Dokter Fahri menggeleng, tidak ada harapan hidup pada diri Rayyan, walau pun mereka telah berusaha agar Rayyan kembali seperti sebelumnya.
Mereka semua terlihat putus asa, beberapa hari yang lalu, semenjak kejadian itu, Rayyan tidak beranjak dari tidurnya, bahkan untuk makan dan berbicara saja ia enggan.
Rayyan hanya berdiam diri di atas ranjangnya, mata itu akan tiba-tiba tertutup untuk waktu yang lama, dan terbuka setelahnya.
Karena tidak ada pilihan lain, mereka memutuskan untuk menginfus Rayyan, bagaiamana pun Rayyan juga memerlukan sebuah nutrisi untuk tubuhnya, sistem pertahanan imunnya juga menurun drastis, bahkan beberapa kali Rayyan harus mengenakan masker oksigen.
Laporan kasus kejahatan yang menimpa Rayyan telah di proses oleh pihak yang berwajib, masih tidak ada kabar setelah itu, pihak lain masih mencari sang pelaku yang kabur melarikan diri setelah kabar itu terdengar.
Tentu mereka mengunci rapat-rapat dari pihak lain, mereka tidak ingin mental sang anak tambah terguncang jika masalah itu tersebar luas di khalayak umum.
Rayyan selalu terlelap, ia seakan ingin melepaskan semua beban di dirinya, bahkan di alam mimpi pun ia harus di liputi rasa takut.....
"Kak bisa tolong antarkan aku ke toilet?" Tanya Rayyan menghampiri sang kembaran.
"Kamu pergilah sendiri, kakak masih ada hal yang harus kakak lakukan." Tolaknya, lalu melanjutkan acaranya bersama teman-teman barunya.
"Kau tahu kan di mana arah toiletnya?" Tanya Zayyan dan Rayyan mengangguk.
"Ya sudah." Putus Zayyan lalu lanjut bercanda.
Rayyan tersenyum tipis, mungkin kakaknya butuh waktu untuk berkumpul dengan teman-teman barunya.
Langkahnya ia bawa sembari mengingat letak toilet, apa lagi hari ini adalah hari pertama ia berada di sekolah, jadi ia harus berusaha mengingat arahnya.
Saat tiba di toilet, Rayyan melakukan kegiatannya, lalu membersihkaan tangannya, setelah bercermin sejenak, lalu berjalaan keluar dari sana.
Namun langkahnya terhenti saat dirinya di hadang oleh ketiga remaja yang lebih tinggi dari dirinya.
"Permisi!" Seru Rayyan saat ketiga pemuda itu menghalangi jalannya.
Bukannya memberi jalan, ketiga pemuda itu dengan sengaja menghampiri Rayyan, langkah Rayyan mundur perlahan hingga tanpa ia sadar punggungnya telah mengenai kerasnya wastafel.
"Kalian mau apa?" Tanya Rayyan sedikit takut.
"Bagi duit dong!" Ucap salah satu pemuda itu.
Rayyan jelas menolak setelah mendengar ucapan pemuda yang ada di depannya.
"Tidak." Jawabnya cepat.
"Jika butuh uang, mintalah kepada orang tua kalian, bukannya malah memalak seseorang!" ingat Rayyan.
Namun karena ucapan rayyan yang terdengar sedikit menghina membuat pemuda itu emosi, dengan tidak sabaran ia mengunci pergerakkan Rayyan, lalu menggeledah tiap saku yang terdapat pada pakaian yang Rayyan kenakan.
Rayyan memberontak namun tenaganya kalah, alhasil ia memutuskan untuk berteriak sekeras yang ia bisa, saat dirinya hendak berteriak, mulut Rayyan dengan cepat di bekap agar tidak mengeluarkan suara.
"Oh... ternyata anak ini berani juga ya!" Ucap pemuda itu, dengan gerakan tangannya, ia meminta kedua temannya untuk mengunci pergerakan Rayyan, ia mulai menanggalkan pakaian yang di kenakan Rayyan, Rayyan menggeleng menolak, ingin memberontak tapi pergerakannya terkunci, ingin berteriak tapi mulutnya di sumpal.
KAMU SEDANG MEMBACA
the twins sick figure (END)
SonstigesKarya 3 "APA?" pekik seorang pemuda bernama RAYYAN SAPUTRA. "Bagaimana bisa?, wah nggak ngotak nih..." sanggahnya tak percaya, padahal ia hanya memaki novel yang di lemparkan sang adik padanya, dan berujung dirinya memasuki novel ini. Yang dia ketah...