Jisung yang terus menerus memaksa Chenle untuk tidur disamping nya pun membuat Chenle mau tidak mau saat ini berbaring disamping pemuda jangkung itu.
Ya tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena ranjang dirumah sakit jiwa ini emang sedikit lebih besar dari umumnya, karena dulu ada kasus pasien yang jatuh dari ranjang pasien saat tertidur, maka dari itu pamannya mengubah dan membuat ranjang yang sedikit lebar dari sebelumnya untuk pasien nya supaya tidak ada kejadian jatuh dari ranjang lagi.
Dan ranjang pasien itu muat dua orang, walau memang tidak bisa dibilang leluasa seperti ranjang dirumah pada umumnya.
"Jie seneng deh suster Lele mau bobo disamping Jie juga, Jie sudah lama tidak bobo bareng seperti ini, biasanya Jie bobo dengan Buna" kata Jisung dengan berbaring menyamping guna untuk melihat Chenle yang manis dengan lebih leluasa.
"Makanya kamu harus bisa cepat-cepat keluar dari sini, dan semangat untuk sembuh" kata Chenle yang ikut memiringkan tubuhnya berhadapan dengan Jisung.
"Jie tidak gila suster, Jie sehat kok" saut Jisung langsung
"Oh ya? Kalau sehat, kenapa kamu belum bisa mengatur emosi mu sendiri dan terus mengamuk?" balas Chenle sembari bertanya
"Jie cuma kesel aja, dulu semua permintaan Jie jarang ada yang diturutin dengan Buna dan ayah karena nilai Jie yang selalu dapat jelek, Jie pernah minta dengan ayah sepeda baru tapi ayah tidak ngebolehin buat beli sepeda karena nilai Jie" jelas Jisung yang tiba-tiba merubah posisinya menjadi kedepan dan melihat langit-langit kamarnya.
"Ya itu karena salah Jie juga yang tidak mau belajar buat mendapatkan nilai yang bagus, aku yakin deh kalau saat itu kamu mau memperbaiki nilai jelek mu itu, pasti ayahmu akan memberikannya dengan senang hati" balas Chenle
"Kenapa? Kenapa menuruti keinginan anaknya harus ada sesuatu yang bisa buat mereka luluh dulu untuk membelikannya? Kenapa tidak langsung saja? Itu tidak adil, kenapa harus berusaha dulu untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan?" tutur Jisung sembari terus bertanya.
"Kamu mau tau? Karena usaha itu tidak pernah mengkhianati hasil, apa yang kamu tanam itu lah yang kamu ambil dan nikmati disaat panen nya, begitu pun juga dengan usaha. Jika usaha yang kamu lakukan menghasilkan hasil yang memuaskan, pastinya bukan hanya orang lain yang bangga kan? Diri kita sendiri juga bangga, semua manusia yang hidup itu harus ada usaha terlebih dahulu Jisung untuk berada ditempat yang dia inginkan"
"Kecuali kalau seseorang itu mengambil jalan pintas yang tidak boleh dilakukan" kata Chenle sembari menjelaskan dengan perlahan kepada Jisung supaya pemuda itu mengerti."Jalan pintas? Seperti wanita siluman itu? Karina?" Saut Jisung yang kembali bertanya
"Eumh, iya barangkali" jawab Chenle yang sedikit sungkan.
"Udah ah Jie mau bobo, Jie tidak mau bahas wanita itu lagi" ucap Jisung yang memilih untuk tidur, namun
Hap!
Chenle kaget saat dengan tiba-tiba Jisung menarik dan memeluknya seperti sebuah guling.
Ini kalau dilihat dengan orang, atau ada suster lain yang masuk bisa bahaya."J-jie, kenapa jadiin aku guling?" Tegur Chenle yang berusaha melepaskan dekapan Jisung, namun tetap saja tenaga Jisung lebih besar dari tenaga nya.
"Jie mau bobo sambil peluk suster, suster jangan gerak-gerak. Nanti ada yang bangun" ucap Jisung dengan suara deep nya.
"H-hah? S-siapa yang bangun?" tanya Chenle dengan ekspresi seperti orang bego dan bingung mendengar ucapan Jisung.
"Shuttt, suster Lele harus tanggung jawab kalau dia bangun yaa, kalau tidak mau tanggung jawab suster Lele nya jangan banyak gerak dong" ucap Jisung lagi yang semakin membuat Chenle pusing dan bingung memikirkan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) Idiot || JICHEN [END] ✔️
Fanfiction"Suster Chenle jangan duduk disana!" "kenapa tidak boleh, Jisung?" "Karena seharusnya suster Lele duduknya sama Jie di pelaminan." Chenle, seorang suster baru yang berparas manis dirumah sakit jiwa yang harus mengatasi salah satu pasien tampan yang...