JF 4 "Dia"

27 6 0
                                    

21 April– Tanggal itu dipilih mengingat 21 adalah angka istimewa bagi Jan dan Feb yang lahir di tanggal itu. Untuk bulan, sengaja dilewatkan satu bulan setelah lamaran lantaran menjelang ramadhan.

Lain halnya dengan pernikahan Aqilla Syarifah, gadis pujaan Jan itu akan menikah selang beberapa pekan saja. Tepat di akhir bulan Februari.

Jan meratapi undangan yang diberikan Fajri, sahabatnya sejak pagi tadi. Ia duduk termenung di kursi kebesarannya. Nama Aqilla Syarifah bersanding dengan Nadhif Ikhsan Hanif. Remuk, bukan undangannya tapi hati Jan.

Sebulir air lolos begitu saja dari manik coklat itu. Dibuyarkan lamunan itu oleh kehadiran Pak Rizal yang membawa setumpuk berkas untuk diperiksa dan di tanda tangani. Jan beralih ke pekerjaan. Menyimpan undangan dalam laci meja.

***

"Udah dengar gosip belom?" Tanya Rene mengganggu kinerja Feb.

"Gosip apa?" Tanya Feb tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop perusahaan.

"Dih, masa gitu?! Liat Aku ngapa!"

Feb langsung menatap tajam wajah cantik Rene. Rekan kerja dan sahabat sejak SMA adalah gambaran umum seorang Rene bagi Feb. Perempuan berparas indah dengan kulit kuning langsat, mata bulat berwarna hitam dan hidung mancung mirip dengan Feb. Hanya alis, bulu mata, bentuk gigi dan tinggi badan yang membedakan keduanya.

Alis Feb tebal, bulu mata panjang, gigi rata dan tinggi lebih rendah 5 cm dari Rene yang notabene memiliki bulu mata pendek dan tipis sangat lentik, alisnya pun tidak terlalu tebal. Bibirnya ranum ada gingsul di giginya. Apabila Feb digambarkan sebagai gadis cantik dari tim perencanaan, maka Rene adalah si manis dari tim perencanaan.

Rene memegang kedua pipi Feb dengan kedua tangannya. Senyum terkembang, ia berucap "Sayang, Aku dengar CEO perusahaan kita akan segera menikah. Di rayakan di hotel milik Ayahnya. Kasihan sekali deh, isteri dari Jandro itu." Lalu melepas tangannya.

"Oh, kirain apaan. Yasudah sih, dia ini yang nikah kok kamu yang sewot. Emang kamu mau sama dia" Ucap Febri malas menanggapi. Ia beralih ke pekerjaannya.

"Duh, emang deh. Belahan jiwaku ini ga pernah peduli sama apapun, kecuali urusanku doang. Hehehe"

Feb mengusap tangan Rene singkat seraya berkata "Iya Sayang."

Bulu kuduk Rene merinding. Walau ia sering berlaku aneh, tetapi ia masih normal. 'Ternyata jijik juga ya' gumamnya.

***

Istirahat makan siang, Rene dan Feb ke kantin bersama. Kala itu, keduanya memesan bakso Pakde kesukaan Feb yang isi telur, sedangkan Rene yang urat. Tidak lupa es teh manis sebagai pelengkap.

Keduanya duduk di kursi yang dekat dengan stand Pakde berharap pesanan mereka lekas datang. Retina seorang Rene berhasil menangkap sosok yang tidak biasanya datang ke kantin perusahaan.

"Feb, udah tau belum?" Ucap Rene sembari menepuk lengan Feb.

"Ya belumlah, kan belum di kasih tau."

"O-oh lupa. Itu, Kamu kan ga pernah liat CEO perusahaan kita. Kalau Aku sih, udah pernah dipanggil karena bikin ulah."

Feb sedikit menahan tawa mendengarnya. Lalu, berkata "Terus Kamu bangga gitu?" Tanpa mengalihkan pandangan dari mangkok baksonya yang sedang di aduk setelah ditambahkan saus, kecap dan sedikit lada.

