23. di Skors

5.8K 349 115
                                    

"Jauhi Halera Nangala!" Masih dengan napas tersengal-sengal Farez melangkah mendekati dua remaja didepannya itu.

Galang dan Sangkara di belakang sana hanya bisa menonton karena tidak tahu apa-apa. Melihat Farez dan Nangala mengeluarkan aura permusuhan, mereka yakin ada sesuatu yang terjadi.

"Semakin lancang." komentar Nangala lalu menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman tipisnya.

Farez diam menunggu kelanjutan perkataan Nangala.

"Lo yang harusnya jauh-jauh sama tunangan gue ralat calon istri gue." Nangala menyeringai begitu melihat perubahan ekspresi Farez.

"Lo gak pantas jadi tunangan Halera apalagi jadi suaminya." balas Farez tak mau kalah.

Alis Nangala terangkat sebelah. Berani sekali si brengsek itu mengatakannya tak pantas jadi suami Hera emang dia sendiri pantas begitu. Nangala mendengus dibuatnya.

"Lo sendiri lebih gak pantas sama Hera!"

"Cihh," Farez kesal. Ia kira Nangala terpancing emosi namun sayangnya cowok itu biasa-biasa saja. "Gue sama lo berbeda. Gue bisa bahagiakan Hera tanpa paksaan seperti lo."

"Sepertinya lo belum puas gue hajar yaa. "gumam Nangala masih bisa di dengar mereka. Termasuk Hera yang berada di belakang lelaki itu.

Hera tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Kenapa kedua sahabat itu kini bermusuhan. Apa sebenarnya yang terjadi? Hera melihat Farez didepan sana cowok itu juga ikut melihatnya dengan senyuman manisnya. Belum sempat mencerna apa yang terjadi ia sudah di kejutkan dengan Nangala menarik tangannya.

"Lo milik gue!" Nangala menarik Hera masuk ke dalam pelukannya. Tidak terima Si brengsek Farez tersenyum pada sang gadis. Hera dengan posisi membelakangi Farez mulai gelisah. Hera tidak bisa melihat siapa-siapa selain koridor  menuju gudang sekolah.

"N-nangala lepas!" Hera kembali memberontak. Ini masih di sekolah dengan Nangala bersikap seenaknya seperti ini akan menimbulkan gosip nantinya. "Lepasin gue brengsek."

Nangala seolah tak mempunyai kuping. Ia malah mengeratkan pelukannya dan mengecup kepala Hera. Seolah-olah menandakan ia lah yang lebih berhak bersama gadis tersebut. Sementara, Hera hanya bisa pasrah dalam dekapan Nangala.

Jelas itu semua tidak luput dari perhatian Farez. Ingat sekali Farez menarik tubuh mungil Hera itu. Tetapi, melihat wajah Nangala membuatnya urung. Farez tahu Nangala sedang mempermainkan emosinya. Tidak ada yang bisa menebak pikiran gila Nangala jika ia berani menarik Hera.

"Kenapa diam Farez Abinata?"

"Lepasin Halera Nangala!"

"Ahh, Sayang sekali gue gak dengar. Apa tadi Rez?" tanya Nangala menyebalkan. Sengaja memancing amarah Farez.

"Bajingan gila." umpat Farez. Kesal melihat kegilaan Nangala yang kembali membuat ulah.

Nangala sengaja meraba pinggang Hera dengan sensual. Ah, sial sekali ia harus menahan keinginannya untuk mencumbu gadisnya. Berbeda dengan Nangala yang mati-matian menahan keinginannya Hera justru mematung. Gadis itu syok saat tangan besar Nangala mengusap perutnya.

"Napas sayang!" bisiknya menyadarkan Hera. Nangala masih beradu pandang dengan Farez, namun tangannya tak tinggal diam.

Gadis itu mendongak. "Lepasin gue atau gue akan batalin pernikahan sialan ini, Nangala putra Adiwijaya!"

Fokus lelaki itu teralihkan sekarang. Nangala menyeringai begitu melihat keberanian gadis dalam pelukannya.

"Mau gue kurung lagi?"

NANGALA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang