enam belas

79 12 2
                                    

Sudah sebulan ini ia mencari keberadaan Wendy dengan bantuan Siwon dan kakaknya. Bahkan dia tak memikirkan dirinya sendiri yang ia fikirkan bagaimana keadaan Wendy dan Jisung sekarang apakah mereka hidup dengan nyaman dan tak kelaparan. Sungguh ia menyesal kenapa tidak cepat pulang sebelum kakaknya. Mungkin bila ia tidak pergi kejadian ini tak mungkin terjadi.

"Kalian dimana?. Apakah Jie tidak rindu ayah?. Ayah rindu Jie, ya Tuhan kemana lagi aku harus mencari mereka". Ucapnya dengan memandang lockscreennya yang bergambarkan foto Wendy dan Jisung yang tertawa.

Sebenarnya foto itu ia ambil secara diam diam saat ia mereka ditaman belakang rumah.

*tok tok*.

Terdengar ketukan pintu yang membuyarkan lamunan Sehun. Setelah ia membenarkan posisi duduknya iapun mempersilahkan orang tersebut untuk masuk.

"Ada apa?". Tanyanya saat tau orang yang masuk keruangannya

"Hun ada kendala dalam proyek yang akan dibangun dan terjadi aksi demo karena mereka beranggapan kalau kita membuat bangun proyek disana akan mematikan usaha mereka, padahal kita membuat tempat itu agar menarik perhatian wisata luar untuk datang kesana". Lapornya karena mendapat informasi dari mandor yang mengerjakan proyek tersebut.

"Kau saja yang mengecek dan mengatakan langsung pada mereka". Ucapnya tanpa minat sedikitpun.

Bukannya ia tak salah membangun tempat wisata seperti taman hiburan sekaligus mall disana bahkan ia menyediakan tempat untuk penjual yang ingin jualan disana lagian itu juga tanahnya yang dipakai mereka.

"Tidak bisa Hun elu yang harus kesana langsung, lagian kalau gue bisa menghandle gak bakal gue bilang keelu".

"Baiklah, siapkan keperluan kita kesana sekarang". Ucapnya dan bersiap untuk pergi ketempat lokasi.

Tak memperlukan waktu lama Sehun dan Taeyong akhirnya sampai ditempat lokasi langsung saja Sehun berjalan ketempat terjadinya kekacuan itu.

Bukan hanya sekali dia terjun kelapangan seperti ini bahkan hampir sering tapi ini yang paling anarkis menurutkan. Bukanya harusnya mereka mencari informasi tentang perusahaannya yang membantu ribuan UMKM sekitar tapi baru ini ia ditolak mentah mentah. Sungguh aneh itulah batin Sehun sekarang.

"Ada apa ini?".

"Kami ingin anda membatalkan proyek ada".

"Beri saya alasan kenapa saya harus menghentikannya?".

"Karena akan merugikan!".

"Keputusan saya tetap sama dan saya tidak akan membatalkan ini semua. Saya jamin tentang kemajuan tempat ini".

" Tey kau urus sisaanya dan suruh anak buahmu untuk memberikan pengertian pada mereka". Ucapnya dan beranjak pergi meninggalkan tempat itu.

"Baik. Langsung kembali kekantor?"

"Hem". Balas Sehun dan melangkahkan kakinya menuju mobilnya berada.

Belum sampinya di tempat mobilnya berada ia malah berlari kesuatu tempat dan menrobos siapa saja yang menghalangi jalannya ia tak perdulu dengan itu yang ia perdulikan ia harus segera kesana secepat mungkin yang ia bisa karena ia tak ingin kejadian dulu terulang kembali.

--
---
---
---

Sementara ditempat kejadian sudah banyak pendemo yang berdatangan untuk menolak proyek tersebut.

"Itu ada apa?". Tanya Wendy yang kebetulan lewat disana setelah pulang kerja.

"Entah mungkin pendemo, katanya lahan itu akan dibangun taman hiburan dan mereka menolak itu karena beranggapan akan mematikan usaha mereka. Padahal ya bukannya mereka malah senangnya dan akan mendapat dampak UMKM yang maju. Dan aku juga mendengar kontrakan kau juga akan kena gusur karena itu bukan tanah pemilik sebenarnya melainkan tanah yang punya pengusaha itu apakah itu benar?".

"Entahlah aku jadi penasaran ayo kita kesana".

Kemudian mereka berjalan disana. Sesampinya disana dimelihat kanan kiri seperti mencari informasi yang ada.

"Maaf Nyonya apakah pendemoan ini berakibat terhadap kontrakan dibelakang lahan ini ya?". Tanya Wendy saat melihat tetangga kontrakanya yang ikut mendemo.

"Apakah kau tak tau bahwa tadi pagi pemilik kontrakan datang dan dengan entengnya mengatakan bahwa kami harus pergi dari kontrakan sekarang juga. Apakah kau tak tau?.".

"Tidak tapi bagaimana bisa bukanya kita membayar kontrakan kita pada yang punya?". Tanya Wendy dengan bingungnya.

"Ya tadi dia datang dan mengatakan menjual tanahnya dan mengatakan itu bukan urusannya".

"Kenapa tak mengajukan protes kepada pemilik kontrakan?".

"Sudah dan kau tau apa jawabnya?. Proteslah pada pemilik tanah itu jangan padaku".

"Bagaimana bisa?". Tanya Wendy dengan syoknya.

Apakah ia juga harus mengikuti demo ini agar kontrakannya tak tergusur?. Bukannya jarak kontrakan dan tanah pembangunan cukup jauh?. Tapi bila itu terjadi mungkin akan menguntungkan perusahaan karena tempat itu cukup luas.

"Apakah kau akan ikut demo?. kebetulan pemilik perusahaan itu akan datang. Nah itu dia". Ucap orang itu.

belum juga Wendy menjawab ajakan orang itu keriwuhan itu terjadi lagi bahkan aksi dorong pun terjadi.

"Mohon maaf pak buk jangan saling dorong saya bawa anak". Ucap Wendy dengan berusaha keluar dari kerumunan itu.

"Salah Sendiri".

"Hai tuan anda seharusnya sopan dong kami terjebak sini kami ingin keluar dan pulang". Marah teman Wendy tapi masih dengan mengontrol emosinya.

Bukannya mendengarkan apa yang dikatakan oleh teman Wendy tapi aksi saling dorong semakin terjadi yang dapat Wendy lakukan adalah melindungi Jisung dari desakan tersebut sambil merapalkan do'a sampai sebuah suara menghentikan aksi dorong tersebut

"Kalian ikut sana".

*Deg*
"Suara itu".



---------

Nb: banyak typo bertebaran

(Jateng/wonogiri)

04/10/24

Terimakasih yang udah mau mampir dan baca cerita ini. Semoga selalu setia nunggu up sampai tamat.
👋👋👋

gantungin dikit beberapa bulan gak ngaruh😗

28_06





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

accident [wenhun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang