36 - BUKU DAN SEPUPU

3 0 0
                                    

Hari penerbitan itu akhirnya tiba. Setelah melalui proses yang tidak sedikit dan juga promosi, akhirnya novel Geesa diterbitkan dengan jumlah 1000 pcs untuk cetakan pertamanya ini.

Kini, di ruang tengah rumah terdapat tumpukan novel Geesa yang harus ia tanda-tangani sebelum akhirnya didistribusikan.

Geesa masih memandangi tumpukan buku itu dengan perasaan yang sulit diartikan. Ini benar-benar terjadi, bukunya akhirnya terbit. Bahkan langsung 1000 pcs!

"Ayo, berikan tanda tanganmu, nona penulis!" Geesa mendengar suara yang tak asing, suara yang berasal dari belakangnya.

Dan betapa terkejutnya Geesa saat berbalik. Itu Hyungsik. Park Hyung Sik sang idola.

"Hyungsik oppa? Kenapa ... "

"Hahaha, Taavi kemarin mengabariku. Katanya kamu akan menandatangani bukumu hari ini. Jadi, aku mampir dulu kesini sebelum ke agensi. Asal kamu tau, aku juga salah satu pembeli novel ini!"

Geesa terperangah, "Jinjja (sungguh)? Kenapa?"

"Loh? Tidak boleh, ya? Hahaha,"

"Ah ... Enggak, oppa beneran membeli novelku? Oppa ikut PO?"

"Tentu saja. Jadi, ayo berikan tanda tanganmu! Aku ingin memiliki buku paling pertama," Hyungsik berkata dengan senyuman manisnya. Ketujuh sepupu Geesa hanya menyimak sedari tadi. Mereka benar-benar bangga pada Geesa.

Dengan semangat, Geesa mulai menggerakkan tangannya untuk memberikan tanda tangan pada buku pertama. Ia menggunakan pena yang diberikan oleh Hyungsik sesuai dengan perintah Hyungsik, pena itu untuk menandatangani novelnya.

Geesa memandang sejenak buku novel itu, buku yang sudah ia tanda-tangani untuk Hyungsik.

"Gamsahamnida (terima kasih), nona penulis. Kamu hebat!!" Hyungsik berseru saat Geesa memberikan novelnya sembari mengusap gemas kepala Geesa.

"Cah, kalian harus berfoto dengan buku itu. Sini, aku fotokan!" Taavi bergerak dengan ponsel di tangannya.

Hyungsik merangkul Geesa dan memegang novelnya, Geesa tersenyum sangat lebar. Benar-benar seperti mimpi!

Geesa memandangi tumpukan novel yang akhirnya selesai ia tanda-tangani. Ia masih belum bisa percaya, ia kini benar-benar seorang penulis. Bukan hanya seorang penulis online, tapi juga penulis buku bercetak.

Setelah Hyungsik pergi karena pekerjaan, buku Geesa juga kini sudah kembali dibawa oleh pihak penerbit untuk didistribusikan.

Geesa kini tengah duduk manis di meja makan memandangi Qiyas yang tengah memasak.

Sebenarnya, Geesa ingin membantu, tapi Qiyas berkata, "Diam saja. Nona penulis hanya perlu makan saat ini!" Ah, Geesa mleyot. Hahaha

Geesa memutuskan untuk membaca novelnya sembari menunggu Qiyas selesai. Iya, tentu saja cetakan novelnya ada yang ia pegang. Satu versi original atau berbahasa Inggris, satu lagi berbahasa Indonesia, sesuai permintaan Geesa. Novel berbahasa Indonesia itu tentu saja kini menjadi satu-satunya yang ada di dunia. Kekeke. Mungkin nanti Geesa akan menerbitkan versi Indonesianya. Mungkin.

Geesa kini tengah membaca novelnya di depan TV. Ya, benar, jadi TV-nya yang menonton Geesa. Janoo datang dengan camilan di dekapannya. Geesa masih fokus pada novelnya. Novel tulisannya sendiri. Janoo memerhatikan Geesa dari samping yang tak teralihkan sama sekali perhatiannya.

"Aigoo, sepertinya uri Geesa sangat jatuh cinta dengan bukunya sendiri. Hahaha,"

Geesa akhirnya menoleh, "Oppa sejak kapan ada di sini?"

The Safe PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang