Part 6

2.2K 213 35
                                    

"Bagaimana perasaanmu kini, nak? Apa sudah baik?" Tungkai yang terayun menuruni tangga membawa seonggok tubuh pun mengulas senyum tatkala mendengar pertanyaan yang dilayangan seorang wanita, tubuhnya cukup baik pagi ini yang mungkin saja dipengaruhi oleh jadwal tidurnya kemarin.

"I'm okay, mama. Apakah tidurmu nyenyak hari ini?" Nyonya Valencia tersenyum seraya mengangguk, membentangkan kedua tangannya yang disambut pelukan hangat oleh Grazella dan tentu saja disaksikan oleh para pekerja terlebih Shanira yang berjalan di belakang perempuan cantik itu.

"Mama khawatir banget sewaktu kamu pingsan, jangan terlalu diforsir kerjanya. Kalau capek istirahat, kamu mengerti?" Ucapan disertai usapan hangat tentu menjaga tontonan yang menyakitkan di mata Shanira, rangkaian kata menghardik dirinya ketika mengingat perlakuan kedua orang tuanya yang bertindak sebaliknya terhadap buah hati mereka.

Shanira memilih menepikan diri dan memberi ruang bagi dua sosok yang paling dihormatinya untuk berbincang sedangkan dirinya berjalan menuju Gilang yang tersenyum sembari melambaikan tangan. "Lama juga aku tidak melihatmu, Shani. Bagaimana bekerja bersama nona kita yang cantik itu? Apakah kamu sudah bisa beraklimatisasi?"

Yang ditanya pun memgerutkan dahi, bingung dengan kata yang begitu asing di telinganya hingga tak mempedulikan ekspresinya saat ini. "Apa itu artinya? Kalimatmu terlalu memusingkan, Gilang. Aku tidak sepintar itu untuk mengerti kata yang kamu ucapkan." Tukas Shanira tanpa takut, baginya pria itu adalah temannya dan memang benar kata yang Gilang ucapkan terdengar begitu aneh di telinganya.

"Astaga, maksudku itu menyesuaikan diri. Maaf-maaf, aku membuatmu bingung." Gadis berpakaian casual itu pun mengangguk mengerti, sejenak ditatapnya Gilang yang masih menunggu jawabannya.

"Beberapa minggu ini memang rasanya begitu sulit untukku menyesuaikan diri dengan sikap nona Grazella yang terkadang menjengkelkan namun melihat bagaimana ketakutannya kemarin membuatku mengukuhkan hati bahkan berikrar pada diriku jika aku akan menjaganya dengan segenap hati, aku tidak ingin melihat binar ketakutan itu lagi dari wajah cantiknya." Keyakinan begitu terpancar di iris berwarna cokelat itu membuat Gilang semakin mengembangkan senyumannya.

"Aku bingung mengapa itu terjadi kepada nona Grazella namun itu jelas bukan ranahku untuk mengetahuinya, melihat bagaimana keinginan kamu untuk menjaga nona kita dengan sepenuh hati rasanya sudah cukup bagiku untuk benar-benar mempercayaimu, Shani. Tolong lindungi dia yah, kamu sudah memegang tanggung jawab yang besar." Ucap Gilang bangga.

"Kamu tenang saja, Gilang. Percayakan semua ini padaku, kamu tidak akan menanggung malu karena telah mengajariku ilmu beladiri." Keduanya tertawa dan melanjutkan perbincangan mereka yang tak jauh dari pekerjaan serta nasehat yang diberikan Gilang kepada Shanira.

Hingga obrolan tersebut harus diakhiri ketika Shanira mendengar teriakan yang memanggilnya untuk kembali ke ruang makan, perempuan itu pun berpamitan kepada Gilang dan berlari menuju ruang makan yang ternyata Grazella beserta Nyonya Valencia telah menyelesaikan acara makan mereka.

"Kemana perginya kamu?" Shanira menunduk tanpa berniat menjawab pertanyaan perempuan yang kini berdiri di depannya sembari mendekap kedua tangannya, tak lupa tatapan mengerikan seolah ingin memakan tubuhnya hidup-hidup.

"Kamu belum tuli, kan?" Sekali lagi Grazella bertanya, kali ini nada bicaranya mulai meninggi membuat Nyonya Valencia mau tak mau harus menghampiri sang putri untuk meluruhkan emosi yang sebenarnya tidak perlu di perlihatkan.

"Sudahlah, masih pagi. Mending kalian lekas pergi sebelum jalanan dikuasai pengendara lain, kamu tidak melupakan situasi Jakarta jika sudah pukul delapan pagi kan, sayang?" Grazella menghela napas, mamanya benar. Terlalu kelabu pagi ini bila terkontaminasi oleh kekesalan yang tidak mendasar dalam dirinya.

Tu Es Mon ÂmeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang