Mandy's Diary At Senior Grade
Semenjak Justin mengatakan secara terang-terangan bahwa aku adalah pacarnya, sekarang gangguan-gangguan dari teman-temanku yang menyebalkan sudah jarang terjadi. Spaghetti Bolognese adalah yang terakhir. Sebagian dari mereka tidak banyak bicara jika bertemu aku. Bahkan mereka memalingkan pandangan, seakan-akan takut dihadapkan denganku.
Loker siswi mulai dipenuhi oleh anggota Student Council. Mereka saling melempar pandangan curiga padaku, terutama Justin yang tidak menunjukkan emosi jelas di kedua matanya. Wajahnya nyaris datar, lantas dia menundukkan kepala sambil menyusupkan jari-jari tangan pada rambutnya. Aku berjalan semakin mendekat begitu Mr. Owen, kepala sekolah SMU Jordan memanggil namaku.
"Yes, Sir?" kudekap buku-bukuku erat di depan dada, memandang pria paruh baya di depanku.
"Mandy, ini adalah masalah yang serius..."
Aku melirik Justin sebentar meminta penjelasan darinya, namun dia tidak bergeming dan hanya menghela napas pendek. Perhatianku beralih lagi menuju Mr. Owen, memberikan tatapan tidak paham.
"Kesalahan apa yang kuperbuat?"
Mr. Owen mengeluarkan sesuatu, lantas menunjukkannya di depanku, spontan membuat bola mataku mendelik lebar nyaris keluar dari rongganya. Buku-buku di dekapanku jatuh berceceran di bawah kakiku mengenali sesuatu yang dibawa oleh Mr. Owen sekarang.
Bungkusan plastik berisi bubuk putih.
"I swear, I swear this is not mine," buru-buru aku mengelak tuduhan kepemilikan itu dengan tergagap. Rasanya perutku seperti diaduk-aduk cukup keras, membuatku mual.
"Tapi, barang ini ditemukan di dalam lokermu, Ms. Gilbert."
"I don't own this!" nadaku naik tiga oktaf, menyentak kepala Justin sehingga dia menoleh padaku. Aku memberikan tatapan memohon padanya untuk membantuku dan mengatakan bahwa aku tidak mungkin memiliki barang seperti itu.
"Mr. Owen." Justin maju di samping Mr. Owen, menarik lengan bajunya dan berbisik pelan seperti memberikan pembelaannya untukku.
Aku takut setengah mati, serius. Bahkan air mata sudah berlinangan di kedua mataku membayangkan detensi yang akan dijatuhkan padaku. Ini bukan masalah serius. Ini soal kepemilikan narkoba yang sudah lama dicari oleh anggota Student Council. Dan sialnya, barang itu ada di dalam lokerku. Terkutuklah siapapun yang memasukkan barang itu ke dalam lokerku! Aku tidak akan pernah memaafkannya.
Aku mengusap mataku yang basah, mengerjapkannya berkali-kali begitu Mr. Owen menghela napas panjang.
"Maaf, Justin, ini di luar kuasaku. Ini tindakan kriminal, aku tidak bisa mengabulkan keinginanmu untuk meminta penjelasan konkrit darinya." Pandangan mata Mr. Owen ditujukan ke arahku. "Mandy, ikut aku ke kantor kepala sekolah untuk mengurus detensimu. Kau dikeluarkan dari sekolah."
What the fuck?!
"Mr. Owen," Justin membuka suara, berbisik di telinga Mr. Owen sekali lagi. Dari gerak-gerik tubuhnya aku bisa menangkap apa yang tengah dikatakannya pada Mr. Owen. Dia berusaha keras membelaku, meskipun aku tahu semua itu hanya membuang waktu.
"Hm..." Usai berdiskusi dengan Justin, Mr. Owen mengelap tengkuknya menggunakan telapak tangannya yang dibungkus sarung tangan. "Kau benar. Baiklah, aku akan menunda keputusan ini sampai pihak yang berwajib memberikan hasilnya."