Part 14

1.4K 170 33
                                    

"Manusia tidak tahu diri!" Nyonya Valencia memberikan tamparannya di wajah tua Sanprata, semua orang terhenyak terkecuali Aditama yang malah cekikikan.

"Apa katamu tadi? Anakku menikmati cumbuan pria haus sex seperti Aditama! Membayangkan dia memaksa memasuki putriku rasanya benar-benar memuakkan!" Tamparan kembali diberikan pada Sanprata yang beberapa kali meluruh ke lantai.

"Huh, jika negara ini bukan negera hukum sudah pasti kuhabiskan dirimu beserta keluargamu yang rakus harta itu!" Teriak Nyonya Valencia, sumpahnya terdengar berbahaya hingga semua orang memilih pergi dengan tubuh bergetar.

"Tenanglah Valen, kamu tidak perlu berlebihan menyakitinya sebab apa yang dia katakan benar adanya. Cumbuanku begitu memabukkan hingga putrimu tak bisa menjauh dariku." Aditama bergerak maju menghampiri, memasang wajah sok tampan membuat Nyonya Valencia berdecih.

"Anda bilang apa? Cumbuanmu memabukkan? Jika itu benar, mengapa istri dan anak-anakmu pergi meninggalkanmu sendirian? Dan ke mana perginya para selingkuhanmu? Mereka lari terbirit-birit meninggalkanmu yang tidak mampu memberikan kepuasan, jangankan kepuasan ranjang, finansial saja tidak bisa terselesaikan." Ultimatum yang begitu menohok hingga wajah menjijikkan yang ditampilkan pria tua itu mendadak hilang, kisahnya beberapa tahun kembali terungkit oleh wanita yang menjadi mantan temannya.

"Sadarlah Aditama, kamu sudah tua dan sudah tak mampu bergerak lincah seperti dulu. Bersikap baiklah, berhenti berpikir culas dan mengganggu kenyamanan putriku. Bila ingin mengambil Sanprata, ambillah. Dia pun sudah tidak berguna bagi perusahaanku, detik ini juga anda saya pecat, Tuan Sanprata yang terhormat."

Tidak ada lagi keramahan, tidak ada lagi kesabaran. Nyonya Valencia memutus pekerjaan orang yang paling lama bekerja dengannya hari ini membuat semua orang terkejut bukan main.

"Kalian semua, dengarlah ucapanku!"

Nyonya Valencia mengedarkan pandangannya, menatap satu per satu staf yang membantu putrinya mengelola perusahaan. "Apapun yang terjadi hari ini, saya harap kalian melupakan dan tidak mengungkitnya lagi. Jika kejadian hari ini kembali dijadikan buah bibir kalian, saya tidak akan segan untuk menggantikan kalian dengan calon pekerja yang lain!"

"Semua ini salah mama, sayang. Maafkan mama, mama kembali gagal menjagamu."

|••|

Genggaman tak kunjung terlepas sejak pergi dari gedung perusahaan milik sang mama, fokus Grazella tertuju kepada Shanira yang bergerak tak nyaman dalam duduknya. Resah semakin mempengaruhi pikirannya hingga tak mampu mencari cara untuk menenangkan Shanira, sedikit tak menyangka tindakan pujaan hatinya yang hampir menghilangkan nyawa seseorang hari ini.

"Aku disini, bersamamu. Aku disini, aku gak akan pergi ke manapun. Ini aku, Grazella. Gege nya Shani, lihatlah aku dan buktikan bila benar aku nyata untukmu." Kalimat itu Grazella berikan membuat Shanira perlahan menatap ke arahnya dengan kondisi yang cukup berantakan, wajah memerah disertai binar mata yang begitu ketakutan membuat Grazella tak sanggup menahan air matanya.

"A-aku takut, hampir saja aku membunuhnya. Maafin aku, Ge. Maafin aku, maafin aku." Shanira memohon, menyatukan kedua tangan dan menundukkan kepala meski tak ia tahu bila Grazella menggeleng dan segera memeluk tubuhnya.

"Kamu sama sekali gak bersalah, jangan minta maaf. Dia memang pantas diperlakukan seperti itu, asal kamu tahu aksi kamu tadi keren banget! Aku bahkan gak seberani kamu, makasih udah jagain aku!" Mana mungkin Grazella mencela atas sikap heroik Shanira untuk melindunginya tadi, sekalipun tidak pernah ia berpikir buruk tentang pujaan hatinya bila semua tindakan Shanira diperuntukkan padanya.

Tu Es Mon ÂmeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang