Keesokan harinya, Geesa mencoba untuk kembali membiasakan diri. Mencoba untuk membiarkan hal-hal berat kemarin berlalu begitu saja. Ia kini tengah duduk di depan TV bersama sang adik laki-lakinya yang sedang mengerjakan tugas.
"Gimana, ngerti enggak?" tanya Geesa pada adiknya.
"Ngerti Kak, makasiiiii!" Riko—adik Geesa—berseru.
"Sama-sama. Ya udah lanjut deh, ya. Kalo mau nanya lagi tanyain aja!" ucap Geesa dan Riko nampak mengangguk setelahnya. Geesa pun menyalakan ponselnya untuk membuka sebuah aplikasi. Sepertinya ia akan melanjutkan menonton drama Korea yang sempat terhenti dua hari lalu.
Suasana rumah Geesa kini nampak tenang, Riko fokus dengan buku tugasnya, Geesa dengan ponsel di tangannya yang menampilkan satu episode drama Korea. Sampai pintu rumah terbuka dan menampakkan sosok Hana di sana.
"Ya ampun, TV dibiarin nyala tapi enggak ada satupun yang nonton?" Hana sepertinya baru kembali dari pasar, karena tentengan yang berada di tangan kanan dan kirinya. Hari minggu memang cocok untuk berbelanja, bukan?
Geesa segera mem-pause drama yang ditontonnya dan menghampiri sang mama untuk mengambil belanjaannya.
"HP aja terus kamu. Ngapain? Nulis lagi? Matiin aja TV-nya kalo enggak kamu tonton. Boros listrik tau!" cerca Hana saat Geesa menghampirinya.
"I—iya, Ma, maaf. Tadi TV-nya ditonton Riko sambil nugas, Geesa nonton di HP jadi enggak ngeh,"
"Nonton Korea lagi? Korea aja terus kerjaannya. Enggak nulis ya Korea, gak guna!"
"Tadi Kakak bantuin Riko, kok, Ma. Tadi ngajarin Riko ngerjain tugas," sela Riko dengan sedikit pembelaan untuk Geesa.
"Kamu enggak usah belain Kakak kamu! Orang dia aja bilang dia lagi nonton, kok, tadi di Hp-nya," Hana tidak terima dengan sanggahan Riko. Padahal apa yang diucapakan Riko adalah kebenaran. Tapi Hana sepertinya sudah lebih dulu kesal karena pernyataan Geesa sebelumnya.
"Beresin itu sayuran, masukin yang rapih di kulkas! Mama mau ke kamar," titah Hana pada Geesa sembari melangkahkan kakinya ke kamar. Geesa yang diperintah pun segera membawa belanjaannya ke dapur untuk ditata di kulkas. Riko diam-diam mengikuti dan membantu Geesa tanpa diminta.
"Ih kamu enggak usah bantuin! Gapapa kamu ngerjain tugas aja!" seru Geesa menolak bantuan Riko.
"Gapapa kak, Riko bantuin bentar, kan, ini banyak. Tugas Riko juga tinggal satu nomor lagi, kok," Riko tetap bersikeras membantu. Geesa pun memilih membiarkannya.
"Kamu ngapain di sana Riko? Tugasnya emang udah selesai?" tanya Hana tiba-tiba saat melihat Riko membantu Geesa.
"Satu lagi, Ma. Ini bantuin Kakak dulu bentar," ucap Riko menjelaskan.
"Udah biarin aja Kakak kamu biar ada kerjaan. Kamu beresin dulu gih tugasnya!" nada bicara Hana sedikit lebih lembut jika dengan Riko. Mungkin karena Geesa terlalu banyak merepotkan—pikir Geesa.
Riko pun menurut, dan segera kembali pada buku tugasnya. Hana nampak menghampiri Geesa yang tengah menyusun sayuran di kulkas.
"Enggak gitu Geesa! Kamu nyusunnya salah itu. Makanya kalo Mamanya ngerjain apa-apa itu diliatin! Biar kamu ngerti," cecar Hana dengan nada kesalnya lagi, pada Geesa.
"Ma—Maaf Ma. Geesa benerin,"
"Enggak usah. Udah sana kamu nonton aja! Enggak guna banget, sama aja Mama—Mama juga yang ngerjain," nada bicara Hana semakin meninggi. Riko yang memerhatikan pun merasa sakit mendengarnya, padahal itu tidak ditujukan untuknya.
"Maaf, Ma ...." Geesa kembali pada posisi sebelumnya, duduk di samping Riko yang mengerjakan tugas.
"Kak, coba liat deh ini udah bener belom?" tanya Riko pada Geesa mengenai tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Safe Place
General Fiction(PART SUDAH LENGKAP SEBELUM DIPUBLISH) Bosan dengan cerita cinta yang rumit? Mari kita berkenalan dengan Geesa. Geesa Salunandara, gadis pemilik cerita menuju mimpi yang cukup rumit. Geesa harus menempuh jalan dan rintangan yang terjal. Bahkan batu...