Dua bulan telah Rayyan lewati, hari-harinya berjalan begitu lancar semenjak ia bersekolah di sini, tidak ada drama yang setiap hari mengganggu dirinya. Akhirnya, setelah sekian lama, sosok Rayyan bisa menikmati masa remajanya yang begitu damai.
Bahkan di setiap pagi, Rayyan sangat bersemangat untuk pergi ke sekolah, bahkan keluarga Rayyan sangat mensyukuri akan hal itu, mereka semua akhirnya kembali menemukan sisi Rayyan yang telah lama hilang dari pandangan mereka.
Dan hari ini, waktunya bagi Rayyan untuk pemeriksaan rutinannya, menurut penjelasan dokter Fahri, tidak ada yang berubah, kondisi Rayyan tidak bertambah buruk, tidak juga membaik, semua seperti biasa, yang membedakan adalah hadirnya Rafli yang menemani Rayyan ke rumah sakit, sedangkan Zayyan yang biasa menemaninya memiliki urusan yang tidak bisa di tunda, dan orang tuanya juga tidak mungkin untuk mengantarkannya, mengingat orang tuanya juga mempunyai sebuah janji dengan sang adik, Amira.
Beruntung sekarang Rayyan telah memiliki Rafli, hubungan mereka juga tergolong baik, walau pun mereka hanya beberapa bulan saja mengenal, entah kenapa Rayyan juga mudah mengakrabkan diri dengan remaja cerewet sejenis Rafli, biasanya Rayyan adalah tipikal anak yang sangat sulit untuk di dekati seseorang, bahkan kalau pun itu adalah keluarganya sendiri.
"Bagimana hasilnya?" Tanya Rafli lantaran penasaran pada kondisi Rayyan,
"Semua baik." Jawab Rayyan seakan puas dengan hasil pemeriksaannya, walau pun hubungan mereka seperti seorang seorang sahabat, Rayyan masih malu untuk mengajak Rafli agar ikut menyaksikan prosesnya, alhasil Rayyan mempersilahkan Rafli untuk mencari udara segar di taman rumah sakit, lagi pula pemeriksaan hari ini juga sedikit lebih singkat dari biasanya.
"Setelah ini, gimana kalau kamu ikut aku ke rumah?, kita main, lagian kamu juga nggak pernah berkunjung ke rumahku, gimana?" Ajak Rafli, karena selama mereka berteman, hanya Rafli yang sering bermain bersama Rayyan di Mansion keluarganya, apa lagi selama ini keluarga Rayyan tidak mengijinkan Rayyan untuk bermain ke luar.
"Bentar ya, aku ngabarin keluarga aku dulu." Jawab Rayyan, bukannya ia tidak mau, hanya saja ia takut kejadian beberapa waktu lalu terulang lagi, ia tidak ingin mengalaminya untuk kedua kalinya.
Rayyan berulang kali menghubungi keluarganya, entah itu sang kakak, ayah, bahkan bundanya, sayanganya tidak ada yang menjawab pesannya, alhasil ia hanya mengirimkan sebuah pesan untuk mereka.
'Aku akan pergi bermain dengan Rafli' Hanya pesan itu yang dapat ia tulis,ia juga tidak memberi tahu alamat rumah Rafli, ya buat apa? Pikir Rayyan, lagi pula ia tidak ada niatan bermain ke rumah Rafli jika pesannya tidak ada balasan dari keluarganya.
"Gimana?" Tanya Rafli penasaran, ia jadi tidak sabar untuk mengajak Rayyan berkenalan dengan keluarganya.
"Masih belum ada jawaban." Jawab Rayyan, ia jadi tidak enak hati melihat wajah kecewa Rafli, ingin mengiyakan, tapi ia juga takut.
"Hanya sebentar Rayyan, tidak bolehkah?" Mohon Rafli, pasalnya keinginannya sudah tidak bisa ia tahan.
Rayyan menghela nafasnya pasrah, jika seperti ini ia harus berbuat bagaimana lagi, rasanya tidak enak hati menolak permintaan Rafli, apa lagi anak itu telah membantu mengantarkannya ke rumah sakit.
"Hah baiklah, tapi hanya sebentar oke?!" Putus Rayyan, ia melihat persentase baterai ponselnya, hanya tersisa 1 persen dari 100, entah kesialan apa yang ia miliki hari ini, jumlah baterai ponsel miliknya juga mendukung kesialannya.
"Ayo, kita pergi, lagi pula waktu kita juga tidak banyak, aku tidak sabar untuk mengenalkanmu dengan mamaku!" Ajak Rafli antusias, ia menarik tangan Rayyan dengan semangat hingga sampai ke parkiran rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
the twins sick figure (END)
De TodoKarya 3 "APA?" pekik seorang pemuda bernama RAYYAN SAPUTRA. "Bagaimana bisa?, wah nggak ngotak nih..." sanggahnya tak percaya, padahal ia hanya memaki novel yang di lemparkan sang adik padanya, dan berujung dirinya memasuki novel ini. Yang dia ketah...