"Ih, bukan. Liat itu!" Rene menunjuk seorang pria dengan jas berwarna merah tua sedang duduk di kursi bersama seorang pria lain berjas hitam. Tampak nasi goreng dan es kopi sudah ada di meja kedua pria itu.

Feb mengamati dengan detail. Dua pria di depannya, bibirnya sedikit terbuka melihat Jan ada di sana dengan jas merah tua amat kontras dengan jas pegawai lain yang berwarna hitam.

"Udah puas liatnya?! Kedip woy!" Seru Rene.

Feb berkedip sambil menoleh ke Rene.

"Jadi, mereka siapa?" Tanya Feb dengan degub yang begitu keras.

"Yang pakai jas merah itu loh si Jandro. Alias Januar Android."

Feb tersedak kuah bakso yang baru saja di seruput. Rene langsung mengarahkan es teh pada Feb. Setelah membaik, Feb bertanya "Kenapa jadi Januar Android? Aku baru tahu kalau Januar itu CEO. Kok ga pernah liat ya?"

"Hahaha.... Ya iyalah ga pernah. Orang Kamu kerjanya bagus. Jadi ga pernah diomelin juga ama dia. Paling dipuji lewat Ketua Tim aja kan. Terus ya, ini pertama kali juga Aku liat Jandro makan di kantin perusahaan. Biasanya dia makan siang ama klien, sekalian bahas bisnis. Aku denger aja gosipnya dari orang-orang. Toh, Kita juga baru setahun kan kerja di sini. Ya, mana tahu?!" Jelas Rene panjang lebar.

"Kenapa Android?"

"Itu julukan dari para senior sih. Katanya, Pak Jan nihil senyum, semua berdasarkan data pokoknya harus valid. Dia juga bisa uraikan semuanya walau hanya baca sekilas. Otaknya pinter banget kayak Android katanya. Jadi, dibilang Januar Android. Yah, aku juga ga tau sih nama panjangnya apa."

"Hahahaha" Feb tertawa lepas mendengar penuturan Rene yang jauh sekali dari siluet Jan menurut sudut pandangnya, wanita yang sebentar lagi akan menikahi Jan.

'Sadboy', satu kata yang menggambarkan Jan dalam benak Feb. Seorang pecundang yang tidak bisa melamar gadis pujaan padahal sudah 12 tahun memendam rasa. Seorang pria nekat yang menikahi wanita lain lantaran patah hati akibat gadis pujaan sudah dipinang orang lain. Dan, pria yang membuat hatinya terus berdebar aneh.

Tanpa kedua gadis itu sadari. Sejak Feb menatap lekat Jan, perasaan seolah diperhatikan dirasakan oleh Jan. Tepat ketika Feb menoleh ke Rene. Jan menangkap basah Feb baru selesai menatapnya.

Ia memandangi wajah Feb yang tertawa ceria. Dari kejauhan, manik coklat itu tak berkedip sedetikpun. Nasi goreng di meja pun lupa ia santap. Sampai Rizal, yang duduk di depannya berkata "Astaghfirullah, kedip Jan. Liat siapa sih?"

"Kalau pandangan pertama ga dosa. Kalau kedip terus lihat lagi udah dosa."

"H-hah?!"

"Akadnya April. Apa ku percepat aja ya?"

"H-hah?! Siapa yang mau nikah?"

"Aku sama dia" Masih menatap Feb lekat tanpa sedikitpun mengedip.

Rizal memukul lengan Jan membuat pria itu akhirnya berkedip seraya menoleh menatap tajam sahabat, sekaligus sekertarisnya itu.

"Maaf Jan, ga sengaja. Jadi, rumor itu bener Kamu bakal nikah? Kok aku baru tahu?"

"Benar." Jan tersenyum tipis sebelum mengajak Rizal segera menghabiskan makan siang mereka sebelum sholat dzuhur berjamaah di masjid samping perusahaan dan kembali bekerja.

***

Pen ngomong gini ke Jan "Lu udah cinta sama Feb?" Hahaha. Sayang fiksi.

See, Aku tunggu  jejak kalian 👣👣

.



.

.

.
.
.

JAN-FEBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang