Saat pintu berhasil didobrak dan menimbulkan suara hempasan sangat nyaring membuat tubuh Hera terjungkal, kaget. Sialnya kepalanya terbentur pada sisi ranjang. Niatnya ingin kembali pura-pura tidur malah apes saat kakinya nyangkut.
"HALERA!"
"HERA!"
Teriakan kedua pasangan suami istri tersebut membuat Hera meringis. Untung ia sudah membereskan semuanya. Harusnya ia tidak perlu panik saat Wira menggeledah seisi kamarnya.
"Kamu kenapa bisa jatuh sih?" omel Mita sembari membantu Hera duduk.
"Hera kaget mah. Kenapa tiba-tiba dobrak pintu Hera? Emang ada maling?" Wajah polos Hera sepertinya sangat mendalami saat ini bahkan Mita saja percaya.
"Papa kamu tuh kumat."
"Maksudnya?"
"Di mana Nangala? Kamu sembunyikan di mana dia sekarang?" todong Wira membuat ibu dan anak itu menoleh. "Papa tahu dia semalam ke sini."
"N-nangala di sini?" tanya Hera pura-pura kaget. Sial, harusnya ia beritahu saja bukan malah menyembunyikan kenyataan seperti ini. Bukannya ia harus bebas dari Nangala yaa, tapi kenapa otak dan mulutnya tidak sinkron.
"Iya, mana dia sekarang? Kamu pasti liat kan?"
"Pah, mungkin saja Hera gak tahu." tegur Mita.
Wira membuka pintu balkon dan melihat suasana di luar sana. Hal tersebut membuat Hera gugup sambil memainkan kedua tangannya. Apa papanya menemukan sesuatu? Wira kembali menutup pintu begitu tidak melihat kejanggalan diluar sana.
"Pah, beneran Nangala kesini?" tanya Hera.
"Mungkin saja. Tapi kamu beneran gak merasa ada orang yang masuk ke kamar semalam?"
"Ada. Bahkan dia tidur disamping Hera." Sayangnya Hera tidak mengatakannya. Ia hanya berseru dalam hatinya.
"Enggak ada. Semalam juga hujan pah gak mungkin Nangala kesini." ujar Hera membuat Wira menghela nafas lega.
"Mungkin papa terlalu parno."
"Papa sih makanya jangan asal nuduh gitu. Tuh liat pintu kamar Hera jadi rusak gara-gara ulah papa." sahut Mita kesal pada suaminya.
"Nanti di benerin. Yasudah kalian semua boleh keluar!" usir Wira pada kedua anak buahnya. "Hera segera mandi sebentar lagi kamu akan telat. Maaf papa buat keributan pagi-pagi."
"Iya Hera ngerti papa pasti takut Hera kenapa-kenapa. Aman kok kan Nangala udah janji gak bakal ganggu aku selama satu Minggu." Hera tersenyum menyakinkan kedua orang tuanya.
"Yasudah Papa sama Mama keluar dulu."
"Iyaa."
Hera menghela nafas lega begitu kepergian Wira dan Mita. Ia merutuki kebodohannya sendiri kenapa coba harus pura-pura tidak tahu. Kenapa tidak bilang saja tadi. Hera membuka balkon kamarnya, benar ternyata Nangala sudah pergi. Tidak tega sebenarnya melihat tubuh sempoyongan cowok itu dipaksa bangun bahkan harus manjat balkon dan menuruni pohon dalam keadaan tidak stabil.
KAMU SEDANG MEMBACA
NANGALA (ON GOING)
Teen FictionSEBELUM BACA, ALANGKAH BAIKNYA FOLLOW AUTHOR DULU❤️ DARK ROMANCE **** Di jadohin sama cowok yang memiliki rumor gay padahal aslinya brutal. Hati Halera seperti dibuat ganjang- ganjing, saat berhadapan langsung dengan cowok gila, seperti Nangala Put...