Berangkat—Pulang dari tempat kerja sudah biasa Febri lakukan. Lima kali dalam seminggu dilakukan dengan menaiki "Rio" motor merah kesayangannya dan satu-satunya. Nama diambil dari mereknya Vario.
Kejadian sial menimpa Febri yang tiba-tiba saja ban motornya bocor di tengah jalan. Dia menepi sekaligus mendorong motor itu dengan kepayahan luar biasa. Ditambah panas terik bumi dan baju gamisnya makin menambah panas.
Febri, perempuan dengan gamis panjang berwarna ungu muda polos memakai kerudung panjang bernuansa coklat susu tanpa motif berprinsip hidup sesuai syariat Islam akan membawa rahmat dunia-akhirat. Dia juga memakai kaos kaki dan sepatu hitam biasa tanpa heels.
Di samping kiri jalan banyak terdapat kios penjual buah-buahan. Beberapa motor ada yang terparkir mengambil lebar jalanan. Febri tetap mendorong motornya dengan sedikit geser ke kanan, asalkan tidak sampai terlalu di tengah. Bisa gawat kalau diklakson dari belakang apalagi jika ditabrak.
Laju kakinya terhenti saat mendapati sebuah mobil berwarna hitam berhenti dan terparkir menghalangi jalannya. Mobil dengan logo BMW itu masih ada pengemudi di dalamnya yang berteriak-teriak tidak jelas kepada penjual buah tanpa mendapat jawaban. Sebab, si penjual tampak sibuk dengan pelanggan lain.
Kesal dengan hal itu, motor ia standar kemudian melangkah menuju si pengemudi.
"Astaghfirullah Mas! (geleng-geleng kepala) Kalau mau beli tuh turun! Lagian parkir mobil bukan di sini. Mas tuh menghalangi jalan Saya. Ga tau apa sesusah apa Saya dorong motor yang bannya bocor pakai baju gamis dan kerudung panjang ini?! Udah capek, panas, lelah, ini lagi bikin emosi!" Ucap Febri panjang kali lebar pada pengemudi itu yang memang kaca mobil dibuka full menampakkan wajahnya karena dia kan tadi lagi mau beli buah via mesan.
".... "
"Loh kok diem?! Jawab dong!"
"Eh... Itu, maaf Mbak. Saya gak sengaja ini mau turun beli buah. Bentar Saya beli dulu terus nanti Saya singkirkan mobilnya."
"Nah, gitu kek dari tadi."
Pria itu keluar dari mobil. Terlihat ia memiliki perawakan tubuh tinggi sekitar 178 cm, Febri hanya setinggi bahunya saja. Kulit putih khas Asia Timur dengan hidung mancung dan mata besar seperti kebanyakan orang Indonesia. Bola mata kecoklatan ditambah bulu mata lentik dan alis yang tebal serta bibir kemerahan menambah pesona ketampanannya.
Kemejanya berwarna biru langit ditutup jas berwarna hitam tanpa dasi. Dia juga mengenakan celana bahan warna hitam dan sepatu pantofel hitam yang sangat kinclong. Jam rolex bertengger di lengannya. Terlihat mewah sekali.
Febri sedikit menyingkir memberi ruang pria itu untuk membeli keperluannya. Usai membeli satu parcel buah, dia berjalan kembali menuju mobilnya. Sebelum masuk, ia mendapat notifikasi dari ponsel yang langsung dibuka.
Raut wajahnya seketika berubah. Dia terdiam cukup lama sampai Febri jengah dan berkata "Mas! Kok diem?! Ayo pindahkan mobilnya. Saya sudah capek nunggu loh ini."
Pria itu menoleh sekilas ke arah Febri. Kemudian, dia menelpon bengkel langganannya agar datang paling lama 10 menit untuk motor mogok. Kebetulan, bengkel itu tidak jauh dari lokasinya berada saat ini.
"Mbak tenang ya. Nanti teman Saya datang bantu bawakan motornya."
"H-hah?"
"Motor Mbak kan mau di benahi"
"Ya! Situ tukang bengkel?"
"... "
"Kok bisa kenal sama tukang bengkel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JAN-FEB
Spiritual"Mungkin dia bukan jodohku. Yasudah Aku nekat saja menikahi orang lain." ~Januar Adam~ "Gak punya orang untuk dicintai ngenes banget yah! Mumpung ada yang ngajak nikah langsung kasih cincin. Kenapa harus ditolak?!" ~Febrianti~ *** Ditinggal nikah ol...