Part 19

1.3K 114 3
                                    

"Sayang, duduk. Mama mau bicara." Nyonya Valencia membuka suara, menatap lembut sang putri yang melangkah bersama Shanira di belakangnya.

Grazella mengangguk, ia juga tak mau masalah ini semakin besar hingga menyebabkan kerenggangan dalam hubungannya bersama sang mama. Dirinya juga tak mau bersembunyi terlalu lama, menyamarkan hubungan percintaannya yang tak lagi sama. Grazella menghembus, melangkah lebih cepat menuju sang mama dan tak sadar meninggalkan Shanira yang masih berjalan di belakangnya.

"Shani, kamu juga ke sini. Dan tolong, tinggalkan kami bertiga." Atas perintah tanpa bantah, semua pergi meninggalkan ruangan yang membuat nyali Shanira sedikit menciut.

Tebakannya benar, wanita cantik itu pasti ingin membahas perilaku sang kekasih kemarin malam. Terlebih Grazella berlaku tidak sopan di hadapan tamu penting Nyonya Valencia dan sebab Grazella melakukan itu adalah dirinya, Shanira mencoba tenang dan mengambil alih kursi di samping sang kekasih setelah dipersilahkan wanita yang kini menatapnya lekat.

"Berkatalah, mama meminta kalian untuk duduk agar bisa jujur mengapa Grazella bisa berbuat hal gak pantas seperti itu." Ucap Nyonya Valencia bernada lembut, kontras dengan tatapannya yang menghunus bagaikan pedang.

Grazella berdeham, ditatap sebegitu lekatnya tentu membuatnya gentar. Akan tetapi, kembali ia mengingat bahwa rahasia ini tidak boleh dipendam terlalu lama.

"Ma, apa kalau aku jujur mama bisa terima semua ini?" Grazella bertanya, mengumpulkan sisa keberanian kemudian membalas tatapan sang mama tak kalah tajam.

"Bisa dipertimbangkan selagi itu masuk akal." Jawab Nyonya Valencia santai, tak memberi kerenggangan juga tidak menyudutkan posisi sang putri tercinta.

"Aku.. Aku.. Aku memiliki hubungan spesial dengan Shani."

Pengakuan itu terdengar begitu cepat, begitu lugas disertai tatapan yang penuh keyakinan. Nyonya Valencia tersenyum tipis dan beralih memandang Shanira yang segera menunduk, memutus aksi tatap yang terjadi. Wanita itu tidak tahu bentuk utuh perasaannya saat ini, semuanya terasa asing hingga sisi pikiran positif seperti menutup pasien untuk berkonsultasi.

Nyonya Valencia menutup mata, menyandarkan tubuh dan membekap tangan dengan jemari yang mengetuk siku tangan seolah tengah berpikir. Tindakan sederhana namun berhasil medebarkan jantung pasangan kekasih yang saling menggenggam di bawah meja makan, menyalurkan ketenangan di tengah kegundahan atas sikap Nyonya Valencia yang terbilang tidak biasa.

"Shani, kamu anak baik." Nyonya Valencia membuka mata, memuji sikap Shanira yang sudah dilihatnya sejak hari pertama menginjakkan kaki di rumahnya.

"Ma, tolong-"

"Sayang, mama belum selesai berbicara." Grazella mengangguk melihat mamanya menghentikan negosiasi untuk menyudahi pembicaraan ini.

"Kamu anak baik, terlepas dari apapun bagian masalalu kamu yang menyulitkan. Mungkin hubungan kalian terjadi saat kalian berdua memiliki masalalu yang sama-sama menyakitkan, kalian saling melindungi dan menyayangi hingga tanpa sadar melibatkan perasaan berlebihan dan terjadilah hubungan ini."

Mata Nyonya Valencia memandang ke bawah, menerawang kisah pilu putrinya yang harus merasakan pahitnya dunia sebelum tepat waktunya. Upaya untuk menghapus terus dirinya lakukan meski pada akhirnya berujung sia-sia, pernah saking frustasinya Nyonya Valencia memaksa sang putri untuk menghilangkan sebagian ingatan dengan bantuan psikiater dan kembali berujung gagal saat Grazella menangis memohon padanya untuk tidak melakukan itu.

Nyonya Valencia segera membuang muka agar Grazella tak melihat ar mata yang mengalir membasahi pipi, tersenyum haru meski jujur ia masih belum dapat menerima kenyataan bahwa putrinya tak lagi bisa untuk ia beritahu. Hubungan seperti ini bukanlah hal normal bagi dunia, namun sebagai saksi hidup yang begitu tahu bagaimana proses sang putri setelah kejadian itu, ia tidak boleh memaksakan kehendaknya.

Tu Es Mon ÂmeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang