Part 10

1.9K 200 18
                                    

"Tolong temani saya untuk menjemput mereka di bandara, Shani. Untuk hari ini, kamu dikawal sama yang lain aja ya Gre soalnya mama butuh Shani untuk mendampingi mama."

Hari ini, Shanira dipanggil untuk menghadap kepada Nyonya Valencia yang sepertinya ingin membicarakan sesuatu. Namun sebelum ia melangkah pergi ke ruangan nyonya besar di rumah ini, Shanira lebih dulu memasuki ruangan Grazella untuk meminta izin sekaligus memberitahu agar nona nya itu tidak bingung mencarinya ke mana. Seolah tahu apa yang nantinya menjadi bahan perbincangan sang mama membuat Grazella memaksa ikut meski ia tak berkepentingan sama sekali.

"I said no, mama. Aku gak bisa membiarkan mama untuk mengambil Shani dan menggantikan orang lain untuk menjagaku. Mama bisa membawa Gilang, bukankah dia yang paling mama percaya untuk mengikuti ke manapun mama pergi?" Grazella menyela dengan tingkat kekesalan yang tidak mampu terbendung, rasa tidak terima hadir mendengar permohonan yang diselimuti paksaan karena tahu sosok di sampingnya tak akan mampu untuk mengatakan kalimat penolakan.

"Mama hanya ingin Shani, hanya satu hari ini aja, sayang. Mama juga butuh tinjauan atas kemampuan bekerja Shani dan hal-hal lain tentangnya, she's yours tapi mama butuh Shani hari ini." Wanita itu menatap harap pada putrinya untuk tidak menjaga penghalang baginya, ia benar-benar ingin melihat bagaimana kinerja Shanira dalam menghadapi Grazella selama ini.

"No is no, aku tidak mengizinkan mama membawa Shani. Sesuai yang mama katakan, she's mine. Tentu aku tidak akan membiarkan siapapun membuatnya jauh dariku termasuk mama, aku tidak memberi izin." Ibu dan anak itu saling berpandangan seolah mempertahankan seorang perempuan yang kini dibuat pusing melihat tingkah nyonya dan nona nya, ia sama sekali tidak diberi kesempatan untuk menjawab kala setiap jawaban yang ingin diungkapkan selalu terpotong oleh salah satu di antara mereka.

"Sayang, tolong. Waktunya udah mepet bila kita mengadakan debat, hanya beberapa jam saja dan setelah itu Shani akan kembali padamu." Nyonya Valencia berdiri, mengambil tangan yang ia dan putrinya rebutkan membuat Grazella melotot dan mengikuti apa yang mamanya lakukan.

"Saya mohon, kamu boleh pergi bila saya memerintah atau berlaku buruk padamu. Saya tahu ini semua di luar dari ranah saya sebab kamu telah menjadi milik putri saya tapi untuk beberapa jam saja." Rumit, adalah kata yang sangat pantas disematkan di diri Shanira yang bingung harus bertindak seperti apa.

Bagaimanapun, fokusnya dalam bekerja ialah untuk memastikan keselamatan sosok yang kini meminta jawabannya dengan aman tanpa luka sedikitpun. Namun, melihat permohonan disertai wajah memelas tentu meluruhkan niatnya untuk menolak. Shanira benar-benar tidak mampu untuk mengindahkan bila Nyonya Valencia menatap sayu seperti itu. Dengan wajah tenangnya, ia melepas genggaman Grazella membuat salah satu di antara kubu merasa senang.

"Baik, saya ikut Nyonya. Namun, hanya dua jam saja sebab setelah itu saya harus berada di sisi nona Grazella untuk memastikan keamanannya seperti biasa." Putus Shanira, mengambil keputusan tanpa berkompromi dengan penanggung jawab sahnya menjadi tombak yang menusuk dalam di tubuh Grazella.

Apakah Shanira sungguh tidak memikirkan perasaannya? Tidak kah perempuan itu mengetahui bahwa ia tidak menyukai keputusan yang diberikannya? Grazella tersenyum kecut, memilih pergi meninggalkan dua manusia yang ia sayangi namun kini menggores hatinya cukup dalam. Ia tak mengapa bila orang lain menghakimi dan menganggapnya berlebihan, ia tidak akan peduli namun bila Shanira yang melakukannya, rasanya sungguh menyakitkan.

"Ternyata aku benar-benar tidak ada arti di hidupnya, bodohnya kamu Grazella!" Kalimat itu terus diucapkan, tubuhnya terasa lemah meski hatinya yang tersakiti. Ia mengingat bagaimana reaksi Shanira sewaktu pengakuan perasaan itu terjadi seminggu yang lalu.

Flashback On...

Suasana mendadak senyap setelah pengakuan Grazella yang tidak pernah disangka, lautan pikiran buruk menghantui isi kepala membuat perempuan yang posisinya masih berada di atas tubuh Shanira segera berpindah dan melangkah sedikit menjauh. Sial! Apa yang sudah ia ucapkan? Bagaimana mungkin pengutaraan rasa itu keluar begitu saja dari mulutnya?

Tu Es Mon ÂmeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang