Break istirahat sholat. Sudah disiapkan sejak awal persiapan pernikahan, dua ruang kamar hotel di lantai satu. Memang dikhususkan sebagai ruang ganti, istirahat dan sholat bagi kedua mempelai.Ruang ganti untuk Jan di kamar nomor 101 dan Feb di nomor 102. Begitu waktu menunjukkan pukul 11:40, Erin, Hafidzah, Nia dan Kartini segera mengajak Feb menuju ruang ganti. Yang di dalamnya sudah terdapat dua orang MUA seumuran Ibunya.
Di waktu yang sama, Jan bersama Ayah, mertua, paman, sepupu dan iparnya meninggalkan Ballroom B. Toh, ada penjaga yang dapat mengamankan sejenak lokasi. Karena para tamu sudah diberi kloter, memang berfungsi agar ada jeda.
Bukan ruang ganti nomor 101 yang dituju oleh rombongan Jan, melainkan rooftop hotel yang terdapat mushola sebagai area sholat. Di situ, Jan diminta memimpin sholat oleh Ayahnya dan Hidayat.
"Ya Allah, ternyata ada tempat istirahatnya? Alhamdulillah banget dong ini." Kata Feb girang sekali. Ketika pintu kamar 102 terbuka oleh kartu yang dibawa Hafidzah.
Lima perempuan rupawan memasuki kamar 102. Sudah ada Mpok Jamilah dan Mpok Iin selaku MUA. Pintu terkunci otomatis tatkala ditutup dari dalam, kartu di letakan di tempatnya oleh Hafidzah.
"Dah, sekarang kita bisa lepas kerudung, kaos kaki dan gamis. Toh pada pakai mihnah kan?" Seru Erin usai membaringkan anaknya di atas kasur karena tertidur nyenyak.
Semua perempuan itu segera melepas pakaian luar mereka. Hingga tersisa mihnah (pakaian rumah; biasanya kaos pendek dan celana panjang/daster rumah). Lalu, mereka bergantian ke toilet untuk buang air dan berwudhu.
Selesai wudhu, masing-masing memakai mukena yang sudah disediakan, sajadah sudah digelar oleh Mpok Jamilah. Hafidzah memimpin sholat berjamaah para perempuan di kamar 102.
Rombongan Jan sudah menyelesaikan sholat, dzikir dan wiridnya. Kini beralih ke kamar 101. Di sana mereka bergantian mengganti pakaian yang sudah di sediakan. Rizal dan Zaid ikut rombongan setelah sholat berjamaah menuju kamar itu karena ditugaskan mendandani mereka.
"Makasih ya Zal, Pak Zaid. Kan situ tahu Saya tidak suka disentuh perempuan yang bukan mahram. Apalagi bencong, lebih ga suka." Ucap Jan. Yang kini dipakaikan make up senatural mungkin, tidak yang seperti perempuan. Make up khusus laki-laki agar tampak lebih glowing.
Yasir, Danu, Hidayat, Septian dan Narda segera kembali ke Ballroom B. Setelah make up mereka selesai. Begitu juga dengan Zaid yang diajak oleh Yasir. Meninggalkan Jan dan Rizal berdua saja.
Make up Jan sudah selesai, dia memesan makanan melalui telpon hotel. Di kantong jas, ia memasukkan plester yang memang selalu dibawa kemana pun.
Keceriaan mengisi ruang 102. Kini Kartini, Nia dan Hafidzah sudah memakai gamis, kerudung dan kaos kaki baru berwarna lilac sebagai gaun kedua. Make up keduanya pun telah selesai dikerjakan Mpok Jamilah dan Mpok Iin. Keduanya pun kembali ke Ballroom A, meninggalkan Erin dan Febri.
Erin memilih tidak kembali ke Ballroom A, karena lelah dan harus menjaga Imam Nawawi Attaki, anaknya yang berumur setahun. Dia sudah memakai gamis, kerudung dan kaos kaki senada dengan Ibunya, Hafidzah. Dia pun sudah selesai di make up oleh Mpok Jamilah. Kini sedang tiduran di kasur, di samping puteranya.
Gamis yang dikenakan oleh Feb berwarna baby blue. Dengan renda dan taburan safir membuat gaun itu berkilauan. Kerudung satin berwarna senada di buat menutup sampai bawah dada. Make up sudah dilukis indah menambah kecantikannya.
Pihak lelaki memakai pakaian yang lebih gelap dari pihak perempuan. Yasir, Danu, Narda, Hidayat, Septian memakai jas berwarna wine. Sementara Jan memakai jas dan celana berwarna saphire blue.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAN-FEB
Espiritual"Mungkin dia bukan jodohku. Yasudah Aku nekat saja menikahi orang lain." ~Januar Adam~ "Gak punya orang untuk dicintai ngenes banget yah! Mumpung ada yang ngajak nikah langsung kasih cincin. Kenapa harus ditolak?!" ~Febrianti~ *** Ditinggal nikah ol...