Kehidupan bebas Abim berubah setelah dirinya menikah dengan seorang CEO kaya raya. Melunasi hutang sang Ayah dengan cara menikahi sang CEO, Abim yang biasa selalu bersikap semena-mena kini harus patuh pada titah orang yang saat ini jadi suami nya.
...
Biasakan vote terlebih dahulu. Pencet tanda bintang dipojok kiri bagian paling bawah. Vote dikit=slow update. Jadi harus vote terlebih dahulu. Jangan biasakan jadi silent reader yang tidak berguna.
Anw, jangan lupa nabung buat jemput akbar, kahfi, azaska sama alfaza setelah pemilu nanti.
-HAPPY READING-
"Kenziee!" Abim merengek pada Kenzie, menggoyangkan tangan laki-laki itu dan memasang wajah cemberut. Kedua nya kini tengah berada di kamar, setelah seharian tidak bertemu karena kesibukan Kenzie dikantor. Kenzie ingin menghabiskan malam nya dengan Abim, namun anak itu malah membuat janji dengan teman nya untuk ikut balap liar malam ini.
"Tidak, Abim. Saya tidak mengizinkan kamu untuk ikut balap liar." Kenzie memalingkan wajah nya kala Abim dengan sengaja memasang wajah memohon.
"Ah, ayolah, sekali ini doang. Udah janji sama Madan sama Fazri kalau malam ini gue ikut." Abim tetap berusaha membujuk Kenzie, ia sesekali melihat kearah jam di pergelangan tangan nya.
"Tinggal batalkan saja janji itu, selesai." Jawab Kenzie membuat nya mendapatkan pukulan di lengan nya.
"Lo kok gitu?" Kesal Abim.
"Gue tetap pergi, gak peduli lo mau ngasih izin atau gak! Gue udah bilang kalau gue mau balapan!" Abim menghentakan kaki nya kesal, ia membuka pintu kamar namun terhenti karena ucapan Kenzie.
"Jika kamu berani keluar dari pintu itu, saya pastikan kamu tidak akan melihat saya lagi." Ancam Kenzie. Namun Abim tetap lah Abim, si anak keras kepala yang bahkan Kenzie sendiri tidak bisa melarang nya.
Abim membuka pintu kamar dan menutup nya dengan keras membuat Kenzie terkejut. Ia mengelus dada nya dengan sabar menghadapi tingkah laku Abim. Setelah dipikirkan, semenjak hari pertama menikahi Abim, Kenzie merasa diri nya bukan dia yang dulu. Seseorang dengan watak yang kasar, dingin, dan sombong.
"Anak itu benar-benar susah untuk dikendalikan." Kenzie bergumam pelan.
Disisi lain, Abim terlihat sudah mengeluarkan motor nya dari bagasi. Memanaskan sebentar motor nya, ia berdiri disamping motor dan menatap kearah kamar milik nya dan Kenzie. Abim sebenarnya tidak yakin ingin pergi karena ucapan dari Kenzie tadi. Bagaimana jika diri nya benar-benar tidak bisa lagi melihat Kenzie? Tapi mana mungkin Kenzie tahan tidak melihat Abim. Memikirkan itu membuat Abim terkekeh pelan.
Sebelum pergi, Abim menyempatkan untuk mengirim kan pesan pada Kenzie agar laki-laki itu tidak khawatir. Ia tersenyum melihat respon Kenzie.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••••••••
Abim sampai di arena balap liar, terlihat kedua teman nya telah menyambut dirinya. Malam ini terlihat lebih ramai daripada biasanya, Abim menatap sekeliling dan menjadi sedikit ragu. Entah apa yang mengganjal di hati nya.
"Siap gak lo? Hadiah nya lebih mahal daripada biasanya." Fazri berucap sambil merangkul bahu Abim, ia menyenggol legan Abim.
"Siap terus gue mah, mayan buat nambah tabungan." Jawab Abim membuat Fazri dan Madan terkekeh geli. Ghani malam ini tidak bisa hadir karena anak itu yang sedang ada dikampung halaman sang Ibu.
"Padahal laki lo kaya Bim, kenapa lo masih mau balapan?" Tanya Madan heran.
"Yang kaya kan Kenzie, bukan gue. Lagian dari dulu balapan udah jadi kebiasaan gue tiap malam." Jawab Abim.
"BAIK SEMUA NYA, PARA PEMAIN YANG AKAN BERTANDING MALAM INI SILAKAN BERSIAP." Intruksi seorang perempuan yang berpenampilan sexy. Abim menepuk kedua pundak Madan dan Fazri sebelum akhirnya pergi bersiap untuk tanding.
Kini Abim sudah siap di depan garis star dengan seorang lawan nya malam ini. Terlihat lawan Abim malam ini agak sedikit berdekatan dari biasanya, postur tubuh nya tampak mencurigakan. Namun berusaha menapik pikiran itu, Abim kembali pokus pada pertandingan.
"SIAP? 3, 2, 1, MULAI!"
Suara peluru yang ditembakan di udara membuat kedua laki-laki tadi langsung melajukan motor mereka dengan cepat. Sesekali Abim tidak pokus karena laki-laki itu terlihat terus saja melirik kearah nya sembari menambah laju motor nya. Melihat laki-laki itu melesat dengan cepat membuat Abim dengan gila nya menambah kecepatan nya.
Pada tikungan terakhir, pokus Abim lagi-lagi terganggu. Ia berusaha mengurangi kecepatan motor nya, namun rem yang sedari tadi ia gunakan tidak berfungsi. Abim berusaha tenang walaupun diri nya saat ini sedang panik. Abim memejamkan mata nya kala sebuah cahaya yang begitu mengganggu penglihatan nya.
Brak!
Suara benturan itu terdengar nyaring, sebuah tabrakan yang tidak dapat dihindari oleh dua pengemudi. Abim terguling jauh dari motor nya, terlihat helm yang melindungi kepala nya terlepas membuat kepala anak itu tidak terhindar dari benturan aspal. Beberapa goresan di wajah akibat batu bara yang berserakan dimana-mana.
Abim berusaha mempertahankan kesadaran nya, ia mengangkat tangan nya untuk menyentuh kepala nya. Bahkan tangan anak itu terlihat lecet akibat bergesekan dengan aspal dan batu bara.
"Ken-ziee." Nama Kenzie adalah hal yang terakhir Abim ucapkan sebelum kegelapan merenggut kesadaran nya.
-BERSAMBUNG-
jangan lupa nabung buat jemput akbar, Kahfi, azaska dan alfaza