12. Erikus VS Braim

155 37 11
                                    

12. Erikus VS Braim

Rumah Erikus nampak sepi subuh itu. Ibunya pasti sedang tidur pulas di kamarnya. Erikus dengan pelan-pelan serta mengendap-endap memarkirkan motornya di halaman rumahnya yang seadanya. Setelah itu Erikus berjalan membuka pintu. Namun sayang pintu itu terkunci, sehingga memaksa Erikus harus masuk ke dalam melewati jendela kamarnya yang tidak pernah ia kunci. Alasan ia tak mau mengunci jendela kamarnya adalah karena hal ini. Yakni sering dikunci di luar.

Jlegg

Sepenuh hati-hati Erikus melangkah masuk dari jendela itu, dimulai dari kaki kanannya terlebih dahulu lalu terakhir kaki kirinya. Dan dia berhasil ke dalam kamarnya tanpa memberikan berisik suara yang berlebihan. Erikus menutup kembali jendela itu pelan-pelan, lalu melepaskan semua pakaian beratnya yang kemudian ia gantung di gantungan belakang pintu. Setelah itu Erikus lekas merebahkan tubuhnya.

"Huuufffftt." Hembusan napas Erikus berbaring terlentang di atas ranjangnya sembari menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya.

Tak lama ponselnya berbunyi di atas meja belajarnya, menandakan notif pesan dari seseorang telah masuk. Penasaran, Erikus bangun dari baringnya lalu mendekat pada ponselnya. Saat dia mengecek, ternyata itu pesan dari Ayuza. Di dalam chat itu Ayuza memberi tahu Erikus bahwa nanti pagi Braim akan menunggunya di jalan Griya.

Setelah itu Erikus lantas beranjak tidur sebentar untuk mengisi energinya. Mengisi energi untuk berkelahi di hari pertama tahun baru ini. Ya, walaupun sebenarnya hanya tinggal beberapa menit lagi mentari akan mulai tumbuh. Tapi tidur sebentar sekiranya cukup.

* * *

Paginya, sekitar pukul 09.30, Erikus telah melajukan motornya dengan cepat di jalanan menuju jalan Griya yang Ayuza maksud. Jangan tanya lagi bagaimana Erikus mengendarai motornya, karena mengebut sekencang-kencangnya adalah jawabannya.

Memacu motor sendirian di jalan, sambil membawa tekat yang telah ditanamkannya dalam api nyali yang membara. Matanya melotot serius, alisnya berkerut tak biasa. Dia menyalip setiap kendaraan yang menghalangi jalannya. Masa bodo dengan kepentingan orang lain, kini dia benar-benar mementingkan kepentingannya sendiri.

Ini bukan kali pertama Erikus ditantang berkelahi oleh seseorang. Hal ini sudah sangat biasa baginya. Bahkan rusuh, berkelahi, dan tawuran sudah menjadi santapan sehari-harinya. Dan catatan jalanannya kini, Erikus belum pernah sama sekali kalah dalam perkelahian dengan siapa pun.

Jalan Griya saat itu sudah cukup ramai orang-orang berkumpul. Terlihat Braim datang membawa pasukannya dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Erikus pula dikawal oleh keempat kawan setianya dan ditambah Altier yang juga hadir di sana. Erikus berhenti di belakang kumpulan dua geng yang masing-masing kepalanya telah panas, lalu turun dan berjalan menghampiri kawan-kawannya, dari tengah membelah barisan itu.

"Jangan takut sama jumlahnya! Ini urusan gue sama Braim," ujar Erikus mendelik ke arah Altier yang baru menyaksikan perkelahian seperti ini.

"Woy rambut domba!!" teriak Erikus memanggil Braim. Erikus menarik salah satu sudut bibirnya ke samping.

"Maksud lo apa bajingan!?!" sahut Braim memfokuskan pandangannya ke arah Erikus.

"Udah merasa jago lo, nantang gue?!!"

Tak lama mereka berdua sedikit bisu menjeda waktu. Secara tiba-tiba berlari dengan cepat mendekat kepada satu sama lain secara bersamaan. Bak film action, Erikus langsung melompat dan melayangkan kedua kakinya ke arah dada Braim hingga mereka terjatuh bersamaan di tanah. Sigap Erikus bangkit dari jatuhnya dan memukul keras wajah Braim yang baru saja bangkit pula dari jatuhnya itu. Sesekali Braim membalas memukul bertubi-tubi tanpa memikirkan celah yang tepat. Pukulannya membuat Erikus perlahan-lahan melangkah mundur ke belakang. Tidak lama, Braim secara tak sadar memberikan celah kecil untuk Erikus memukul. Kesempatan itu diambil oleh Erikus dengan bagus sehingga keadaan menjadi terbalik. Sepertinya Erikus terlihat lebih unggul dibanding Braim yang bukan apa-apa baginya. Tak mau banyak gerak, Erikus terus saja melayangkan pukulannya seperti ia hendak cepat-cepat mengakhiri. Erikus memukul perut Braim sebanyak dua kali, itu membuat Braim diam menahan sakit, lalu Erikus menendangnya lagi dengan telapak sepatunya hingga Braim terseret jatuh ke belakang.

ERIKUS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang