1. Pandangan Pertama

755 88 66
                                    

1. Pandangan Pertama

Bhukk!

Terdengar keras sekali suara pukulan dari belakang Warung Bi Muti, membuat seorang siswa laki-laki yang berseragam putih abu itu menoleh kaget. Dia adalah Erikus. Anak nakal yang bukan cuma ditakuti satu sekolah, namun disegani pula oleh banyak kalangan gengster di Jakarta.

Suara pukulan itu semakin menjadi-jadi. Pasti perkelahian lagi. Dengan sigap, laki-laki yang bernama Erikus itu bangkit dari duduknya, lalu berlari menghampiri sumber suara itu beserta kawan-kawannya yang mengikuti dari belakang.

"Bajingan!!"

"Bangsat lo!!"

Kata-kata kasar terus mengudara saat Erikus semakin dekat dengan titik suara yang menyentak.

"Woi, anjing! Berhenti gak lo!" teriak Erikus itu pas tahu ternyata kedua temannya berkelahi. Mereka berdua ialah Baras dan Fariz.

Lantas ia dan kawan-kawannya memisahkan mereka berdua secara paksa. Keduanya saling membakar emosinya lewat tatapan tajam meski telah dipisahkan. Erikus langsung bertanya kepada salah satu temannya yang berkelahi itu.

"Lo berdua kenapa ribut?!" tanya Erikus berdiri tepat di hadapan Baras.

"Lo tau siapa yang bikin Afre celaka? Itu dia!" jawab Baras dirangkul erat oleh dua temannya lagi dari belakang.

Erikus sontak terdiam geram saat mendengar pernyataan dari temannya. Dengan mata yang melotot serta rambut acak-acak menutup keningnya, dia melemparkan wajah marahnya itu ke arah teman yang satunya lagi, lalu melangkah beberapa ke depan.

"Maksud lo apa nyelakain Afre?!" Suaranya pelan tapi tajam. Orang yang ditatapnya terdiam bisu berusaha memalingkan wajahnya dari pandangan Erikus yang rapat mengunci.

"JAWAB GUE SETAN!" teriak Erikus menghantam keras mental Fariz.

Tahu dirinya telah terpojoki, Fariz berusaha membela diri. "Sebenarnya gue gak ada maksud buat nyelaka-"

"TEMAN MACAM APA SIH LO!!" bentaknya lagi.

"Kalau lo gak suka sama kita, mending lo pergi dari sini! Gak usah gabung lagi sama kita!" Emosinya menjolak tak tertahan lagi.

Kedua temannya yang menahan memegangi Fariz yang dibentak Erikus pun melepaskannya. Mereka membiarkan Fariz pergi dari sana dengan cuma-cuma.

Sungguh kecewa Erikus setelah mengetahui cerita dari Baras kalau ternyata Fariz, yang selama ini membuat Afre terbaring di rumah sakit. Padahal Erikus menunggu Afre sadar dari komanya untuk menanyakan siapa yang telah mencelakainya. Penantiannya selama ini telah terjawabkan, tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa karena Fariz adalah temannya juga.

Berat baginya untuk melapor ke polisi atas apa yang telah dilakukan Fariz kepada Afre. Erikus melapor dan menceritakannya kepada Kepala Sekolah. Tetapi Erikus memohon untuk tidak melaporkan Fariz ke pihak berwajib. Maka pihak sekolah pun mengeluarkan Fariz Gaotama dari SMA Triatna Jakarta.

Lalu ketika malam itu tiba, Erikus sengaja menjenguk Afre yang masih terkapar dalam komanya. Erikus masih juga terbayang-bayang ingatan masa itu. Dia merenung lalu terlintas ingatan kejadian tersebut. Kejadian itu terjadi dua bulan yang lalu, saat Erikus dan kawan-kawan sedang konvoi di malam hari. Biasalah! Anak geng motor.

* * *

Waktu itu mereka berkonvoi keliling Jakarta dengan memunggangi motornya masing-masing. Tetapi konvoi mereka sama sekali tidak membuat kericuhan di jalanan layaknya geng motor yang menyeramkan. Mereka sopan dan santun. Kalau orang-orang melihatnya, tidak seperti geng motor yang menyeramkan. Aneh? Tapi itulah kenyataannya.

ERIKUS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang