9. Menghabiskan Malam

163 37 9
                                    

9. Menghabiskan Malam

Di dalam bilik kamarnya, Alena sedang bersiap-siap mengenakan segala cantik yang ia punya. Dia berdandan rapi selayaknya putri kerajaan yang sebentar lagi akan dijemput oleh Sang Pangeran dari negeri kayangan. Dia sedikit melirik ke dirinya sendiri di depan cermin, lalu ibunya tiba-tiba membuka pintu kamar Alena dan mengejutkan Alena dengan suara itu. Jlekk ... Sontak Alena menoleh ke arah pintu.

"Anak gadis Mama mau ke mana, rapi-rapi kayak gini?" tanya ibunda Alena menyender di pintu.

"Mau main, Ma," jawab Alena lembut.

"Sama siapa?"

"Erikus."

"Ke?"

"Nggak tau. Gimana Erikus aja."

Ibunya diam hanya mengangguk-angguk.

"Emang kenapa, Ma?" tanya Alena.

"Enggak. Mama cuma mau minjem buku tulis sama pulpen kamu boleh? Ada yang harus Mama catat soalnya."

Alena bangkit dari duduknya kemudian mengambil buku tulis dan pulpen yang tak terpakai, lalu memberikan itu kepada ibunya. "Nih, Ma," katanya memberikan itu.

"Mama pinjem dulu ya!" lanjut ibunya kembali ke dapur.

Lantas Alena kembali duduk lagi dan melanjutkan berdandannya hingga usai. Setelah selesai dia keluar dari kamarnya dan berjalan melewati ruang tengah yang membuat ayahnya melirik padanya.

"Mau ke mana kamu?" tanya ayahnya lembut, sembari menonton televisi.

"Biasa, Yah! Anak muda." Ibunya langsung menanggapi pertanyaan dari ayahnya.

"Mau main, Yah," jawab Alena.

"Sama yang kemarin lagi?" tanya ayahnya lagi untuk meyakinkan.

"Iya, Yah."

"Oh, ya udah, hati-hati ya."

"Hati-hati gimana? Orangnya aja belum datang."

"Ya, maksud Ayah nanti kalau kamu di jalan."

"Haha, iya iya, Yah."

Tak berselang lama kemudian suara motor itu terdengar semakin mendekat ke rumah Alena. Lantas Alena lekas keluar dan menyambutnya di depan pagar rumahnya. Setelah itu Alena mengajak Erikus untuk masuk dan meminta izin kepada ayah dan ibunya seperti kata Erikus tadi pagi.

"Assalamualaikum!" salam Erikus ketika melangkah masuk.

"Waalaikumsalam."

"Hallo, Ayah!" Erikus menghampiri ayah Alena kemudian mencium tangannya. Sebelum ingin bicara Erikus menatap Alena sekejap. "Yah ... aku mau ajak Alena main ke luar dulu ... boleh, Yah?"

"Iya boleh. Tapi dengan dua syarat." Ayah menunjukkan dua jarinya.

"Apa itu, Yah?" Mendekatkan wajahnya sedikit kepada ayah.

"Satu! Jaga Alena baik-baik! Dua! ... Jangan lupa pulangnya bawa sate ayam ya, haha!"

Erikus dan Alena tertawa atas pernyataan itu. "Haha, iya tenang aja, Yah. Nanti Ikus bawain sama gerobaknya!" ujar Erikus membanting tawa.

ERIKUS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang