01.Gosip

21.5K 620 26
                                    

Nangala putra Adiwijaya

Happy reading

Suara kicauan burung di sebuah pohon besar bagaikan sebuah nyanyian penghantar tidur bagi seorang cowok yang  sedang tidur di bawah pohon tersebut. Terik sinar Matahari tidak membuat sang empu terganggu dengan satu tangannya berada di wajahnya sebagai penutup untuk menghalangi cahaya matahari.

Hembusan angin membuat beberapa helai rambut hitamnya bergerak ke sana-kemarin. Kaki panjangnya sudah mengambil alih sebagain kursi panjang tersebut. Hingga suara bel pulang terdengar di gendang telinganya.

Dengan malas ia membuka kedua matanya, sorot mata kecoklatan perlahan terbuka. Perfect, itulah satu kata untuknya. Tubuh tinggi yang sudah terlihat sejak posisi tidurnya ditambah wajah rupawan miliknya. Siapapun akan betah memandang nya lama-lama.

"Woy, Gal!"

Teriakan cowok bernama tag Sangkara itu membuatnya menoleh kearah sang empu.

"Hmm."

Sangkara berdecak lalu menghampiri cowok tersebut. "Lo benar-benar, yah! Bukannya belajar malah enak-enak tidur disini."

"Berisik kayak cewek lo."

Mata milik Sangkara melotot saat mendengar suara serak milik Nangala Putra Adiwijaya tersebut. "Ah, bodo amatlah. Lo mau pulang nggak? Gue sama anak-anak mau nongkrong kalo mau ikut  langsung ketempat biasa aja."

"Males."

"Terserah lo gue duluan." pamitnya.

Nangala hanya mengangguk sambil mengumpulkan nyawanya yang masih belum terkumpul sepenuhnya.

Langkah kaki Sangkara berhenti akan teringat sesuatu. Ia berbalik melihat Nangala yang masih mengusap wajahnya, gerakan Nangala tersebut memang sangat terlihat keren kalo di perhatikan lebih intens.

Nangala mengusap wajahnya sambil mengucek matanya. Merasa di perhatikan ia menoleh terlihat Sangkara memperhatikannya yang terbengong, entah apa yang membuat cowok tersebut seperti melamun.

"Ngapain ngeliat gue kayak gitu?" tegur Nangala membuat Sangkara menggeleng pelan.

"Enggak ada." sahutnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Gue mau bilang Galang tadi nyariin lo."

Kening Nangala menyerngit bingung. "Ada apa?"

Sangkara mengangkat bahunya dengan acuh. "Kangen kali sama lo." tawanya seperti meledek.

Nangala melempar ranting kayu yang ada di dekatnya membuat tawa Sangkara semakin nyaring  dengan tubuhnya kian menjauh. Entah dimana letak kelucuannya bagi Nangala ucapan Sangkara tersebut tidak ada lucunya.

Sejak bel pulang berbunyi sekolah sudah terlihat sepi dan hanya beberapa murid yang masih berada di sekolah. Langkah kaki Nangala membawanya ke sebuah ruangan di mana letak kelasnya berada untuk mengambil tasnya.

Sementara di sebuah kelas, terdapat dua gadis terlihat sedang membersihkan keadaan kelas yang terlihat kotor. Keduanya sengaja piket setelah pulang sekolah karena besok adalah hari jadwal piket mereka berdua.

NANGALA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang