Part 33

1.2K 94 33
                                    

Dua tubuh manusia saling mendekap sepanjang malam yang penuh insiden namun berakhir indah juga melelahkan, sinar matahari yang membias melalui kaca jendela pun tidak berhasil menyadarkan sepasang kekasih yang memejamkan mata di bawah selimut hangat. Salah seorang dari mereka melindungi bias cahaya melalui telapak tangan yang tidak dibatasi oleh apapun, tidak membiarkan sesuatu mengganggu tidur tuan putrinya.

Ciuman di ujung pelipis dijadikan ucapan selamat pagi sebelum senyum sumringah menghiasi wajah, malam panjang dilalui dengan perasaan membuncah bagai menerima hasil kerja sebulan. Walau harus melalui rentetan ketegangan yang nyaris memecahkan hubungan, patut disyukuri semua itu berhasil digagalkan oleh aktivitas memabukkan yang mereka jalani.

Shanira mengeratkan pelukannya, berupaya menahan diri agar lelap sang kekasih tidak terganggu oleh rasa bahagianya. Matanya tidak mau melihat benda bulat yang bertengger pada sisi bagian kanan dinding, tuju mata hanya berpusat pada pemilik isi hidupnya, si cantik yang suka tantrum Grazella.

Dinginnya ruangan kamar akibat suhu yang diberikan mesin pendingin ruangan tak menjadi alasan untuknya melepas dekap, meski tubuhnya dan Grazella tidak berbalut kain setelah malam panjang itu. Sisa kantuk yang masih ada hampir menenggelamkan Shanira ke dalam dunia peri mimpi sebelum dering panggilan dari ponselnya mengalihkan perhatiannya juga Grazella yang menggeliat tanda tak senang.

"Matiin Shani, aku masih ngantuk." Titah dengan nada tak suka membuat Shanira segera mengaktifkan mode senyap pada ponselnya agar nada dering itu tak lagi mengganggu tidur Grazella.

"Nyonya Valencia?" Shanira membatin. Lima panggilan tidak terjawab datang dari nomor ponsel wanita yang disebut kekasihnya sebagai mama.

Mau tak mau, dekap yang enggan terlepas harus dirinya lakukan demi mengetahui niat Nyonya besar meneleponnya sebanyak itu. Tanpa menggunakan balutan pakaian apapun, Shanira melangkah keluar kamar dan duduk di ujung sofa sembari menghadap taman tempat mereka berbagi peluh kemarin.

"Masih pagi otakmu tolong kondisikan, Shani. Ini bukan waktu yang pas untuk ingat hal itu." Memberikan pukulan kecil pada kepala yang berhasil mengalihkan pikirannya.

Bergegas ibu jarinya mencari nomor sang atasan kemudian menekan tombol panggilan untuk memulai pembicaraan, Shanira menunggu sembari sesekali melihat pintu kamar yang tertutup rapat. Ia tak mau Grazella bangun sebelum dirinya kembali ke kamar, dapat dipastikan perempuan jelita itu akan sebal padanya.

"Pagi, Nyonya. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa Shanira setelah panggilannya terhubung oleh Nyonya Valencia.

"Kamu ini dari mana aja? Saya sudah menelepon kamu berulang kali namun tetap tidak aktif, kalian berada di mana? Kamu pergi tanpa pamit begitupun Grazella, kalian sengaja membuat jantung saya kumat?"

Kekesalan juga kekhawatiran dapat tergambar kala mendengar suara atasannya yang terdengar panik membuat Shanira meringis tak enak, merasa bahwa semua ini pure kesalahannya yang lupa waktu untuk sekedar memeriksa ponsel dan memberi kabar pada orang-orang yang mencarinya.

"Maafkan kelalaian saya, Nyonya. Saya tidak memeriksa ponsel sejak semalam, saya tidak tahu bahwa anda mencari keberadaan saya."

"Ya sudah, saya lega kalau kalian baik-baik saja. Lalu di mana anak nakal yang mencurimu itu? Dia masih tidur?"

Shanira merespon dengan anggukan kepala yang ia sendiri tahu itu tdak bisa dilihat wanita cantik ini. "Nona Grazella masih tidur dan mungkin sebentar lagi akan bangun, apa Nyonya ada perlu biar nanti saya beritahu nona Grazella?"

"Astaga, tidak perlu se formal saat saya sudah tahu gimana hubungan kalian berdua, Shani. Tidak, saya cuma bertanya namun kalau bisa segeralah pulang karena kita berdua harus membahas mengenai kepergian kamu. Maaf Shani, kamu harus tetap pergi dengan persetujuan Grazella ataupun tidak."

Tu Es Mon ÂmeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang