27.

6.4K 336 126
                                    

Pusing di kepala Nangala belum hilang walaupun sudah mandi air dingin di tengah malam. Cuaca di luar sana sedang hujan dan ia  harus mandi air dingin, tubuhnya bahkan hampir membeku saat ini. Sial, harusnya tubuhnya saat ini sedang panas-panasnya bukan malah sebaliknya.

"Fuck!"

Seumur hidupnya baru kali ini Nangala dibuat  kesal namun tidak bisa berbuat apa-apa selain membanting pintu kamar mandi dengan keras. Sial, malam pertamanya gagal padahal ia sudah menantinya. Sayang sekali, calon anaknya kembali terbuang untuk kesekian kalinya.

"Arghh, Halera....fuck!!" erang lelaki itu begitu kesal bercampur nikmat.

Sementara di kasur, Hera  mengelus dadanya dengan lega. Saat melihat wajah kesal Nangala tadi ia sempat takut. Takut Nangala tetap memaksanya untuk melakukan hal tersebut. Tapi melihat kepergian lelaki itu dengan wajah kesal membuat Hera bersyukur.

Malam ini dia aman.

Soal datang bulannya, Hera tidak bercanda. Ia benar-benar mendapatkan tamu bulanan. Walaupun telat sehari Hera tetap bersyukur karenanya ia selamat dari terkaman binatang buas.

Terdengar suara pintu di dibuka mengalihkan atensi gadis itu. Dapat ia lihat Nangala mengusap rambutnya dengan handuk, pertanda lelaki itu mandi lagi. Hera meneguk ludahnya saat langkah kaki Nangala kian mendekat. Namun, alih-alih mendekatinya lelaki itu justru mengambil bantal beserta guling membuat Hera melongo.

Nangala tidur di sofa? Serius? Seorang Nangala yang suka memaksa, tidur di sofa. Apa Hera tidak salah lihat?

Tanpa Hera ketahui, Nangala mati-matian menahan keinginannya untuk tidak menerkam gadis di kasurnya itu sekarang. Wajah bingung Hera begitu terlihat menggairahkan. Namun, sadar Nangala tidak bisa berbuat lebih, lebih baik ia tidur di sofa. Karena tidur di dekat gadis itu membuat Nangala hilang kendali. Ditambah Hera tidur seperti orang mati.

"Dia beneran tidur di sofa?" gumam perempuan itu. Tak mau ambil pusing ia langsung merebahkan tubuhnya. Hera sempat menoleh kearah sofa untuk memastikan Nangala benar-benar tertidur.

Merasa aman ia ikut tertidur. Tak butuh lima menit gadis itu sudah memasuki alam mimpi.

Berbeda dengan Hera, Nangala justru tidak bisa tertidur.  Berkali-kali membolak-balikkan tubuhnya ke berbagai arah, tetap saja ia tidak bisa tidur. Cuaca dingin membuat tubuhnya  terasa menggigil ditambah ia tidak mengunakan selimut. Nangala menoleh dimana sang istri tertidur. Berpikir sejenak, akhirnya Nangala memutuskan untuk ikut tidur di samping Hera.

Jika nanti gue khilaf toh dia gak akan kebangun, pikirnya.

Nangala ikut masuk ke dalam selimut lalu melingkarkan tangannya ke pinggang ramping sang istri. Nangala menghirup aroma shampo sang istri dengan rakus. Aroma memabukkan Hera benar-benar membuat Nangala kehilangan kendali. Namun, lelaki itu menahannya. Tidak enak juga main sendiri.

"I love you my wife." bisiknya ikut memejamkan mata.

***

Pagi ini mood Nangala kembali baik begitu melihat wajah nyenyak sang istri tertidur di sampingnya. Senyuman Nangala kembali melebar saat melihat bibir pink yang sangat menggoda itu. Nangala mendekat, berniat mengecup, namun tiba-tiba mata indah sang istri terbuka.

Hera yang kaget langsung berteriak lalu mendorong tubuh besar Nangala hingga membuat sang empu terjatuh. Terdengar suara ringisan dari bibir lelaki itu.

"Mau ngapain lo?"

Hera menjauh sambil menatap tajam sang pelaku utama. Astaga, pagi-pagi ia sudah naik darah melihat wajah Nangala begitu dekat dengannya. Hera meringis saat merasakan perutnya masih terasa keram.

NANGALA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang