Part 4

2.4K 234 10
                                    

"Selamat pagi, nona."

Sapaan hangat disertai tundukkan tubuh hingga 90 derajat diabaikan begitu saja oleh perempuan berbusana rapi dengan menjinjing sebuah tas bermerk khas kota percintaan yang kini melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Arah tatapannya begitu lurus dan setiap langkahnya menimbulkan derap kaki yang begitu memukau untuk didengar.

"Pagi, ma." Sapa Grazella yang duduk serta kursi untuknya disediakan oleh pekerja yang selalu berdiri di belakangnya.

"Pagi, sayang." Nyonya Valencia tersenyum sebentar kepada sang putri sebelum penglihatannya diarahkan kepada gadis berbusana serba hitam yang kini berdiri tegak tak jauh dari tempat mereka berada.

Seminggu telah berlalu namun tanda-tanda bila putrinya mulai menerima Shanira masih belum terlihat sedikitpun. Grazella enggan untuk menanggapi perihal kalimat yang dijabarkan oleh Shanira jika itu tidak terkait dengan pekerjaannya, dan sebagai pemberitahuan ialah kini Shanira telah resmi menjabat sebagai asisten sekaligus pengawal pribadi Grazella.

Perempuan yang selalu ingin Shanira ketuk kepalanya menolak keras anjuran sang mama yang menginginkan tambahan pekerja untuk membantunya. Cukup baginya kehadiran Shanira sebagai pengganggu, Grazella tak mau menambah beban bila mengiyakan ucapan wanita yang begitu menyayanginya itu.

"Shanira, ayo kemari." Bergegas perempuan tinggi itu menghampiri namun menghentikan langkahnya disaat jarak untuk bicara sudah tidak terlalu jauh.

"Ada apa, nyonya? Apakah anda membutuhkan sesuatu?" Tanya Shanira lembut.

Nyonya Valencia menggeleng pelan. "Bergabunglah bersama kami untuk sarapan, dan mengapa panggilan kamu terus menerus seperti itu? Bukankah kita telah mengakrabkan diri dan memanggil dengan panggilan waktu itu?"

Shanira mengulum bibirnya, bingung harus menanggapi seperti apa ajakan serta protes nyonya besarnya itu. Arah matanya kini tertuju kepada Grazella yang menikmati hidangan lauk pauk dengan tenang tanpa menimpali pembicaraan sama sekali. Jelas bahwa perempuan itu tidak menginginkan kehadirannya, perut yang meronta untuk diisi pun Shanira tahan dan menggelengkan kepala sebagai bentuk penolakan atas tawaran yang diberikan.

"Tidak perlu nyonya, saya sudah sarapan tadi. Dan untuk panggilan, rasanya tidak etis bila memanggil orang seperti anda dengan sebutan tante." Ucap Shanira menunduk sopan.

"Kalau begitu keputusanmu maka saya tidak bisa berbuat apa-apa, namun kamu benar-benar yakin tidak ingin bergabung? Jika sungkan maka hilangkan perasaan itu sebab saya lah yang menawarkan kamu." Bujuk rayu tersebut kembali dijawab gelengan oleh Shanira yang kembali memundurkan langkahnya sebab tahu bila Grazella tidak menyukai keberadaannya saat ini.

Namun, entah mengapa pandangan Shanira dan Grazella bertemu tanpa panduan. Terhenyak, terpaku dan tidak tahu harus berbuat apa. Desir hangat dirasakan oleh Shanira membuatnya memilih memalingkan pandangan, jantungnya berpacu kencang seolah dikejar sesuatu. Telisik sedang dilakoni olehnya, berusaha mencari jawaban dari penyebab pandangan Grazella yang seperti mengutarakan sesuatu yang rancu untuk diartikan olehnya.

Penghujung akhir acara sarapan bersama, Shanira kembali dipanggil untuk mendekat. Kali ini nona cantik itulah yang memanggil dan memintanya untuk membawakan beberapa berkas penting untuk diperiksa nanti. Lirikan mata tajam berhasil menghentikan pergerakan beberapa pria yang telah siap untuk mengikuti kepergiannya sementara Shanira masih berdiri tegak dan menunggu komando langsung dari perempuan jelita itu.

"Saya tidak meminta kalian, kembali ke posisi masing-masing karena mulai saat ini Shanira yang akan menjadi bodyguard serta asisten pribadi saya." Ucapan yang disertai lirikan tajam dari Grazella membuat pria berbadan tegap memilih menunduk.

Tu Es Mon ÂmeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang