30. Berujung Asing

159 14 1
                                    

30. Berujung Asing

Dan dibukalah pintu rumah itu oleh seorang gadis remaja yang jauh lebih muda ketimbang Erikus. Erikus dan gadis itu hanya saling menatap dengan tatapan yang canggung. Sebenarnya hanya Erikus yang canggung lantaran ragu.

"Nyari siapa, Kak?" tanya gadis itu.

"S-saya nyari Pak Diondi, Kak," jawab Erikus sedikit gugup.

"Pak Diondi lagi nggak ada di rumah, Kak. Emang ada apa nyari Pak Diondi?"

"Saya mau ngomong empat mata sama dia."

"Loh? Emangnya kamu siapa?" Gadis itu menjadi penasaran.

"Saya anaknya."

"Hah?! Anaknya? Perasaan anaknya Pak Diondi cuma Atara doang deh," kaget gadis itu tak percaya.

"Berarti itu, adik saya, Kak!"

"Hah?!" Gadis itu semakin dibuat bingung oleh Erikus.

"Tira? Siapa itu?" Seseorang wanita paruh baya mendekat dari dalam rumah, dan pada saat wanita paruh baya itu melihat Erikus ia terdiam.

"K-kamu? Nindra, ya?" Gugup wanita paruh baya itu bertanya.

"Saya Erikus, adiknya Nindra," jawab Erikus yang kemudian wanita paruh baya itu mempersilahkannya masuk ke dalam rumahnya yang megah.

"Duduk aja di sana ya!" suruh wanita paruh baya itu mempersilahkan Erikus duduk di atas sofa putih mewah miliknya.

"Mau minum apa?" Gadis remaja yang tadi dipanggil Tira itu kembali menghampiri Erikus.

"Air putih aja." Erikus berusaha sopan.

Lantas gadis itu masuk ke arah dalam dapur hanya untuk mengambilkan segelas air minum untuk Erikus.

"Makasih," ucap Erikus.

"Sama-sama!" balas gadis itu.

Kemudian wanita paruh baya tadi datang kembali ke ruang tengah itu lalu duduk di salah satu sofa menghadap Erikus.

"Jadiii, ini namanya Atara Iyantira, adikmu," ujar wanita paruh baya itu memperkenalkan anak gadisnya.

"Hah?!" kaget Erikus dan gadis yang ternyata namanya Atara.

"D-dia? Adik saya?" lanjut Erikus tak sangka.

"Iya!"

"Ibunya?!"

"Saya sendiri!" Menunjuk ke dirinya sendiri.

Tak lama setelah itu, seorang pria datang dengan membawa senyum yang lengkap di bibirnya.

"Bun?! Itu motor yang di depan punya siapa?! Kok Ayah kayak kenal," kata pria itu belum menyadari hadirnya Erikus di sana. Erikus yang mendengar suara pria itu sangat mirip persis seperti ayahnya, langsung menoleh seketika.

Lalu pelan-pelan pria itu berjalan masuk ke dalam ruang tengah. "Itu di depan motor si—" Terhenti kalimatnya ketika melihat Erikus yang hadir di dalam rumahnya, "Erik?"

"H-hai, Ayah ... lama nggak ketemu," sapa Erikus gugup.

"I-iya ... hai juga!" sapa balik sang ayah dengan gugup juga.

Kemudian Erikus menjelaskan bahwa dirinya perlu bicara empat mata dengan ayahnya itu. Lantas mereka berdua perlahan berjalan ke depan rumah itu, dan singgah di depan halaman rumah itu.

Saat di luar rumah, tepatnya di depan halaman rumah itu, Erikus sudah membicarakan beberapa pembahasan yang harus dia bahas bersama ayahnya.

"Jadi, kamu jauh-jauh ke sini, cuma kepingin dibiayai kuliah kamu?!" ujar ayahnya melanjutkan pembicaraan sebelumnya.

ERIKUS [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang