6. Serangan Romusha

202 52 21
                                    

6. Serangan Romusha

Sepulang sekolah, di ketika keramaian seluruh murid itu berhamburan. Di depan pintu gerbang sekolah itu Alena mundar-mandir menunggu kedatangan Erikus yang tak kunjung muncul dari parkiran. Ini sudah saatnya pulang tapi ke mana Erikus? Dia ini terkadang sangat lelet dan menyebalkan.

"Nih orang ngambil motor doang kayak ngambil gajah. Lama banget!" gumam Alena melirik ke arah parkiran.

Tak lama setelah ia bergumam, Erikus muncul di antara murid-murid yang menghalangi keberadaan mereka berdua.

"Lama ya?" tanya Erikus merasa bersalah.

"Enggak kok," jawab Alena menampilkan senyum palsunya.

"Kayaknya nyaman banget makai jaket gue."

"Oh iya! Lupa astaga!" Sontak Alena cepat-cepat membuka jaket Erikus yang dikenakannya.

"Udah gak papa. Lo pakai aja."

Alena yang mendengarnya sejenak berhenti melepas jaket itu, dan memakainya kembali jaket itu di badannya.

Tanpa berlama-lama mereka pun lekas pergi dan membiarkan sekolah itu sepi tanpanya. Hari lumayan baik, bahkan Alena sudah tak mempunyai pikiran-pikiran negatif itu lagi di kepalanya. Tapi Erikus terlihat seperti orang yang sedang di kejar-kejar buser. Dia buru-buru sekali mengendarai motornya. Tak lama mereka sampai di depan pagar rumah Alena. Lumayan ramai di sana. Dan mereka berdua berhenti di antara keramaian itu.

"Gak mau mampir dulu?" tanya Alena turun dari motor.

"Enggak. Mau langsung pulang aja."

"Yakin?"

"Iya. Sampaiin aja salam gue ke Mama lo."

"Iya. Hati-hati!"

Setelah itu Erikus mngerahkan roda motornya menjauh dari tempat itu. Ada sesuatu yang terjadi pada Erikus. Seperti masalah yang amat besar. Dia pergi dari sana, semakin menjauh dan semakin memencil. Dan lagi-lagi Erikus melupakan jaketnya.

"Eh, jaket lo!!" teriak Alena memanggil Erikus yang terlanjur menjauh. Namun Erikus nampaknya tidak mendengar panggilannya itu. Maka Alena mengerahkan seluruh sendi-sendi kakinya melangkah masuk ke dalam rumahnya.

* * *

Malamnya, saat Alena hendak tidur di ranjangnya yang nyaman. Alena sejenak membuka ponselnya yang telah dipenuhi dengan notif-notif receh dari cowok-cowok buaya. Dia sudah terbiasa mendapatkan pesan-pesan tidak jelas dari cowok-cowok yang tidak dikenalnya. Entah dari mana buaya-buaya itu mendapatkan kontaknya.

Saat ia sedang asyik scroll sosial media, tiba-tiba teman baiknya itu mengirim pesan yang membuat ibu jari Alena bergerak membuka pesannya. Dan ternyata Nisca hanya menanyakan tugas saja.

Alena diam sejenak mengarahkan bola matanya ke kiri atas seraya memikirkan sesuatu. "Apa, gue minta kontak Erikus ke Nisca aja ya?" gumamnya.

"Tapi nanti yang ada gue diledekin sama Nisca. Kalau gue dapet juga, gue mau ngapain?" lanjut gumamnya bingung. Tak tahu harus meminta atau tidak, Alena memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa selain merebahkan tubuhnya lalu bobo cantik.

Lalu ketika senin itu tiba membawa segala peraturannya, Alena masih berada di jalan bersama Erikus menuju ke sekolah. Selama sepanjang jalan, Alena tak pernah sedikit pun mengajak Erikus bicara. Ia terlalu termakan oleh gengsi dan canggungnya.

ERIKUS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang