enam

145 23 0
                                    

Seorang balita membuka matanya terlebih dahulu dari pada anak kecil disampingnya.

Matanya yang kecil mengedip kedip lucu karena melihat ruangan yang sangat asing baginya dan menyesuaikan cahaya yang masuk dimatanya.

"Wahhh adek kecil udah bangun". Ucap  anak kecil dengan girangnya karen merasa gemas dengan balita mungil disampingnya itu.

Langsung saja anak itu seperti menahan nangis karena takut tak menemukan bundanya disampingnya.

"Jangan nagis oke". Ucapnya saat melihat mata anak itu berkaca-kaca.

"Unda ana?".

"Gak ada". Balasnya dengan polos.

"Huwaaa".

"Jangan nangis Nana gak tau harus apa?".

"Nooo". Tolaknya lagi bahkan ia menangis dengan semakin keras.

"Huwaaaaa ayah adeknya nangis". Triak Jaemin karena bingung harus apa karena balita itu menangis dia juga ikut menangis dengan tak kalah kerasnya.

Dan langsung saja dua orang berlari menuju asal suara itu. Bahkan Sehun belum memakai bajunya.

*BRAK*

"ADA APA?". Tanya Sehun dengan panik karena triakan Jaemin.

"Ayah adeknya nangis padahal gak Nana apa-apain". Adunya kepada sang ayah dengan sengukan dan mengahapus air matanya.

"Ya ampun Jae ayah kira ada apa?". Ucapnya dan mengguyur rambutnya kebelakang, saking paniknya ia berlari dan ternyata keponakannya menangis karena bayi disampingnya menangis. Sungguh menyesal dia berlari-lari membuang tenaganya.

"Sudah Jae jangan nangis oke". Ucapnya dan diangguki anak itu.

"Jisung". Ucap wanita yang baru saja masuk dan langsung saja wanita itu mengendong anaknya yang baru saja menangis kencang.

"Nda nda". Ucapnya dan merentangkan tangannya dan langsung saja ia menggendong putranya itu.

"Jie kemana bunda dari tadi cari Jie kenapa Jie ninggalain bunda?". Ucapnya dan mencium kepala anaknya.

"Jie gak keama ama hanya main ama kakak tu". Ucapnya dengan mengangis dipelukan bundanya.

"Jie mau apa?". Tanyanya saat anaknya menepuk dadanya.

"Jie mau minum sebentar ya kita balik keruangan kita". Ucapnya.

Karena Jisung tidak mau ia kembali menangis kencang bahkan mulai memberontak dalam gendongan Wendy.

"Jisung jangan seperti itu nanti kita jatuh". Ucapnya dan memberikan pengertian kepada anaknya akan tetapi sama aja anak itu tak mau tenang dan semakin memberontak.

"Sitss". Ringkitnya karena anaknya menendang perutnya dengan kencang.

"Hay anak tampan jangan seperti itu kasihan bundamu oke". Ucapnya  dan langsung saja anak itu diam dari menangisnya.

"Kau tak apa?". Tanyanya dengan panik saat mendengar ringisan karyawannya.

"Tak apa pak". Balasnya dengan masih menahan sakit tapi sudah berangsur berkurang.

"Yayah". Ucapnya dengan gumuman tidak jelasnya.

"Good anak tampan". Ucapnya saat Jisung diam mendengar ucapannya.

"Kau pakai ruangan ini saja, sebentar" . Ucapnya dan berlari menuju ruangan lain dikamar tersebut.

"Kau pakai saja aku dan Jae akan keluar bila sudah kau baru boleh keluar kasiah  anakmu sepertinya haus". Ucapnya setelah mengganti bajunya dengan yang baru karena tak mungkin ia menggunakan baju itu yang penuh dengan darah.

"Jae ayo".

"Jae mau disini ayah".

"Tak ada penolakan".

"Baiklah gendong Nana". Ucap anak itu saat melihat plototan dari Sehun.

"Cek, anak ini merepotkan. Ya sudah ayo". Ucapnya dan menggendong ponakannya itu untuk keluar ruangan  tersebut.

"Jie jangan seperti itu oke, Jie ndak boleh nakal saat bunda kerja Jie kan anak baik". Ucapnya dengan memberitahui anaknya sambil menyusuinya.

-------
-------
🌱🌱
-------
-------

Sementara keempat temannya yang berada diluar ruanganya sedang bingung dengan apa yang terjadi.

"Dia ngapain Tae?".

"Sehun nolongin bocil tadi".

"Gue kira mesum tu anak. Ya gimana enggak coba tiba-tiba dia bilang Aakh lebih pelan dan wanita itu menundukan kepalanya didepan sehun".

"Kau membicarakanku?". Ucap seorang yang baru saja datang.

"Pd sekali kau".

"Aku mendengarnya".

"Lalu kau kenapa bertanya?".

"Hanya memastikan".

"Hay Jaemin lama tak jumpa".

"Hay paman Yuta, mana Injun?".

"Injun dirumah dengan mamahnya, mainlah kerumah".

"Kapan kapan paman tunggu daddy pulang karena kalau ayah jelas tak mau mengatar Nana".

"Laporkan saja pada Mommymu diakan takut pada mommymu".

"Siap paman".

"Buwaaahaa ajaran Yuta yang sesat".

"Jae sana main dulu ayah mau bicara sama teman ayah". Ucapnya dan diangguki anak itu.

"Kemana bonyaknya?".

"Biasa kaya gak tahu aja".

"Kasihan kau Hun. Segeralah menikah biar kau bisa membalas kakakmu itu yang seenaknya menitipkan anaknya".

"Pasti itu kalau bisa aku berdo'a anakku nanti akan lengket dengan suaminya dan semoga saja lebih parah dari iblis kecil itu".

"Lihat saja nanti".

------

Nb: banyak typo bertebaran

(Jateng/wonogiri)

26/07/23

Terimakasih yang udah mau mampir dan baca cerita ini. Semoga selalu setia nunggu up sampai tamat.
👋👋👋

28_06

accident [wenhun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang