JF 13 "Payung dan Badut"

29 4 0
                                    

Mall terdekat yang keduanya kunjungi tidak terlalu ramai, mungkin karena masih hari kerja. Sebelum ke restoran, Jan mengajak Feb ke toko pakaian yang menjual hal yang hendak dibelinya untuk Feb. Awalnya ajakan itu ditolak, tetapi Jan memaksa, membujuk dan merayu sampai Feb mau tidak mau menurutinya.

Antusiasme membuat Jan mengambil lumayan banyak lingerie untuk dicoba oleh isterinya yang sejak tadi mengikuti dari belakang dengan wajah cemberut. Yang tentu saja, ekspresi itu lucu menurut Jan.

"Nih! (Memberikan lingerie) coba di sana!" Ucap Jan menunjuk ruang ganti.

"Banyak banget?!" Feb berontak.

"Iya udah, buat stok. Kalau muat beli semua aja!"

"Haaahh...." Feb menghela nafas panjang sebelum memasuki ruang ganti.

Jan setia menunggu di luar, menjaga isterinya yang sedang mencoba semuanya. Sampai selesai urusan, ternyata semuanya muat. Alhasil dibeli semua oleh Jan. Gelengan dan helaan hanya itu yang bisa dilakukan Feb melihat tingkah suaminya.

Keduanya keluar dari toko berjalan menuju resto. Pas di tengah jalan, ketemu Nadif dan Aqilla yang sedang gandengan. Terlihat mesra sekali.

"Eh? Jan?" Sapa Qilla ketika jarak kedua pasangan makin dekat.

"I-iya" Jawab Jan gugup.

"Mau kemana?"

"Makan"

"Wah, bisa kali double date, yuk!" Ajak Qilla setelah mendapat anggukan Nadif.

Jan menatap Feb sekilas yang turut tersenyum dengan anggukan, walau hatinya perih. Jan menyetujui ajakan itu.

Setibanya di resto, kedua pasangan itu duduk bersama. Jan duduk di samping Feb, di depan Jan ada Nadif dan di depan Feb ada Qilla. Jan membunyikan bell agar pelayan segera datang.

Jan menyebutkan pesanannya bahkan juga makanan untuk Qilla sembari bertanya "Kamu masih suka ini kan?" Yang dijawab "Kok masih ingat aja?! Hahaha" Oleh Qilla.

Baru selanjutnya Jan menanyakan makanan yang diinginkan Feb. Dan jawabannya "Steak ayam aja" Dengan senyum yang masih mengembang walau hati hancur. 'Aku berani hancur demi Kamu, Jan' batin Feb.

Qilla menyebutkan pesanan Nadif yang memang sudah sejak di parkiran dibicarakan oleh keduanya. Senyum Nadif mengembang. Ia merangkul Qilla.

"Iih, malu tau" Ucap Qilla usai pelayan pergi. Ada guratan amarah di mata Jan.

"Hahaha, kalau di rumah. Kamu iseng banget peluk-peluk terus"

"Itu kan.... Ih udah ah!"

"Oh ya, kita belum kenalan kan?" Ucap Jan memecah keromantisan pasangan di depannya.

"Oh iya, Mas kenalin ini Januar Adam. Dia itu adiknya Erin sahabatku. Dia juga sahabatnya Hamdi. Kita dulu satu SMA." Qilla menjelaskan.

Uluran tangan Jan disambut oleh Nadif. Ada sedikit adu kekuatan tetapi segera di lepas usai Nadif menyelesaikan perkenalannya "Saya Nadif Ikhsan Hanif. Suami Qilla"

"Ini isteri Saya, Febriyanti Putri" Ucap Jan setelahnya.

Nadif tersenyum ke arah Feb yang di balas senyuman juga. Tidak berselang lama, makanan datang. Keduanya pun mengobrol yang tentu dibuka oleh Qilla.

"Ngomong-ngomong nih ya, kalian bisa menikah ketemu dimana?"

"Em... Rahasia dong!" Jawab Feb.

"Yah ga seru."

"Kamu cerita dulu. Gimana kalian bisa nikah baru ntar Aku cerita" Ucap Feb tahu bahwa suaminya penasaran dengan hubungan pasutri di depannya yang terlihat saling jatuh cinta.

JAN-FEBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang