Part 24

1.1K 120 21
                                    

Banyak pertimbangan yang dilakukan sewaktu pertemuan penting berlangsung, merencanakan langkah pada permasalahan itu. Sengaja memasang mode silent agar siapapun tidak mengganggu perundingan ini, Shanira yang raut wajahnya bagai pemangsa sukses mengunci sikap pria bertubuh besar itu.

"Banyak hal yang harus dipertimbangkan bila kita melakukan penyerangan tanpa memberitahu Nyonya Valencia, Shani. Aku tahu kamu marah tapi untuk saat ini simpan dulu kemarahanmu, ini gak akan selesai kalau kita pakai emosi di dalamnya." Nasehat Gilang membuat Shanira mengepalkan kedua tangannya.

"Aku gak akan bisa tenang kalau peneror nona masih berkeliaran di sekitarnya, aku gak mau trauma nona kembali disaat dia sudah benar-benar melupakannya." Memikirkan bagaimana perempuan yang menjadikannya tahta tertinggi membuat Shanira memijit pelipisnya, ia tahu Grazella ketakutan hingga nyaris pingsan jika perkelahian itu tidak cepat dituntaskan.

"Terkadang kita harus menunda sesuatu untuk mempersiapkan planning yang lebih baik, gunakan akalmu. Lihatlah lukamu itu, Shani. Kamu mengabaikannya terlalu lama sampai mengering sendiri, astaga!"

Gilang tahu masalah ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, para penyerang mungkin telah memiliki strategi lain untuk menakuti Grazella hingga membuat perempuan itu stres. Ia juga tidak akan menyerang tanpa ada planning yang matang, itu malah membuat keadaan semakin runyam. Mengetahui kedatangan Shanira setelah janji temu di tempat mereka untuk merencanakan sebuah pergerakan tanpa melibatkan orang lain.

"Shani, bisa aku menanyakan hubunganmu dengan nona Grazella yang sebenarnya? Gak mungkin untuk sekedar bodyguard nya kamu sampai menjadi seperti ini, ditambah tatapan tajamnya jika aku berada di dekatmu menjadi sebuah petunjuk bagiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Shani, bisa aku menanyakan hubunganmu dengan nona Grazella yang sebenarnya? Gak mungkin untuk sekedar bodyguard nya kamu sampai menjadi seperti ini, ditambah tatapan tajamnya jika aku berada di dekatmu menjadi sebuah petunjuk bagiku." Ucapan itu berhasil mengalihkan perhatian Shanira, menatap lurus mata milik Gilang yang membuat pria itu salah tingkah.

"Dia kekasihku, aku miliknya. Untuk seorang yang menjadikanku permata, aku gak bisa berdiam diri saat ku tahu ada seseorang yang berniat menyakiti gadisku." Ucap Shanira jujur, tersenyum kecil melihat Gilang yang terkejut mendengar pengakuannya.

"K-kamu serius?"

Shanira mengangguk, membahas Grazella adalah hal yang tidak boleh dianggapnya main-main. "Kamu boleh bertanya langsung kepada Nyonya Valencia jika meragukan ucapanku, Nyonya tahu hubunganku dengan Gege."

Detik berikutnya, Shanira memundurkan langkahnya saat Gilang tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya dengan lutut yang digunakan sebagai penyangga tubuh. Tidak tahu mengapa namun warna mata pria itu berubah menjadi merah dan berkaca-kaca, menyatukan kedua tangan dengan pandangan memohon membuat Shanira merasa tidak tega.

"Aku tahu aku gak memiliki hak untuk banyak memintamu tapi kumohon jagalah nona Grazella sebaik yang kamu bisa, tolong jangan menancapkan luka di hatinya barang seinci pun. Aku sudah lama mengabdikan diriku untuk keluarga itu, aku tahu betapa banyak luka yang tersimpan di hatinya. Dia perempuan baik, kejadian mengenaskan itu bukan kesalahannya, jangan meninggalkan nona jika kamu merasa bosan. Tolong jaga dia, aku memohon padamu sebagai orang yang membantu menjaganya sejak masih SMA." Tidak ada yang pernah membuat Gilang bersimpuh hingga memohon dengan air mata yang mengalir di sudut matanya, semua anggota keamanan menganggap Gilang sebagai ketua yang berwibawa dan irit bicara.

Tu Es Mon ÂmeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang