JF 6 "Sejarah Cinta"

26 4 0
                                    


Abadi— pernikahan akan menjadi kenangan sampai akhir hayat nanti. Momen paling membahagiakan bagi dua orang insan yang cintanya mampu mengukir sejarah. Peristiwa penting yang hanya terjadi sekali seumur hidup, bagi sebagian orang, termasuk Januar.

Dua ballroom paling megah milik Almair Hotel dipergunakan untuk resepsi pernikahan. Akad dilangsungkan di sepertiga pagi. Tempatnya di Masjid dekat rumah Feb.

Seluruh keluarga kedua mempelai turut hadir dan mengiringi haru di hari itu. Danu pun terkagum mengetahui bahwasanya bisa menjadi keluarga dengan Ustadz Hidayat. 

Feb dan para akhwat dari keluarganya dan Keluarga Jan serta para tetangga yang turut hadir menyaksikan prosesi akad dari lantai dua Masjid yang memang khusus diperuntukkan bagi akhwat. Sedangkan, lantai satu khusus ikhwan.

Feb memakai gaun putih burkat dengan kerudung satin berwarna senada. Make up di wajah tidak terlalu tebal terlihat natural tetap cantik-mempesona. Dalam satu tarikan nafas, Jan berhasil mengucapkan akad dilanjut ucapan syukur dan pembacaan doa.

Setelahnya, Feb diantarkan Ibunya dan mertuanya serta para akhwat turun menghampiri Jan. Ketika keduanya sudah saling berhadapan, Jan membuka kotak cincin yang telah dipersiapkan. Memasangkannya pada jari manis Feb, begitupun sebaliknya.

Adegan berlanjut saat Feb diminta untuk mencium tangan Jan. Tangannya bergetar, begitu sulitnya hanya sekedar menyentuh tangan Jan. Ini pertama kalinya, Feb menyentuh tangan pria selain Ayah dan Narda, kakaknya.

Jan berhadapan dengan Feb. Jarak diantara mereka hanya 30 cm. Usai Feb mencium punggung tangan Jan sekian detik saja sudah membuat jantungnya bergetar hebat. Jan menaruh tangan kanannya dipuncak kepala Feb, sementara tangan kirinya meminta pada Tuhannya. Yang langsung diikuti Feb dengan kedua tangannya meminta.

Jan berucap "Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaaalaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltahaalaih."

Feb mengaminkan. Hal yang tak terduga terjadi. Jan tersenyum lembut, manik coklat bertubrukan dengan manik hitam.

"Terimakasih sudah hadir di hidupku, Feb."

Jan mengecup kening Feb cukup lama. Kehangatan itu menghancurkan gundah gulana di hati Feb. Bagai gempa, jantung Feb bergemuruh tanpa bisa terdeteksi oleh seismograf, datang begitu saja dengan sangat cepat.

Selepas itu keduanya saling menandatangani buku nikah yang telah disiapkan oleh penghulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas itu keduanya saling menandatangani buku nikah yang telah disiapkan oleh penghulu. Sesekali  proses itu diabadikan dalam foto dan video oleh Septian selaku fotografer hari itu.

Semua itu akan menjadi bukti sejarah cinta antara Januar Adam dan Febrianti Putri. Selepas itu, keduanya bersama keluarga kedua pihak menaiki mobil yang telah disiapkan oleh Keluarga Adam.

5 mobil Toyota Land Cruiser, 3 mobil BMW X5 dan 2 mobil Hyundai Pollisade telah memenuhi parkiran Mang Asep. Demi pernikahan Feb, Mang Asep sampai meminta pelanggannya memindahkan mobil mereka untuk sementara waktu ke kompleks hari itu saja.  Tentu saja Mang Asep pun mendapatkan upah yang setimpal, bahkan lebih.

Yang menyetir ada 2 orang supir, Dedi, Septian, Yasir, Hidayat, Jan, Rizal, Zaid dan Hamzah. Rizal dan Zaid adalah sahabat Jan sekaligus bekerja untuk Jan. Posisi Rizal sebagai sekertaris Jan dan Zaid sebagai wakilnya. Sementara Hamzah adalah sekertaris Ayahnya.

"Kamu naik sana sama Jan" Ucap Kartini pada puteri satu-satunya.

"Malu Mah. Temenin ya... " Feb berucap dengan manik yang meratapi sepatunya.

"Iya, Mamah dan Narda naik bareng mobil Jan. Bapakmu biar nemenin besan naik mobil Pak Yasir bareng pamanmu."

Feb tersenyum. Ia langsung masuk mobil, hendak duduk di kursi belakang sayang langsung gagal. Sebab, Jan memintanya duduk di sebelahnya.

Keluarga besar Feb yang lain dari kampung juga menaiki mobil yang telah di sediakan, sementara keluarga besar Januar yang lain sudah menanti di Almair Hotel. Sengaja, yang datang saat prosesi akad hanya keluarga dekat saja. Supaya ada yang bisa menghandle di hotel.

***

Hari itu pertama kali bagi Jan dan Feb berada dalam ruang terbatas dengan jarak sekitar 30 cm. Terlihat telinga Jan sedikit memerah ketika ia sedetik saja menatap Feb untuk sekadar memakaikan sabuk pengaman, sayang niat itu gagal. Sebab, Feb seorang gadis mandiri yang bisa memakai sabuk pengaman sendiri.

'Ya Allah, untuk hari ini. Lancarkan lah hariku bersamanya' bantin Jan.

'Ya Allah, aku ga kuat menatap matanya. Tolong, beri aku kekuatan untuk menatap wajahnya' batin Feb dengan wajah yang masih setia menatap jalanan dari kaca di sampingnya.

Kesunyian dalam mobil berupaya dipecahkan oleh Kartini dengan berkata "Kok sunyi banget ya, kalian yang mesra dong! Biar Mamah segera menimang cucu."

Bukannya mengusir kesunyian, yang ada menambah kecanggungan. Ketika lampu merah, Jan melirik sedikit ke arah Feb. Memperhatikan gerak-geriknya dengan tatapan penuh damba.

Bagi Jan, Feb bukanlah cinta pertamanya. Namun, ia berharap mulai hari ini saat ini Feb menjadi cintanya. Ia tak tahu jelas perasaan hatinya.

Terkadang sakit masih terasa saat melihat postingan Aqilla & Nadhif di sosial media. Bahkan, menyebut namanya saja bisa membuat air matanya membendung.

Anehnya, dia merasakan ketertarikan tersendiri akan sosok Feb. Bagaikan Kutub Selatan magnet yang berusaha sejauh apapun pergi, akan selalu tertarik oleh Kutub Utara magnet. Wajar, jika Jan tidak bisa mengalihkan pikirannya sedetikpun dari Feb. Apalagi, sejak dia mulai memimpikan melakukan malam pertama dengan Feb dalam mimpi. Itulah penyebab utama Jan meminta akad dipercepat.

Sedihnya, tidak disetujui. Berkat saran Ayahnya, ia melakukan puasa hampir setiap hari sebelum ramadhan. Beruntung ramadhan membuat pikiran tentang itu mulai memudar, karena masa itu ia benar-benar berupaya memperbaiki diri sebaik mungkin, semampunya. Agar dapat menjadi sosok imam bagi Feb.

Lampu hijau kembali menyala. Mobil kembali melaju. Jan berhenti melirik dan sibuk mengemudi. Feb menghela nafas cukup panjang. Bulu kuduknya berdiri sejak merasa diperhatikan oleh pria disebelahnya. Refleks pilomotor terhadap suatu ancaman muncul begitu saja karena itu pertama kali baginya, diperhatikan dari jarak 30 cm oleh laki-laki selain Ayah dan Kakaknya.

Jangan tanya kabar jantung Feb! Sangat sehat dan saking semangatnya, si jantung terus break dance. Tangan Feb terasa sedikit dingin. Perjalanan sekian jam itu terasa bagai beberapa abad.

***

.
.
.

Support penulis dengan share, komen dan vote ya 😄

.
.
.

.
.
.

JAN-FEBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang