20 - DUNIA ITU SEMPIT

11 2 0
                                    

Yabil kini berada di kamar milik Geesa. Ia tengah mengajari gadis manis itu Hangeul. Walaupun sejak tadi Geesa selalu saja mengeluh, "Ini tadi apa? Ah, aku lupa oppaaaaa, ini sulit!" Tapi untungnya Yabil sedang dalam mode yang sangat bersahabat. Ia dengan telaten mengajari Geesa secara perlahan. Dari mulai konsonan, vokal, sampai menuliskan kosakata pun Yabil ajarkan.

"Geesa, ini tidak terlalu sulit karna kamu sudah lebih banyak tau kosakatanya. Hanya penyesuaian hurufnya saja," Yabil berusaha meyakinkan dan Geesa hanya menyimak. Entah ia hapal atau tidak nantinya, iyain aja dulu.

"Coba kamu tulisakan 'waeyo (kenapa)'" Titah Yabil.

"Kenapa?" Tanya Geesa memastikan.

"Iya, kamu tulisakan kata 'waeyo'!" ulang Yabil dan Geesa mengangguk tanda mengerti. Walau dengan sedikit ragu, ia tetap menuliskannya dengan perlahan.

"Bagus! Itu benar, lalu coba tulisakan namamu sendiri!" titah Yabil lagi.

"Namamu?"

"Iya, namamu. Tuliskan 'Geesa'!" Geesa menurutinya lagi, dan tentu saja ia benar.

"Aigo, kamu pintar. Coba kamu tuliskan satu persatu nama kami!"

"Siapa?" Entah kenapa, Yabil merasa malam ini Geesa menjadi lebih lelet otaknya.

"Tuliskan nama Qiyas hyung, Hasbi, Orion, Janoo, Taavi dan Aziel juga!" Geesa mengangguk mengiyakan.

Tangannya menuliskan huruf-huruf dengan perlahan untuk membuat nama-nama yang Yabil minta. Mata Yabil tak lepas sedikitpun dari gerakan tangan Geesa. Yabil dibuat gemas dengan Geesa malam ini. Geesa menjadi sosok yang pintar, lelet, menggemaskan dan mengesalkan di waktu yang sama. Bagaimana bisa?

Hingga tiba-tiba pintu diketuk. Pintu Geesa sebenarnya terbuka, jadi pintu terbuka itulah yang diketuk.

"Jangan membuatnya pusing, Yabil. Pelan-pelan saja!" Iya, itu adalah Qiyas. Ia datang dengan segelas susu dan dua potong pai susu.

"Jangan lupa dimakan dan diminum, ya? Jangan sampai larut juga. Kamu perlu istirahat yang cukup!" ucap Qiyas pada Geesa sembari memberikan camilannya.

"Iya, oppa. Makasih," Geesa berucap diiringi dengan senyumannya.

"Yak, hyung. Untukku tidak ada?" tanya Yabil tidak terima. Pasalnya, Qiyas memang hanya membawakan untuk Geesa.

"Cih, jangan manja. Ambil sendiri sana di dapur!" Qiyas berucap sembari meningalkan kamar Geesa.

"Aish, bener-bener,"

"Oppa mau? Aku bisa membaginya,"

"Enggak. Kamu makan saja. Oppa tak apa, hanya ingin minta pada Qiyas hyung saja. Ayo dilanjutkan lagi!"

.

Satu minggu setelah tulisan Geesa rampung pada aplikasi. Pembacanya mulai bertambah setiap harinya. Bukan hanya pembaca, yang memberikan vote atau bintang juga sama bertambah banyaknya.

Geesa senang, akhirnya usahanya tidak sia-sia. Walaupun memakan waktu yang cukup lama, tak apa. Setidaknya ia tetap mampu menyelesaikannya. Orion yang hendak pergi ke agensi pun menghentikan langkahnya kala melihat Geesa yang terus tersenyum menatap ponsel.

"Ada apa dengannya?" Orion membatin.

"Geesa? Ada apa? Are you happy (kamu senang)?" tanya Orion pada Geesa.

"Eoh, oppa. Ne, I'm happy (aku senang)!" Suara Geesa terdengar sangat riang. Baru kali ini Orion mendengarnya seriang itu.

"Hahaha ... Kenapa? Apa yang membuatmu senang, hm?" Orion mengambil duduk di samping Geesa sembari mengusap kepala Geesa dengan sayang.

The Safe PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang