa nama sekolah yang akan sang anak tempati.

Rayyan mengangguk mantap, namun tidak untuk Zayyan yang sudah membuat wajah tidak sedap di pandang.

"Kenapa kamu tidak home schooling saja ray?" Tanya Dian lirih, mungkin ia sudah tahu jawabannya, namun ia tidak bisa tidak bertanya.

"Tidak, bukan kah sudah cukup kegiatanku dibatasi?, untuk kali ini saja, biarkan aku menikmati hidup seperti remaja pada umumnya!" Tolak Rayyan, ia tidak mungkin menghabiskan sisa hidupnya terkurung di sangkar emas.

Mereka semua menghela nafas pasrah, jika jawaban Rayyan sudah seperti itu, tandanya keputusannya tidak dapat di ubah.

"Baiklah, tapi biarkan aku ikut denganmu!" Putus Zayyan, mana mungkin ia akan membiarkan adik kembarnya seorang diri di sana.

"Tidak kak, kakak tetaplah di sana, aku tidak ingin melibatkan kakak dengan semua masalahku, apa lagi di sekolah kakak adalah orang yang berprestasi, jangan abaikan hidupmu hanya demi diriku kak." Tolak Rayyan, sudah cukup ia membuat Zayyan terlibat dalam urusannya, lagi pula, sekolah barunya mungkin akan berbeda, mengingat sang ayah akan membuat rahasia yang ia lupakan tertutup rapat.

"Tapi Ray....."

"Kak percayalah, lagi pula ayah sudah memastikan bahwa masalah ini tidak akan terjadi lagi." Yakinnya pada sang kakak.

Zayyan menatap sang ayah berharap, namun Aryan seolah mengisyaratkan bahwa kedepannya semua akan baik-baik saja, lagi pula semua berawal dari sekolah lama Rayyan, jika sang anak pindah dari sana, mungkin semua akan kembali seperti semula.

Jika dulu ia mengetahui akar masalah ini, mungkin sedari dulu Aryan akan memindahkan anak kembarnya ke tempat sekolah yang lebih baik.

"Baiklah jika itu keputusanmu Ray, kami akan mendukung apa pun itu, lebih baik kalian berdua beristirahatlah, dan mungkin untuk minggu depan Rayyan akan segera bersekolah di sana!" Seru Aryan.

Mungkin hari ini akan terasa panjang bagi Rayyan, sampai saat ini, ia tidak pernah ingat masalah apa yang ia sebabkan sehingga ia dapat di dropout dari sekolahnya.

.
.
.
.

Hari ini, sudah tiba waktunya bagi Rayyan untuk bersekolah di sekolahan yang baru, tempat baru, seragam baru, dan tentunya orang baru.

Untuk hari pertama Rayyan ke sekolah, orang tuanya memutuskan untuk mengantarnya, terlebih dengan raut wajah sang kembaran yang tidak bisa terkontrol, siapa lagi kalau bukan Zayyan.

the twins sick figure (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang