34 - LIBURAN

2 0 0
                                    

Kini Riza, Laras dan ketujuh anak laki-lakinya juga beserta Geesa tengah dalam perjalanan menuju liburan mereka.

Liburan pertama Geesa bersama mereka. Juga sebagai perayaan karena akhirnya tulisan Geesa selesai dan sudah masuk tahap editing sebelum penerbitan.

Geesa duduk di antara Aziel dan Taavi dengan mobil yang dikemudikan oleh Yabil dan ada Qiyas yang duduk di sampingnya. Sementara di mobil lain, ada Laras yang duduk di sebelah Riza yang tengah mengemudi dan Janoo yang duduk di antara Hasbi dan Orion.

Sepanjang perjalanan, Aziel dan Taavi tak henti-hentinya mengajak Geesa mengobrol, sampai hal paling random; kenapa warna daun itu hijau. Yang dilontarkan oleh Taavi dan di jawab asal; karena kalo hitam itu warna rambut. Yang dilontarkan oleh Aziel.

Qiyas dan Yabil hanya menyimak dengan sesekali terkekeh. Sementara Geesa menanggapi sepahamnya diiringi dengan gelak tawa terus menerus.

"Geesa-ya, kamu tau tidak...

"Tidak," belum sempat Taavi menuntaskan ucapannya, Geesa sudah lebih dulu menjawab.

Hal itu membuat seluruh penghuni mobil—kecuali Taavi—tergelak tawa lagi.

"Aish, oppa belum selesai berbicara," ucap Taavi kesal.

"Hehehe, maaf oppa. Kenapa?"

Taavi menatap mata Geesa dalam, "Di Villa kita nanti, itu ada penunggunya tau!" Wajah Taavi terlihat sangat serius saat berbicara. Seketika, bulu kuduk Geesa merinding dibuatnya.

Plak~~

Aziel menampar pelan pipi Taavi. "Cih, jelas saja ada penunggunya. Hyung pikir Tuan Kim di Villa kita ngapain? Main?"

"Yak. Kurang ajar kamu kelinci besar!" ucap Taavi kesal. Tak terima karena pipinya baru saja ditampar oleh sanga dik, walaupun sangat pelan.

Geesa malah terlihat bingung dengan keduanya.

"Gapapa, Geesa. Villa kita aman, hanya memang ada yang bekerja untuk menjaganya," Qiyas memberi pengertian pada Geesa yang kebingungan.

Geesa mengangguk tanda mengerti. "Jadi, maksud Taavi oppa penunggu itu orang yang jagain Villa, ya?"

Qiyas, Yabil dan Aziel lagi-lagi dibuat tergelak tawa. Sementara Taavi merengut.

"Sudah kubilang berhenti menjahili adikmu Taavi. Malu sendiri, kan, karena dia gagal paham." Qiyas mengejek.

Taavi hanya merengut sebal sementara Geesa mengabaikannya dan malah menyandarkan kepala pada pundak Aziel sembari menguap. Ia mengantuk.

"Aish bener-bener." Taavi kalah lagi.

.

"Geesa, mau ikut oppa naik motor?" Aziel bertanya pada Geesa yang sedang merapikan bajunya.

"Memangnya ada motor di sini?" Geesa bertanya pada Aziel yang berdiri di ambang pintu kamar.

"Adaaa, milik anaknya Tuan Kim. Ayo!" Aziel membawa Geesa pada halaman Villa.

Mereka sampai pada Villa setelah kurang-lebih 3 jam perjalanan. Villa keluarga ini cukup besar dengan halaman yang lebih luas di banding yang ada di rumah. Jangan lupakan juga sungai yang ada di samping Villa.

Ternyata benar kata Aziel, di halaman dekat pinggiran sungai ini ada sebuah motor matic berwarna biru dan putih. Katanya, sih, milik anaknya Tuan Kim yang menjaga Villa ini.

Aziel memasangkan helmnya pada Geesa setelah ia memakai helmnya sendiri.

"Oppa bisa ngendarain motor?" Geesa bertanya sebelum mendudukkan diri pada bonceng motor.

The Safe PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang