13. Kembalinya Afre

140 36 19
                                    

13. Kembalinya Afre

Di rumahnya, Alena sedang asyik menonton film yang bagus malam itu. Sambil memakan satu bungkus camilan di genggamannya, Alena fokus pada setiap adegan-adegan yang membuatnya berdecak kagum. Hingga saat di pertengahan film, tiba-tiba ponselnya berdering dari dalam kamar—merebut paksa fokus yang ia tetapkan.

"Ishh! Siapa sih yang nelpon?!" gumam Alena kesal. Dengan terpaksa dia meninggalkan film-nya dan masuk ke dalam kamar hanya untuk mengangkat telepon itu.

Saat melihat ke layar ponselnya, ternyata itu panggilan dari Erikus. Tanpa pikir panjang Alena langsung mengangkatnya.

"Hallo Ikus?" Alena membuka percakapan.

"Hallo Len?" ucap Erikus dalam telepon.

"Iya apa sayaaang."

"Aku butuh bantuan kamu."

"Bantuan apa?"

"Nanti aja aku jelasin. Sekarang kamu bisa gak?"

"Bentar," Alena mendekat ke pintu kamar lalu berteriak memanggil ibunya yang berada di ruang depan, "Ma!"

"Apa Lena?!" sahut ibunda yang ternyata berada di dapur.

"Aku mau keluar bentar, boleh, Ma?"

"Mau ke mana? Udah malem loh!"

"Iiii bentar aja Ma. Boleh ya, Ma!" bujuk Alena kepada ibunda.

"Ya udah sana, tapi jangan lama-lama!"

"Iya makasih, Ma!" Setelah itu Alena masuk lagi dan kembali pada teleponnya. "Hallo?" Alena menyambung pembicaraannya.

"Iya? Gimana?"

"Kata mama boleh kok."

"Ya udah, aku jemput ya sekarang."

"Iya." Sehabis itu Erikus mematikan teleponnya yang membuat Alena bergegas mengganti baju dengan rapi.

Lama kemudian Erikus datang dengan khas suara motornya, lantas Alena cepat-cepat menghampiri Erikus yang menunggunya di luar.

"Emang mau ke mana sih?" tanya Alena berdiri di samping motor Erikus.

"Nyari oleh-oleh!"

"Oleh-oleh?" Alena wajahnya heran.

"Iya."

"Buat?"

"Naik dulu. Nanti aku ceritain di jalan."

Malas berpikir, Alena beranjak naik di belakang Erikus. Lalu Erikus pergi kembali ke arah pasar malam. Di jalan yang lumayan terang berkat lampu jalan serta disuguhi oleh pemandangan bintang-bintang yang berkelap-kelip, di antara itu Erikus telah menjelaskan semuanya detail sampai ke akar-akarnya. Beruntung Alena mudah memahami cerita dari Erikus.

"Kalau buah mah menurut aku terlalu monoton!" Alena menyambung pembicaraan yang sebelumnya.

"Aku juga mikir gitu. Kira-kira apa ya?"

"Gimana kalau beliin buku novel? Buat dia refresing selama di rumah sakit."

"Hmm ... boleh tuh! Ya udah, kita langsung ke Gramed aja!"

Erikus melaju motornya menjauh dari jalan pasar malam itu hingga ia berhenti menyimpang di Greamedia yang hari lalu mereka kunjungi. Erikus membiarkan Alena yang memilih buku tersebut, karena Erikus tahu bahwa Alena maha mengetahui segala tentang buku novel ketimbang dirinya. Tak lama Alena menunjuk kepada satu buku novel berwarna biru.

ERIKUS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang