11. Tunangan

9.9K 420 123
                                    

S e l a m a t M e m b a c a

Semakin tenang sikapmu
Semakin jernih pikiranmu
bergeraklah dengan strategi
bukan emosi
- Secret -

Ternyata Nangala tidak main-main dengan ucapannya tadi. Cowok itu benar-benar membawanya keluar dari SMA Rajawali. Kalo tahu gini kejadiannya lebih baik ia tidak masuk sekolah. Percuma saja ia masuk sekolah kalo pada akhirnya pulang cepat. Dan ia juga heran, Nangala kok bisa dengan mudah pulang tanpa ada surat izin persetujuan dari guru piket.

Apa pengaruh keluarga Adiwijaya memang benar-benar kuat.

Helaan nafas panjang keluar dari bibir mungil Hera membuat Nangala menoleh.

"Kenapa?" tanya cowok itu sambil terus mengemudi.

"Gue heran sama jalan pikiran lo." ujar Hera sambil menatap jalanan. "Kenapa lo tiba-tiba pulang setelah ketahuan sama teman-teman lo?"

"Lo menghindar karena malu sama mereka?"

Sebenarnya, Hera malu bertanya apa lagi mengingat kejadian tadi. Ia agak sedikit malu dan kesal pada Nangala. Hari ini mereka terciduk sama tiga sahabatnya Nangala, besok-besok entah pada siapa.

Nangala melirik sekilas sebelum menjawab, "Dalam hidup gue gak pernah kenal kata malu," jawabnya.

Hera memutar bola matanya, sebal. Dasar cowok gesrek. Nangala mana pernah kenal dengan kata malu yang ada cowok itu malah malu-maluin.

"Gue ngajak lo pulang juga karena hari ini, kita memang seharusnya libur. Kemarin gue udah minta surat izin sama kepala sekolah dan wali kelas kita."

"Terus kenapa tadi pagi lo malah jemput gue."

Nangala tersenyum tipis. Tipis sekali membuat Hera yang melihatnya pun tidak menyadarinya. "Gue belum sempat pulang sehabis tidur bareng lo."

Mata gadis di samping Nangala melotot horor mendengar penuturan cowok itu. Apa katanya tadi sehabis tidur bareng. Gila saja, kalo ada orang yang mendengar perkataan Nangala bisa jadi orang-orang salah paham.

"Lo semalam tidur sampai pagi?" tanya Hera dengan sengit. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan Nangala.

"Hmm."

"Keterlaluan!"

Terdengar suara decakan dari bibir cowok itu. Nangala tidak melakukan hal yang diluar batas. Semalam saat Hera sudah tertidur ia hanya mencium gadis itu dan sedikit mengambil bagiannya di area tekuk, tidak lebih.

Kalo mau ia bisa saja sudah merasakan kenyalnya dua bukit kembar gadis disampingnya ini.

"Gue nggak ngapa-ngapain lo."

"Gak ngapa-ngapain?" Hera sudah berkeinginan untuk memukul kepala Nangala saat ini. "Lo pikir dengan adanya tanda di leher gue gak ngapa-ngapain? Lo benar-benar, brengsek."

"Oh, kissmark? Semalam gue kelepasan, sorry."

"Setelah kita resmi tunangan nanti lo bakalan jadi milik gue seutuhnya." lanjutnya lagi sambil tersenyum misterius.

NANGALA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang