22. Misi Pencarian Alamat

116 26 9
                                    

22. Misi Pencarian Alamat

Di rumah Erikus, lebih tepatnya di dalam kamarnya. Dia terkubur oleh lamunan yang tiada berujung, sambil duduk di atas kursi meja belajarnya, ia menatap kosong ke arah foto keluarganya. Lamunannnya semakin merajalela tanpa ampun, membelenggu seluruh sadar yang dimilikinya. Lalu di saat-saat seperti itu, Erikus tersentak lepas keluar dari lamunannya itu karena suara dering ponselnya yang ternyata telah berbunyi dari tadi.

Dengan sadar ia melihat siapa yang meneleponnya, dan ternyata panggilan itu dari Alena. Mustahil Erikus akan menolak panggilannya. Maka dari itulah ia mengangkat telepon itu.

"Hallo Ikus?" panggil Alena memulai percakapan.

"Iya, hallo?"

"Ikus, aku minta maaf, aku udah berlebihan sama kamu. Maafin aku ya?"

"Nggak perlu minta maaf, harusnya aku yang minta maaf, maafin ya."

"Iya, tapi maafin aku juga!"

"Iya."

"Aku merasa bersalah banget udah buruk sangka sama kamu."

"Nggak papa. Udah, nggak usah dipikirin lagi."

"Maafin aku yaa," ujar Alena lagi dengan nada menyesal.

"Iyaa."

"Eh! Aku udah nemu sembilan alamat yang bersangkutan sama nama kakak kamu loh, di Jakarta ini."

"Iya?! ... Tapi gimana kalau kakakku ternyata nggak ada di Jakarta?"

"Tenang, aku punya empat alamat lagi di luar Jakarta!"

Erikus tersenyum pelik, menandakan dirinya sedang berada dalam keadaan yang sungguh senang.

"Kapan kita bisa cari lokasinya?" tanya Erikus.

"Nanti besok Jumat sampai Minggu, aku siap temenin kamu nyari semua alamat-alamat ini!"

"Bener?!"

"Iya!"

Haru baginya mendengar kabar sebentar lagi ia akan menemui kakaknya yang selama ini hilang tak tahu ke mana. Erikus bernapas dengan tarikan keharuan yang menyelimuti hatinya. Ini sebuah penantian yang sangat membahagiakan. Benar apa yang dikatakan dirinya—bahwa Tuhan selalu mengatur bagaimana hidupnya. Dan ini adalah salah satu yang telah ditentukan Tuhan untuk Erikus seorang.

* * *

Jumat dini hari, saat mereka telah pulang sekolah di tengah teriknya siang yang menyambarkan panas. Erikus dan Alena siaga untuk menjelajahi Jakarta tanpa pulang terlebih dahulu ke rumahnya. Mereka akan mencari satu per satu alamat yang sudah dikumpulkan oleh Alena. Dari kesembilan alamat yang Alena genggam, ada satu yang Erikus pilih untuk perjalanan pertamanya. Alamatnya berlokasi di Jalan Menteng, Jakarta Barat, atas nama Nindra. Itulah sebabnya ia memilih alamat itu, lantaran sangat mirip dengan nama asli kakaknya.

"Let's goooooooo!!!" Alena bersemangat, menyemangatkan Erikus dengan mengepalkan dan mengangkat tangannya ke depan.

Kemudian mereka berjalan menelusuri setiap jalan yang ada di Jakarta. Terang surya menerangi semangat mereka akan hal ini. Mungkin pencarian ini takkan semudah yang dipikirkan Erikus, namun sesulit apa pun itu, air cucuran atap akan berujung pelimbahan jua. Jadi, untuk apa mengkhawatirkan itu? Selagi mereka mau berjuang untuk mencari, pasti mereka akan mendapatkan hasilnya juga.

Belokan gang mana yang tidak dilewatinya? Hampir semua gang sempit ia lewati, sembari terhenti berkali-kali hanya untuk bertanya kepada warga setempat akan pengetahuannya tentang alamat yang mereka cari.

ERIKUS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang