Perjalanan tidak lagi membawa kecanggungan. Kenangan pagi, siang, sore dan malam yang panas masih membekas dalam ingatan pasutri itu. Kelelahan melanda Feb yang memilih tertidur di dalam mobil. Jan menyetir dengan senyum yang masih tampil.
Ketika lampu merah, sudah bukan sekadar lirikan. Jan menatap Feb lekat dan membelai pipinya. "Kisah ini mungkin tak kan mudah, begitu banyak hal yang berbeda antara latarku dan latarmu. Namun, janji ini akan ku pegang dengan seikhlas hati" Kata Jan menguatkan hatinya. Ia mencium singkat pipi Feb yang masih tertidur sebelum melanjutkan menyetir.
Sepanjang waktu berlalu, mobil terus melaju hingga tiba di tujuan, yakni rumah Keluarga Adam. Rencananya pasutri akan tinggal selama kurang lebih satu bulan sembari menunggu hadiah rumah dari Yasir selesai di cat dan siap huni.
"Feb bangun! Kita sudah sampai"
"Em.... " (Masih belum membuka mata)
"Istriku..." (Mengelus pipi Feb)
Perempuan itu terbangun dengan refleks menampar Jan yang berada terlalu dekat.
"Aduh, sakit Feb." Jan mengelus pipinya.
"E-eh?! Maaf ga sengaja." Feb baru sadar sepenuhnya.
"Yasudah, yuk turun!"
Keduanya turun dari mobil. Dua pembantu menghampiri mereka dan turut membantu mengeluarkan koper dari bagasi. Pembantu itu juga pasangan suami-istri yang usianya sekitar 40-an.
"Ini langsung di bawa ke kamar aja!" Ucap Jan memberi instruksi.
"Baik den"
Febri takjub melihat rumah yang sangat besar dengan halaman yang luas. Begitu masuk, ia makin merasakan kemewahan dan kemegahan bangunan. Jan mengajak Feb ke ruang tamu tempat Ayah dan Ibu sudah menunggu.
Pasutri duduk setelah menyalami orang tua. Cemilan dan minuman segera dibawakan oleh pembantu wanita yang telah membawakan koper sampai depan tangga dan menyerahkan sisanya pada sang suami.
"Alhamdulillah kalian akhirnya sampai juga" Ucap Hafidzah mengawali obrolan setelah pembantu wanita pamit kembali mengurus pekerjaannya.
"Iya Tan, Alhamdulillah"
"Kok Tan, panggil Mamah-Papah aja"
"Iya Mah"
"Papah kaget loh, pas ditelpon resepsionis kalau Kalian nambah hari di hotel. Pasti ulah Jan kan?" Kini Yasir bicara.
"Ih, Papah" Jan mendelik.
"Padahal yang pertama, tapi Jan ga biarin Kamu istirahat ya? Yang sabar aja punya suami model Jan"
"Hahaha" Feb, Hafidzah dan Yasir tertawa melihat raut wajah sewot Jan.
"Udah Pah. Hal kayak gini tuh jangan go public. Ga beretika." Komentar Jan.
"Hahaha" Tawa ketiganya.
"Yuk Feb, ke atas!" Ucap Jan menarik lengan Feb.
"Mau bermesraan lagi ya?!"
"Ya, Kita mah mesranya beretika ga kayak situ yang suka ciuman, pelukan dan romantis-romantisan di depan anaknya sendiri." Komentar Jan sebelum melenggang pergi.
"Hahaha" Yasir dan Hafidzah lagi-lagi tertawa. Mereka memang sering pacaran di depan kedua anaknya. Karena cinta itu tak kenal waktu dan tempat. Setidaknya mereka tidak ciuman di luar rumah. Hanya bergandengan saja. Masih ingat malu.
Sekarang Feb sudah berada di dalam kamar Jan yang luasnya dua kali kamarnya atau mungkin seluas rumahnya.
"Wah kamar Kamu luas banget ya? Kamu kerja apa sih?"
"Eh, Kamu belum tahu?"
"Em, CEO di Teh No. 1 ya? Cuma kok sampai segede ini ya rumahnya. Ayah kamu kerja apa?"
Keduanya duduk di sofa kamar. Jan melingkarkan tangan di bahu Feb, mencari celah untuk bermesraan.
"Kamu seriusan ga tau?"
"H-hah?"
"Ya iya sih, Kita kenalan aja di jalan. Belum saling berbagi cerita juga kan"
"..... "
Begitu banyak cerita yang mengalir antara keduanya. Tentang keluarga masing-masing. Takjub sudah pasti, membatin apalagi mengetahui suaminya adalah sultan yang hanya 1% orang dari 100%. Sedangkan dia yang ada di antara 99% lainnya. Orang biasa.
"Kamu gapapa nikah sama orang udik kayak Aku?" Tanya Feb.
"Hahaha... Ya kan udah nikah. Mau di batalin?"
"H-hah?!"
"Hahaha... Padahal udah Ku unboxing, ya ga mungkinlah Aku batalin. Janji ini akan Ku jaga bahkan saat Kita sudah di SurgaNya."
".... " Feb tersipu.
Jan pun mencium bibir ranum Feb singkat lalu tersenyum.
***
Sekilas latar Jan
Putra pertama pemilik perusahaan "Teh No.1" yang berhasil didirikan dan di kembangkan oleh Yasir Aman Adam karena hendak menolak meneruskan bisnis mie instan bermerek "Mie Indonesia". Hal itu dilakukan, mengingat hubungannya dengan Dedi, sang adik yang sudah sangat berjuang keras mendapatkan perhatian dari Ayahnya (almarhum Kakek Jan). Alhasil, Dedi mewarisi perusahaan mie instan itu, sementara Yasir mengembangkan bisnis hingga mencapai kesuksesan yang luar biasa.
Januar Adam adalah sang pewaris perusahaan. Ia digadang-gadang akan menggantikan posisi Ayahnya. Lain dengan Erin, Kakaknya itu berprofesi sebagai desainer pakaian muslim. Hidayat dan Erin membangun bisnis bersama dengan meminjam modal dari kedua Ayah mereka.
Ayah Hidayat berprofesi sebagai juragan properti yang memiliki beberapa kontrakan, gedung apartemen dan kompleks perumahan. Ditambah, Hidayat adalah anak semata wayang yang akan mewarisi itu semua. Jadi, Ayahnya tidaklah meminjamkan uang tetapi memberikan sebagai hadiah.
Sementara pinjaman modal dari Yasir sudah di kembalikan oleh Hidayat usai bisnis berjalan lancar dan memiliki beberapa cabang butik dan pabrik. Merek pakaian muslim "NA" yang merupakan singkatan dari (Nawawi Attaki) nama belakang keduanya sudah melejit di khalayak ramai. Bahkan, ekspor ke luar negeri.
Sekilas latar Febri
Putri satu-satunya dari pasangan Kartini dan Danu. Selama ini hidup sederhana dan berkecukupan, tidak kurang tidak lebih. Ayah dan Ibunya adalah pedagang cabai di Pasar milik PD Jaya. Rumahnya pun tidak jauh dari sana.
Memiliki seorang kakak bernama Narda yang berprofesi sebagai tukang ojek dan kurir pengantar barang dari pasar, sesuai pesanan juragan.
Latar keduanya sangatlah berbeda. Mungkin akan timbul banyak kendala untuk saling menyesuaikan dan memahami antara keduanya. Perbedaan ini akan menjadi keindahan dengan begitu banyak cerita dan kisah baru yang mengiringi perjalanan cinta mereka.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
JAN-FEB
Spiritual"Mungkin dia bukan jodohku. Yasudah Aku nekat saja menikahi orang lain." ~Januar Adam~ "Gak punya orang untuk dicintai ngenes banget yah! Mumpung ada yang ngajak nikah langsung kasih cincin. Kenapa harus ditolak?!" ~Febrianti~ *** Ditinggal nikah ol...